Mohon tunggu...
Melinda  Niswantari
Melinda Niswantari Mohon Tunggu... Freelancer - Healthy lifestyle and happy mom journey

fruitaholic, green life style, health enthusiast, sedang belajar #zerowaste

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Hidup Minim Sampah di Rumah, Bagaimana Caranya?

9 November 2018   16:07 Diperbarui: 8 Agustus 2019   17:22 1360
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Hidup Minim Sampah di Rumah, Bagaimana Caranya?

Sampah ada di sekitar kita setiap hari,

Sehingga memunculkan pertanyaan,

Berapa kilogram sampah yang dihasilkan oleh satu orang?

Dan berapa yang dihasilkan oleh satu keluarga?

***

Sampah dan Permasalahannya

Beberapa waktu lalu ramai pemberitaan mengenai perselisihan antara Gubernur Jakarta dan Walikota Bekasi mengenai dana kompensasi dan dana hibah kemitraan terkait dengan pengelolaan TPA Bantargebang, dimana dana ini digunakan untuk penanggulangan kerusakan lingkungan, pemulihan lingkungan, biaya kesehatan dan pengobatan untuk warga sekitar Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Bantargebang yang terkena dampak.

Dana terkait pengelolaan sampah memang tidak sedikit, apalagi dana yang dibutuhkan untuk penanganan dari dampak sampah yang ditimbulkan. Karena dengan adanya sampah yang menumpuk, apalagi sampah komposit akan menghasilkan berbagai macam penyakit bagi manusia apabila tidak dikelola dengan baik.

Tidak bisa dipungkiri memang, volume sampah dari tahun ketahun akan semakin meningkat, karena dibarengi dengan semakin meningkatnya populasi manusia di bumi ini. Data dari Kementrian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) tahun 2017 menunjukkan bahwa volume sampah di Indonesia adalah sebesar 65,8 juta ton dan perkiraan di tahun 2018 adalah sebesar 66,5 juta ton.

Selain itu data dari Asosiasi Industri Plastik Indonesia (INAPLAS) dan Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan bahwa sebanyak 3,2 juta ton sampah plastik dibuang ke laut dan yang lebih ngerinya adalah, informasinya Indonesia adalah negara urutan kedua setelah China terkait dengan penyumbang sampah plastik yang dibuang ke laut.

Sungguh miris memang, waktu itu juga ramai di media sosial yang menunjukkan seorang penyelam dari Inggris yang berenang diantara tumpukan sampah di perairan laut Bali dan menjadi viral, ataupun beredar luasnya foto-foto hewan laut yang terjerat oleh sampah plastik dan akhirnya mati :(

Hal yang sudah saya sebutkan diatas menunjukkan bahwa memang sampah di Indonesia kurang terkelola dengan baik.Hasil riset dari Sustainable Waste Indonesia (SWI) mengungkapkan hal yang senada, bahwa 24% sampah di Indonesia masih tidak terkelola. Artinya bahwa dari total sampah sebanyak 65 juta ton, terdapat sekitar 15 juta ton yang mencemari ekosistem dan lingkungan karena tidak terkelola.

Hanya sekitar 69% sampah yang dibuang dan dikelola atau ditimbun di TPA serta hanya 7% sampah yang didaur ulang. Data dari KLHK menyebutkan bahwa rata-rata setiap orang per harinya menghasilkan sampah sebanyak 0,7 kg. Jadi memang setiap orang mempunyai peran dalam produksi sampah, baik itu sampahnya dikelola secara pribadi atau dibuang ke TPA.

Jadi apakah kita hanya akan berpangku tangan dan tidak peduli dengan semakin meningkatnya jumlah sampah yang ada disekitar kita? Apakah kita akan mewariskan bumi yang berisikan sampah kepada keturunan kita? Ohhh no...!

Menurut Indonesia Solid Waste Association (InSWA), Faktanya 100% seluruh penduduk dunia adalah penghasil sampah. Namun, kurang dari 1% penduduk dunia yang mengurus masalah sampah.

Jika hati kita tergerak dan peduli dengan lingkungan, saya optimis persentase itu akan semakin bertambah, apalagi didukung dengan informasi yang menyebutkan bahwa generasi Y adalah generasi yang peduli dengan kesehatan dan lingkungan. Bagi saya sendiri sebagai seorang muslim, dimana kebersihan adalah sebagian dari iman, saya berkomitmen untuk dapat mengurangi sampah dimulai dari rumah saya.

Menuju Minim Sampah di Rumah, Bagaimana Caranya?

