Mohon tunggu...
Hana Manglapy
Hana Manglapy Mohon Tunggu... -

Memang tidak gampang tapi pasti bisa!!

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Bersama Itang

2 Agustus 2011   05:06 Diperbarui: 26 Juni 2015   03:10 92
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

"Itang... emmmm... Itang... di di di si i i ni se se se sak...!." Kataku dengan terbata-bata karena menahan teriakan yang sudah didahului dengan derasnya derai air mata.

"Itang terima kasih ya selalu menemaniku. Kau harta berharga untukku. Aku harus segera pulang, besok aku tidak bisa datang dan mungkin seminggu, tapi semoga aku bisa menemui, atau paling tidak bisa memandang jelas wajahmu walaupun bukan disini aku memandangnya. Aku pulang ya Itang, AKU SAYANG KAMU!!"

Itang, sapaan ku untuk bintang selama tiga tahun ini. Tiga tahun yang lalu, aku pernah tergopoh-gopoh dengan memar dikaki, lalu karena tak kuat aku beristirahat disitu, di tempat aku duduk tadi. Mata ku yang bengkak terpesona dengan bintang malam itu dan aku melihat jejeran bintang yang tersenyum padaku. Lalu malam itu aku beranikan diri untuk bercerita padanya, tentang kelakuan Geteng. Malam itu yang ke tiga kalinya Geteng menjamah tubuhku. Dulu Geteng adalah harapan untukku tapi entah kenapa ia pun suka sekali memukulku. Aku pikir ia benar-benar mencintaiku. Seorang Pria dewasa. Aku sempat merasa nyaman dengannya. Tapi beruntung malam itu adalah malam terakhir, karena seminggu kemudian Ia mati tertikam musuhnya.

Hemmm... malam terakhir dan awal untukku, yang akhirnya bertemu Itang. Sebelumnya aku sudah pernah bertemu, tapi malam dengan senyum Itang itu, jadi awal aku merasakan bahwa bintang bukan hanya perhiasan yang kupunya pada malam hari, bukan hanya sekedar harta yang bisa sedikit ku banggakan dari keberadaanku. Walaupun aku tahu bintang itu bukan hanya untukku.

Sejak malam itu, aku selalu bersyukur karena aku punya Itang. Walaupun setiap kali aku berjumpa dengannya, aku harus berada ditempat yang sangat menyengat bau busuknya, karena berjarak 3 meter dari situ ada TPS. Tapi biarlah bau, yang penting aku bisa dengan nyaman berada disini, tanpa ada yang mengganggu. Memang kata orang-orang ada tempat lain yang jauh lebih menarik, tapi terlalu jauh, sedangkan aku hanya punya waktu sebentar untuk bisa menemui Itang.

"Tuhan, seminggu ini aku tak akan bertemu Itang, kalau boleh, nanti ketika aku bisa menemuinya, jangan hujan ya..., atau jangan mendung ya Tuhan, karena aku akan bercerita lagi padanya." Doaku dalam hati sambil berjalan cepat, karena kalau telat pulang, bisa-bisa memar lagi badanku.

NonaHana

010811 - 21.57 WITA

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun