Organisasi disusun atas beragam persepsi yang dikompromikan oleh visi yang sama. Untuk menuju visi yang telah di tetapkan sebeleumnya melalui kemufakatan. Dan untuk bergerak menuju visi tersebut dibentuklah pemimpin.Â
Naah.. dalam hal ini, tugas pemimpin adalah pelaksana (executive) organisasi. Menjadi suatu kewajiban, harus ada dua syarat utama sebagai pemimpin ini. Pertama mampu menjadi penengah yang baik yang mengelaborasikan semua potensi yang ada dan yang kedua adalah memiliki keluasan pandangan dalam memandang sebuah perbedaan cara melakukan suatu langkah.
Penengah yang baik, seperti yang telah dicontohkan Nabiyullah Muhammad SAW saat menyelesaikan permasalahan yang dihadapi oleh ummat ketika hendak mengembalikan hajar aswad yang terbawa arus banjir menjauh dari ka'bah. Dimana masing-masing kafilah merasa satu-satunya fihak yang sah untuk mengembalikan sang hajar aswad.Â
Disini muncul permasalahan. Dan dengan bijaknya, rasullah yang akhirnya ditunjuk sebagai penengah, menggelar sajadahnya dan meletakkan hajar aswad diatasnya, serta dimintalah oleh beliau, setiap kafilah memegang ujungnya dan membawa sang batu kembali ketempatnya.
Berkebalikan dari penengah adalah memihak. Bukannya menyatukan semua potensi yang ada malah memilih untuk mengambaikan serta menistakan yang berseberangan oleh kemauan sang penerima amanah. Tentunya jika pola ini diteruskan aka nada arus yang menghambat laju organisasi menuju visi. Ibaratnya, sebuah bola yang di ikat kemudian ujung satu ditarik ke utara sedang ujung yang lain ditarik ke selatan.Â
Bukannya mencetak goal, akan tetapi menjauh dari posisi terbaiknya. Dengan kata lain, menjadi penengah yang baik bermakna melaksanakan prinsip keadilan. Pemimpin wajib bersikap adil atas yang dipimpinnya, adil bermakna menjauhi kesewenang-wenangan dan lebih banyak mendengarkan, dan arif mengelola semua potensi terbaik organisasi.
"Hai orang-orang yang beriman hendaklah kamu menjadi orang-orang yang selalu menegakkan kebenaran karena Allah, menjadi saksi dengan adil. Dan janganlah sekali-kali kebencian terhadap suatu kaum, mendorong kamu untuk berlaku tidak adil. Berlaku adillah karena adil itu lebih dekat pada taqwa..." (QS. Al-Maaidah : 8)
Keluasan pandangan menghadapi perbedaan. Keluasan yang dalam bahasa inggris disebut wide akan membawa seseorang ke kondisi wise (bijaksana), dan diujung proses ini hadirlah wisdom (kebijaksanaan). Keniscayaan, perbedaan hadir terutama terletak pada how to (bagaimana cara). Dan memang rerata perbedaan memang hadir di wilayah cara.Â
Persepsi, buku yang baca dan pengalaman yang beragam menjadi tiga penyebab utama perbedaan ini. Bagi pemimpin, jika tubuh kepemimpinannya lebih kecil dari perbedaan, pendekatan yang dipilihnya lebih kearah pendekatan power, bukan pendekatan kultural.
Pendekatan power menekankan pada penggunaan kekuasaan untuk menekan setiap perbedaan dengan memberikan ruang yang sangat sempit pada diskusi dan dialog. "kamu harus manut dengan saya!, karena saya adalah pemimpinmu!" seperti itu gambaran bahasa yang sering digunakan. Apa yang terjadi selanjutnya dengan pola ini?Â
Yang terjadi hanyalah pemaksaan kehendak pemimpin kepada yang dipimpin. Dan ini lebih dekat pada sosok pemimpin yang meminta dilayani bukan melayani. Padahal disisi lain ini bertentangan dengan makna dasar seorang pemimpin. Yakni pemimpin adalah pelayan bagi ummatnya.