Mulai dari tahun 2014 mengenal yang namanya #DietKantongPlastik, dan berusaha untuk mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari, mencoba untuk go green atau green life style. Yap dari yang sederhana dan yang terkecil dulu saja, apa yang bisa dilakukan dan semampunya saya. Alhamdulillah seiring dengan berjalannya waktu saya bertemu dengan berbagai komunitas yang peduli dengan lingkungan, dan saya pun mulai belajar untuk hidup minim sampah.

Salah satu yang menginspirasi saya dalam mengurangi sampah adalah Dian Kusuma Wardhani atau yang lebih dikenal dengan DK Wardhani (Dini). Ibu dari sepasang anak kembar, lulusan Arsitektur ITB. Sejak 2010, beliau menulis buku anak dengan tema-tema lingkungan hidup dan perkotaan hingga sekarang. Buku terbarunya yang baru juga rilis Agustus berjudul: #belajarzerowaste Menuju Rumah Minim Sampah. Beliau juga aktif sharing di sosial media mengenai gaya hidup cinta lingkungan, bisa intip-intip di IG : dkwardhani.

Dok. Pribadi (www.nonamelinda.com)
Dok. Pribadi (www.nonamelinda.com)

"Menuju nol sampah bukan menjadikan kita sebagai malaikat tapi menjadikan kita sebagai manusia yang lebih peduli dan bertanggung jawab DK Wardhani (Dini)"

Sesungguhnya banyak yang sudah paham bahwa sampah adalah masalah, tetapi tidak tahu harus mulia darimana. Hidup minim sampah bukan menjadi sebuah obsesi, tapi lebih kepada kendali diri. Nol sampah adalah proses, bukan semata tujuan akhir. Untuk itu kita perlu secara perlahan, bertahap, dan bertujuan mencapainya.

Sampahku Tanggung jawabku

Mencintai bumi yang kita tinggali ini tidak seribet yang dibayangkan kok, mari menjadi bagian dari solusi. Percayalah, jika sudah terbiasa akan terasa ringan hehehe. Semuanya hanya butuh proses dan waktu. Boleh jadi kita termasuk deretan tersangka pelaku penyumbang sampah, boleh jadi tanpa sadar sedotan yang kita buang di pantai itu melukai makhluk Allah yang lain, plastik-plastik yang kita buang di tong sampah terbang tertiup angin, jatuh ke got kemudian menyumbat saluran air, dll.

Lalu bagaimana memulai hidup minim sampah?

Lakukan Cegah, Pilah dan Olah

Mulai dari siri sendiri dulu!

Mulai dari yang kecil dulu!

Mulai dari sekarang juga!

Yes, dimulai dari diri sendiri terlebih dahulu, kemudian dimulai dari lingkungan terkecil yaitu rumah. Sepakat :) Well, seperti yang sering kita lihat di area perkantoran, tempat umum, halte juga bandara tempat sampah sudah dibedakan berdasarkan kategorinya. Yang dikategorikan menjadi sampah guna ulang (kardus, botol minuman dan kaleng), Sampah Organik (sisa makanan, daun, dan kulit buah) dan Sampah Daur Ulang (plastic, kertas, kaca dan kain). Pemerintah sudah mendukung budaya pilah sampah, gambar di atas saya dapatkan saat berada di Bandara Adi Soemarmo Solo, menuju pulang setelah menuntut ilmu dan field trip bersama Danone Blogger Academy 2018.

yuk-pilah-sampah-nonamelindadotcom-5be53c466ddcae6dc6541ea4.jpg
yuk-pilah-sampah-nonamelindadotcom-5be53c466ddcae6dc6541ea4.jpg
CEGAH

Usahakan tidak ada barang yang berpotensi menjadi sampah di rumah. Mulai menolak kantong kresek, sedotan, botol plastik sekali pakai. Ganti dengan tas belanja, botol air, dan wadah makanan yang dapat dipakai berulang, termasuk memperbaiki benda-benda yang rusak agar tercegah dari sampah.

PILAH

Sebelum pilah, siapkan tempat tersendiri untuk tiap kategori sampah. Pisahkan sampah dari kategorinya. Nah jika sudah dipilah-pilah, kita dapat mendaftar menjadi anggota bank sampah atau didonasikan. Cari di sekitar rumah bank sampah atau komunitas, lumayan loh bisa menambah pemasukan hehehe.

OLAH

Olah bahan-bahan sisa di rumah. Penting untuk memiliki komposter di rumah, untuk menampung semua bahan sisa organik dengan tujuan tidak tercampur dan tidak terbuang ke TPA. Mulai siapkan alat pengolahan bahan-bahan sisa baik organik dan anorganik (tempat sampah terpilah sesuai jenis komposter) secara bertahap.

