Pada intinya saya adalah wanita yang begitu membenci dunia politik, karena bagi saya didalam politik itu slalu penuh dengan ambisi penuh dengan cerita tentang kekuasaan, bahkan bgi saya didalam politik ini kita tidak akan pernah tau mana yng dinamakan sejatinya teman. bukan kah begitu? isn't it?. tapi sayangnya saya ditakdirkan oleh Sang Pencipta saya untuk terlahir didalam keluarga yang hampir semuanya ada dalam dunia pemerintahan. seperti menjilat ludah sendiri bukan?
Masih teringat dengan jelas betapa malunya saya ketika ditanya teman teman saya tentang pekerjaan ayah saya. betapa bingungnya saya ketika harus mengisi didalam formulir masuk sekolah, masuk kuliah, dan masuk dalam sebuah les les privat. tidak ada kolom dengan tulisan pekerjaan ayah saya disana dan saya juga bingung harus memasukkan kriteria pekerjaan ayah saya, ntah masuk dalam kategori PNS kah? wiraswasta kah? swasta kah?. saya slalu dibuat frustasi akan ini. belum lagi ketika harus memasukkan perkiraan gaji orang tua, aaght... saya tidak pernah tau. 1-2juta kah? 5-10juta kah? 15-30juta kah?? yang saya tau adalah ketika saya meminta sesuatu saya harus butuh tenaga ekstra untuk memintanya, tak jarang jika permintaan saya tidak dikabulkan, bahkan masih teringat jelas dalam otak saya ketika saya lulus SMA saya merengek meminta hape baru krena hape senter saya sudah rusak (sengaja saya rusakkan) pencetan tombolnya sudah tidak bisa digunakan lagi yang masih bisa dipencet hanya angka 2 dan huruf abc. ayah saya hanya terdiam ketika saya sebutkan merek dan model hape yang saya inginkan. tidak menjawab apa apa, beliau pergi begitu saja. saya marah, saya bahkan sempat mengatakan padanya bahwa beliau pelit. saya menangis seharian, tidak mau makan tidak mau minum. dalam benak saya saat itu hape yg saya inginkan tidak terlalu mahal. semua temen temen sekolah saya saja dengan gampangnya bergonta ganti merek hape lah kenapa saya merasakan sesengsara ini. saya mogok bicara. hingga 3 hari kemudian ayah saya datang dan menanyakan harga hp tersebut, saya menyebutkan angka nominalnya "Rp 2.100.000-,". beliau tersenyum dan mengatakan pada saya "fasilitas apa yang membuat mbak pengen beli hape tersebut?" saat itu saya menjawab sekenanya "banyak aplikasinya bi, bisa dimasukin alquran juga". masih terngiang jelas wajah bahagia abi saat itu "serius mbak? alhamdulillah" setelah itu beliau pergi dan kembali dengan membawa uang untuk aku membeli hape tersebut sambil mengatakan "semoga hapenya bisa membuat mbak jauh menjadi lebih baik. jangan lupa bersyukur" . dan tahu kah kalian? disemester 3 kuliah saya, saya baru tahu seberapa berharganya uang yang aayah saya berikan untuk membeli hape saya itu. uang itu adalah uang tabungan ayah yg akan beliau gunakan untuk biaya kuliah saya menjadi mahasiswa kedokteran. nah jikalau begini apa ayah saya perbulan mendapat gaji besar? jika setiap saya ingin membeli sesuatu saya harus pastikan bahwa ke -8 adek saya sedang tidak membutuhkan dana yang mendesak.
