Ada momen ketika Kiran dan mahasiswa itu sudah berada dekat dengan sebuah batu di gunung, yang menampilkan bahwa mahasiswa ini sangat baik dan benar-benar peduli akan keselamatan Kiran. Kiran tak lama di gunung, terbukti saat mahasiswa itu bangun, dia menemukan secarik kertas dan membaca kertas yang terdapat pesan di dalamnya dari Kiran.
Suatu hari, ada momen ketika Kiran tampak pucat oleh dosennya, dan dosennya memberi sedikit perhatian untuknya. Dosennya juga semacam menawarkan kalau Kiran ada keinginan apapun, maka bisa minta pada dosennya itu. Kiran pun melakukannya.Â
Dosennya itu memberikan apa saja yang Kiran mau, tapi dosen tersebut ada niat yang berhubungan dengan seksual pada Kiran, hingga akhirnya bisa dikatakan Kiran terjebak dalam 'dunia kemunafikan". Melalui dosennya itu, Kiran ingin mengungkap kemunafikan manusia. Dia sungguh marah pada Allah akan apa yang terjadi padanya.
Ada momen ketika dia sedang berduaan dengan dosennya, dia mendapat kabar bahwa sang Bapak telah berpulang. Kiran menangis sejadi-jadinya di toilet. Sedih luar biasa akan kehilangan sosok yang begitu menyayanginya dan selalu uang untuk berobat beliau lebih beliau berikan untuk biaya pendidikan Kinan.
Kiran punya alat untuk pertahanan dan perlindungan dirinya. Suatu hari, alat itu diambil oleh seorang pejabat. Kiran merasa dirinya terancam dan harus menyelamatkan data-data lain yang ada dalam laptopnya. Kiran sudah bersiap untuk melarikan diri, dan dalam persiapannya itu, dosennya datang dan berbicara dengannya. Dosennya merasa gelagat Kiran aneh, dan Kiran pun berhasil melarikan diri dengan membuat dosennya itu terluka.
Setelah semua itu, Kiran yang akan melarikan diri bersama Mbak Ami, pemilik sebuah salon tempat Kiran juga sempat tinggal di sana, juga sosok yang sangat peduli dengannya, disekap selama tiga hari. Kiran berhasil menyelamatkan diri, dan pergi mencari Mbak Ami. Ternyata Mbak Ami sudah dibawa ambulans dalam keadaan tidak bernyawa.Â
Kiran pun menyusuri jalan, yang ternyata mencari jenazah Mbak Ami di sebuah rumah sakit. Dia meminta maaf pada Mbak Ami, lalu membaca keterangan kematian Mbak Ami, dan waktu kematiannya. Kiran ingat akan benda kecil berisi data-data yang dia selamatkan, lalu mencari ke dalam saku pakaian Mbak Ami. Benda itu ajaibnya masih ada dalam saku pakaian Mbak Ami. Lalu, Kiran pun pergi.
Suatu hari, Kiran membantu seorang ibu di warungnya. Sebuah bus pariwisata tampak berhenti, lalu turun banyak mahasiswa dari bus tersebut, dan tampak terakhir turun itu adalah dosen Kiran yang telah membuat hidupnya seperti sekarang. Kiran pun kaget, panik, lalu bergegas pamit pergi pada seorang ibu yang telah berbaik hati menampungnya. Kiran berlari terus seiring dengan suara-suara yang mengahntuinya. Dia yakin dosennya itu sedang mengejarnya.
Kenyataannya ketika Kiran sudah berada di sebuah puncak bukit, dosennya itu ada di sana. Benar, dosen itu mengejarnya. Dosennya itu menceritakan akhir kisah dari pejabat-pejabat yang pernah menjadi "klien" Kiran. Kiran menanggapinya dengan tertawa sekeras-kerasnya, dan tawa Kiran terhenti kala melihat pisau dalam genggaman dosennya itu. Dosennya kesal akan segalanya yang telah hancur gegara Kiran.
Pada akhirnya, Kiran tidak terbunuh, dan dia tidak berhenti untuk mengungkap kemunafikan satu manusia lagi yang pernah menjadi "klien"-nya itu.
Kita sebagai manusia seringkali ketika sudah dalam masalah jadi marah pada Allah. Kita merasa Allah jahat, tidak adil, kejam. Aku juga pernah seperti Kiran, marah pada Allah, pada masa titik terendahku dalam hidupku sejauh ini. Padahal, kita diberikan masalah, cobaan, Allah menguji kita untuk kita bisa naik kelas dalam menjalani hidup di dunia ini. Tidak mudah bagi kita sebagai manusia yang sedang dalam ujian itu tetap bersyukur dan berprasangka baik. Begitulah kita, manusia.