Btw guys, kuncinya ada di pilah dan olah. Karena jika sudah tercampur maka akan sulit diolah karena kecepatan dan proses penguraiannya berbeda. Yap kelola sampah sejak dari hulu (rumah) agar mudah diselesaikan di hilir (TPA).

Pengalamanku Belajar Hidup Minim Sampah

Nah program minim sampah yang sudah saya lakukan adalah mengumpulkan sampah organik rumah tangga seperti sisa sayuran yang mau dimasak atau makanan yang tidak habis untuk dijadikan kompos. Nah akar sayuran bisa ditanam kembali loh guys, seperti akar kangkung, pak coy, kucay dls. Lumayan bisa bercocok tanam dari limbah sayuran, pupuknya pun juga pupuk organik yang dibuat sendiri, bagaimana mudah bukan untuk hidup minim sampah dan berkelanjutan? :)

belajar-zero-waste-nonamelindadotcom-5be53d8e12ae9466ae7faaa5.jpg
belajar-zero-waste-nonamelindadotcom-5be53d8e12ae9466ae7faaa5.jpg
Oh iya, jika dirumah menggunakan alat penghangat nasi dan biasanya dibagian bawah sudah kering sehingga tidak dapat termakan, nasi tersebut juga saya kumpulkan untuk dijadikan kompos. Kompos yang sudah jadi, langsung saya tanami dengan tanaman kangkung dan teman-temannya. Menanam kangkung terbilang mudah loh, sekitar satu bulan kita sudah bisa memanennya. You wanna try guys :)

Untuk mengurangi penggunaan plastik, saat berbelanja ke pasar, saya selalu membawa kantong sendiri. Oiya sampah botol plastik, saya kumpulkan untuk saya jadikan wadah untuk menanam tanaman atau saja jadikan sebagai tempat untuk menampung minyak jelantah ataupun saya kumpulkan nantinya dapat diberikan kepada pemungut sampah, dimana botol-botal plastik tersebut memiliki nilai ekonomi dan masih bisa dijual ke pengepul barang bekas. Tapi inget ya, nyimpennya jangan berantakan (suami sering komplain :D), soalnya kalau berantakan juga akan menjadi sarang nyamuk dan menjadi tidak sedap dipandang mata.

Oiya penggunaan tissue toilet bisa digantikan dengan handuk kecil, lebih sehat insha Allah dan menghemat pengeluaran juga kan hehe. Sejatinya hidup minim sampah itu membuat kita lebih kreatif, peka dan peduli!

kurangi-sampah-tisu-toilet-zero-waste-nonamelindadotcom-5be54da2677ffb68cb0df666.jpg
kurangi-sampah-tisu-toilet-zero-waste-nonamelindadotcom-5be54da2677ffb68cb0df666.jpg
yuk-pilah-sampahmu-nonamelindadotcom-5be53eccaeebe112fb2ddd75.jpg
yuk-pilah-sampahmu-nonamelindadotcom-5be53eccaeebe112fb2ddd75.jpg
Kenapa harus hidup minim sampah?

"Buanglah sampah pada tempatnya" adalah sebuah ajakan yang positif, namun kini tak lagi cukup untuk menjadi warga yang baik jika kita peduli dengan sampah yang kita hasilkan, tapi lebih ke proses bagaimana sampah itu berakhir? Pernah terbesit kah dalam hati kalian, kemana berakhirnya sampah yang selama ini kita buang di tempat sampah???

Sudah banyak fakta terungkap dampak sampah untuk kehidupan manusia maupun makhluk lainnya, kita tidak pernah menyadari sampah telah banyak menyakiti makhluk hidup lain yang seharusnya hidup berdampingan dengan manusia.

Jika bumi ini rusak, maka kita tidak punya tempat tinggal lagi. Bagaimana anak kita akan hidup nantinya? Jadi mari kita jaga bumi ini secara berasama-sama.

"Be a part of solution, not a part of pollution."

"Mengubah dari tidak tahu menjadi tahu, dari tidak sadar menjadi sadar, dari diam menjadi tergerak, dari tidak mau menjadi melakukan. Dari hal-hal yang sederhana namun berdampak baik.

Yuk belajar bersama-sama untuk mewujudkan rumah minim sampah di rumah kita masing-masing! Bersama kita pasti bisa, karena bisa karena terbiasa ^_^

zero-waste-kit-nonamelindadotcom-5be541d56ddcae6d9925833b.jpg
zero-waste-kit-nonamelindadotcom-5be541d56ddcae6d9925833b.jpg
#ZeroWasteKit
#ZeroWasteKit


Kebersihan adalah sebagian dari iman.

Karena kebersihan adalah investasi terbaik bagi masa depan.



Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun