Sesungguhnya banyak yang sudah paham bahwa sampah adalah masalah, tetapi tidak tahu harus mulia darimana. Hidup minim sampah bukan menjadi sebuah obsesi, tapi lebih kepada kendali diri. Nol sampah adalah proses, bukan semata tujuan akhir. Untuk itu kita perlu secara perlahan, bertahap, dan bertujuan mencapainya.
Sampahku Tanggung jawabku
Mencintai bumi yang kita tinggali ini tidak seribet yang dibayangkan kok, mari menjadi bagian dari solusi. Percayalah, jika sudah terbiasa akan terasa ringan hehehe. Semuanya hanya butuh proses dan waktu. Boleh jadi kita termasuk deretan tersangka pelaku penyumbang sampah, boleh jadi tanpa sadar sedotan yang kita buang di pantai itu melukai makhluk Allah yang lain, plastik-plastik yang kita buang di tong sampah terbang tertiup angin, jatuh ke got kemudian menyumbat saluran air, dll.
Lalu bagaimana memulai hidup minim sampah?
Lakukan Cegah, Pilah dan Olah
Mulai dari siri sendiri dulu!
Mulai dari yang kecil dulu!
Mulai dari sekarang juga!
Yes, dimulai dari diri sendiri terlebih dahulu, kemudian dimulai dari lingkungan terkecil yaitu rumah. Sepakat :) Well, seperti yang sering kita lihat di area perkantoran, tempat umum, halte juga bandara tempat sampah sudah dibedakan berdasarkan kategorinya. Yang dikategorikan menjadi sampah guna ulang (kardus, botol minuman dan kaleng), Sampah Organik (sisa makanan, daun, dan kulit buah) dan Sampah Daur Ulang (plastic, kertas, kaca dan kain). Pemerintah sudah mendukung budaya pilah sampah, gambar di atas saya dapatkan saat berada di Bandara Adi Soemarmo Solo, menuju pulang setelah menuntut ilmu dan field trip bersama Danone Blogger Academy 2018.
Usahakan tidak ada barang yang berpotensi menjadi sampah di rumah. Mulai menolak kantong kresek, sedotan, botol plastik sekali pakai. Ganti dengan tas belanja, botol air, dan wadah makanan yang dapat dipakai berulang, termasuk memperbaiki benda-benda yang rusak agar tercegah dari sampah.