Mohon tunggu...
Firdaus  Faisal Merdekawan
Firdaus Faisal Merdekawan Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Magister Hukum UI and Part of LPDP RI

Penggemar perkembangan sains dan teknologi. Menulis untuk melepaskan gagasan yang mengendap pada pikiran.

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Sepak Bola Lebih dari Sekadar Olahraga

3 Januari 2019   13:37 Diperbarui: 3 Januari 2019   13:44 409
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Mungkin kalau ada survey ke seluruh dunia tentang olahraga paling favorit, kita semua sepakat bahwa sepakbola adalah jawabannya. Bukan tanpa alasa olahraga yang dimainkan sebelas orang pertimnya ini selalu mempunyai suporter yang terdiri dari berbagai kalangan mulai dari anak kecil, remaja, hingga dewasa. Olahraga ini tidak muncul begitu saja. Sepakbola telah mengalami banyak fase sehingga menjadi tontonan menarik seperti sekarang ini.

Jika kita telisik lebih jauh, terdapat beragam sumber mengenai sejarah sepakbola. Mulai dari Tiongkok pada abad ke-2 sebelum masehi yang sudah mengenal olahraga mendang bola yang terbuat dari kulit hewan, kemudian di Jepang terkenal dengan istilah Kemari. Kita tidak tau pasti kapan olahraga sepakbola ini lahir namun menurut beberapa literatur, sepakbola modern lahir pada abad 18 di daratan Inggris dengan ditetapkannya beberapa-beberapa aturan yang baku.

Lebih dari sekadar olahraga

Jika dulu menonton sepakbola merupakan hajatan antar klub elit saja, sekarang tidak demikian. Sepakbola modern hari ini bukan hanya milik klub, pemain, dan suporter saja tetapi milik semuanya. Terdapat perputaran uang di setiap pertandingannya sehingga hadirnya pertandingan di iklim kompetisi yang baik bukan hanya sebatas menyelenggarakan pertandingan tetapi juga sebagai ladang nafkah sebagian orang. Mulai dari industri pendukung keperluan olahraga sepakbola, jersey, pedagang makanan di stadion hingga tukang pakir.

www.theguardian.com
www.theguardian.com
Dari segi kesehatan, menonton sepakbola juga ada manfaatnya. Rene Clauselle, Psy D seorang pemilik klinik psikologi pribadi di Long Island New York berpendapat bahwa menonton sepakbola dapat menguatkan ikatan emosi antara seseorang dengan tim kebanggaannya. 

Beberapa peneliti lain juga mengungkapkan bahwa selepas menonton sepakbola itu dapat memengaruhi hormon endorfin seseorang yang merupakan hormon untuk memicu perasaan senang, tenang, atau bahagia. 

Sehingga ketika seseorang menonton tim kebanggannya itu menang maka dia akan merasa bahagia bukan main. Begitu juga sebaliknya, ketika tim kebanggaannya kalah bisa jadi dapat menurunkan hormon endorfin seseorang hingga pada satu titik tertentu dapat memicu perbuatan yang merugikan seperti perusakan fasilitas umum hingga tawuran antar suporter.

Sepakbola harus dikelola secara profesional

Mengingat begitu penting dan kompleksnya olahraga sepakbola ini, membuat pengelolaanya harus dilaksanakan secara maksimal. Sepakbola harus hadir dengan semangat fairplay dan profesional sehingga memastikan kompetisi berjalan secara sustainable. Maka tidak lah mengherankan di dunia sepakbola saat ini terdapat aturan tersendiri (lex sportivo) yang mengatur seluk-beluk pelaksanaan sepakbola. 

Awalnya aturan ini dibuat oleh FIFA untuk memastikan bahwa negara tidak dapat campur tangan dalam pengelolaan sepakbola, karena pada masa itu sedang masa perang dunia, banyak negara-negara peserta perang mencoba untuk meyelipkan kampanye-kampanye militernya di permainan sepakbola.

Namun seperti dua koin mata uang yang memiliki dua sisi yang berbeda, kini kehadiran dari lex sportivo juga dapat menjadi peluang bersarangnya para mafia untuk mendekonstruksi permainan yang fairplay dan profesional demi seonggok keuntungan pribadi mereka. Seakaan-akan lex sportivo ini merupakan sebuah tameng untuk menutupi kebobrokan dan melindungi mereka dari kejaran hukum publik (pidana).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun