Upaya pelestarian lingkungan secara massal –termasuk kegiatan penghijauan- menjadi kabar baik yang belakangan ini menghangat lagi di pemberitaan. Adalah trembesi, pohon besar yang sedang naik daun berkat program pemerintah Tanam Satu Juta Trembesi yang diiringi dengan penanaman oleh berbagai pihak, baik swasta maupun individual. Trembesi (Ki Hujan/Samanea saman) kini menjadi pilihan utama untuk peneduh jalanan maupun mengurangi emisi karbon. Beberapa waktu lalu, saya bersama beberapa blogger lain (Titiw, Mbelgedez, Nik.e, Didut & Raditya Dika) diundang untuk menghadiri kegiatan penanaman pohon trembesi di Demak, Jawa Tengah. Pengundangnya adalah PT Djarum, saudara-saudari. Selain kami, selebriti lainnya *uhuk* seperti Luna Maya dan Nidji juga dilibatkan dalam program ini. Apakah berarti nonadita sekarang pro sama rokok? Ah, anda tahu kok saya bukan perokok dan sebal dengan orang yang merokok sembarangan.
Ngobrolin soal CSR, penghijauan menjadi alternatif program yang secara langsung memberikan manfaat bagi masyarakat dan lingkungan. Terkadang manfaatnya baru dirasakan bertahun-tahun kemudian, ketika pepohonan sudah rindang dan mampu meneduhkan jalanan. Tapi sementara mereka bertumbuh, konon penyerapan emisi karbon sudah berjalan. Suksesnya sebuah program penghijauan bukan hanya dinilai dari publikasi yang mengikuti. Tentu bukan rahasia, program CSR seringkali dipublikasikan secara besar-besaran. Kenapa? Promosi brand via pelaksanaan CSR lebih efektif dibanding promosi via iklan TV atau media cetak. Namun ambillah sisi baiknya, program sosial semacam ini (siapapun yang melaksanakan) mestinya menginspirasi kita untuk berbuat serupa bagi lingkungan. J Berdasarkan pengalaman, tantangan bagi sebuah program CSR adalah pada pemeliharaan. Membangun mesjid, taman hijau, atau memberi sumbangan komputer tidak berarti tugas CSR sudah selesai. Pemberian yang hanya berupa benda (bangunan atau pohon), tidak dapat memelihara dirinya sendiri. Tanpa sistem pemeliharaan program & pelibatan masyarakat/pemerintah, program CSR bisa jadi hanya rame di awalnya dan jadi kosmetika semata. Pernah ‘kan ngeliat taman di kota yang udah nggak jelas rupanya? Selengkapnya Hijau yang (Semoga) Meneduhkan
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H