Gue ingat banget di babak kedua seleksi penerimaan pramugari, gue bertemu dengan Mbak F, sang interviewer. Mbak F ini cantik, eksotis nan modis -tipikal wanita karir idaman tiap kaum hawa.
Siang itu duduk lah gue dihadapan Mbak F dengan kupu-kupu grogi aktif mengepakkan sayapnya di dalam perut gue. Setelah basa-basi lucu tentang kehidupan gue, Mbak F menyuruh gue berdiri sambil membaca paragraf singkat yang ditulis dalam bahasa inggris. Untuk menilai kemampuan gue berbahasa asing, terka batin gue.
Rupanya selain menyimak kefasihan gue berbahasa inggris, Mbak F turut memerhatikan bentuk tubuh gue.
Kok lu tau, G? Ge-er aja kali?
Oh, gue tau satu detik setelah gue menaruh kertas berisi paragraf yang gue sudah lupa apa isinya itu dan gue kembali ke tempat duduk gue semula.
“Kamu kapan terakhir berolahraga?” ujar Mbak F singkat.
Singkat namun tajam. Menusuk sampai ke lubuk hati yang paling dalam.
Disitu kadang saya merasa sedih.
Gue sempat kehilangan kata-kata. Terkejut dengan pertanyaan yang tidak pernah gue duga sebelumnya. Gue pun menjawab pertanyaan Mbak F sesuai fakta dengan naifnya. Namun demikian, bagian kecil dari otak besar gue berbisik bahwa ada makna mendalam dari pertanyaan tersebut.
Selepas wawancara dengan Mbak F gue pun memikirkan kata-kata beliau dengan lebih sungguh-sungguh. Di mobil gue baru betul-betul paham intisari dari pertanyaan beliau. Tak elak kepercayaan diri gue sedikit berdarah.
Di post Kisah Gadis Sang Pramugari gue cerita betapa terpuruknya gue sebelum gue menapaki jenjang karir gue yang sekarang. Di masa kelam itu kehidupan gue memang agak kurang. Selain kurang kehadiran sesosok pria, gue juga kurang berolahraga dan kurang memerhatikan pola makan gue. Alhasil bentuk tubuh gue pun agak kurang ideal, terutama mengingat gue sedang melamar ke profesi ya ng body mass index nya dimonitor.