yah,,, begitulah.. saya selalu malu jika orang tau ayah saya adalah seseorang yang duduk dibangku pemerintahan dengan menjabat sebagai anggota dewan. sedangkan diluar sana para anggota dewan sudah sejajar dengan pembunuh berdarah dingin yang dengan teganya memakan habis uang rakyat yang tengah kelaparan. saya malu jika orang orang mengetahui ayah saya adalah seorang anggota legislatif yang terhormat sedangkan saya harus bolak balik keruang wakil dekan hanya karena mengurus surat dispensasi karena uang spp saya masih digunakan keperluan mendesak lainnya, padahal didalam form pengajuan dispensasi itu tertulis jelas tulisan pekerjaan wali. apa yg harus saya isi??? tapi.. ada yang selalu saya kagumi dari ayah saya. beliau tidak pernah mengatakan tidak boleh jika kami menginginkan sesuatu, terutama jika menyangkut dengan pendidikan. "insya Allah rezeki Allah luas mba" selalu ini yang beliau jawab.
sampai saat ini bahkan saya begitu membenci dunia politik. dunia ini merenggut malam malam kami bersama ayah kami, jika dulu selepas magrib ayah kami selalu membuat lingkaran kecil yang diisi dengan tilawah bersama, bercerita bersama, saling mengkritik penuh cinta sekarang kami sudah tidak punya waktu itu lagi, kami harus merelakan ayah kami bolak balik jakarta, tarakan samarinda yang katanya dinas. sedangkan teman saya yang ayahnya bekerja seperti ayah saya malah bisa berfoto dengan latar beda negara bersama ayahnya. huuff.. kami juga ingin. tapi.. lagi lagi ada yang membuat kami bangga pada ayah kami, beliau selalu menyempatkan menelfon kami tiap harinya menanyakan kepada kami gimana hari hari kami, sampai manakah hafalan kami, bagaimana sekolah kami, dan yang paling saya tunggu adalah jika ayah kami menanyakan uangnya masih ada atau tidak. :D kami 10 bersaudara. yg pertama sudah menikah, ke-2 (saya) kuliah dijogja, ke-3 kuliah dijakarta, ke-4 kuliah disamarinda, ke-5,6,7 mondok di salah satu pondok pesantren dikuningan sisanya dirumah. aayah slalu menyempatkan max 2 bulan sekali menyambangi kami bahkan hanya untuk 3 jam saja kemudian balik lagi. pantas kan jika saya begitu membenci dunia ini, sedang diluar sana sibuk mencaci pekerjaan ayah kami padahal mereka tidak pernah tahu bahwa kami mengobarkan perasaan kami, mengorbankan waktu waktu kebersamaan kami. hanya untuk apa? jika tidak untuk kalian. rakyat indonesia.
dan tahun ini.. ayah kembali menjadi calon anggota legislatif.
beliau akan kembali memikirkan ummat, perhatian2 ayah kami kembali harus kami bagi, lihatlah bagian kepala beliau sudah penuh dengan rambut2 putih, badan yng semakin kurus, sorot mata lelah. ayah kami.. selamat berjuan ayah.. bersama Partai Kita Semua ini mari kita buktikan pada dunia bahwa tidak semua yang ada didalam dunia mu itu acuh, dalam dunia politik masih ada orang orang yang memikirkan tentang ummat.
"mbak, jika lelah menyapamu pada dakwah ini berhentilah sejenak, berfikirlah tentang perjumpaan kita dengan Nya, bayangkan syurga. Syurga itu tempat yang paling baik, dan untuk mencapai sana kita butuh usaha, butuh bersusah susah, akan ada kerugian besar yang merenggut diri kita jika kita meninggalkan ini. " (abi- ayah kami)
"(nangis terharu)"
yah,sampai detik ini saya membenci politik. dia begitu kejamnya mengeneralkan sesuatu hal. semua dianggap jahat, semua dianggap tak bermoral, sedangkan kami tahu.. ayah saya. ayah kami.. berjuang mati matian di dalam sini.
pemilu tahun ini saya akan GOLPUT.. karena saya termasuk GOLongan Pemilih nomer Urut Tiga.
salam tiga jari,, CINTA KERJA DAN HARMONI
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H