Perjalanan dari bandar udara menuju kantor gue tempuh dengan menaiki bus dilanjut dengan sepuluh menit berjalan kaki. Sembari menyeret koper kerja gue yang berat, gue menantang teriknya mentari di tengah siang bolong. Sesampainya gue di depan kantor, gue kembali disambut dengan jejeran selongsong besi abu-abu yang memisahkan gue dengan kantor gue.
Gue berdiri terpaku.
Ada apa lagi nih?!!
Kembali gue merogoh telepon genggam gue untuk memastikan kembali bahwa hari itu adalah hari Senin.
Bener kok ini hari Senin! Kenapa tutup lagi deh?
Tak lama kemudian petugas keamanan kantor gue menyadari keberadaan gue. Bagaimana tidak? Adalah seorang gadis berkantung mata tebal dengan koper di tangan kiri dan telepon genggam di tangan kanan berdiri dengan tatapan kosong di depan gerbang yang sedang beliau jaga.
“Hari ini kantor tutup Mbak. Kan hari libur nasional,” ujar bapak satpam.
“Loh? Hari libur apa Pak?” gue terkejut heran.
“Hari kemerdekaan loh!”
APAH?!!!
Ternyata selain buta hari gue pun buta tanggal. Dan karena jadwal terbang tidak mengenal tanggal merah, gue pun turut buta warna.