Jika dulu Indonesia rutin impor jagung, bawang merah, cabai, telur, daging ayam dan lainnya, kini Indonesia diklaim telah mampu membalikkan posisi menjadi eksportir jagung, bawang merah, telur unggas, ayam, domba dan produk pertanian lainnya.
Ilusi atau Nyata?
Jika kita menelan mentah-mentah informasi diatas, tentu saja kinerja kementerian yang satu ini tampak sebagai sebuah maha prestasi. Namun, alangkah baiknya jika kita berani bertanya, jika memang ada penambahan luas lahan yang sedemikian besarnya, mengapa negara kita masih saja diguyur jutaan ton impor beras tiap tahunnya?Â
Menilik data Badan Pusat Statistik (BPS), pemerintah Indonesia telah melakukan impor beras sebanyak 2,25 juta ton dengan nilai US$1,03 miliar sepanjang tahun 2018. Jika dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya, impor beras di tahun 2018 tercatat sebagai yang tertinggi.
Pada 2015 total impor beras sebanyak 861,60 ribu ton dengan nilai US$351,60 juta. Pada 2016 impor beras tercatat sebanyak 1,28 juta ton dengan nilai US$531,84 juta. Sementara pada 2017 tercatat sebanyak 305,27 ribu ton dengan nilai US$143,64 juta.Â
Kesimpulannya, sejak tahun 2000 hingga saat ini, belum pernah Indonesia absen dari yang namanya impor beras. Aneh bukan? Pertanyaan mendasar dan sederhana ini harus bisa dijawab oleh Kementan.Â
Apa yang salah? Kepala Penelitian Center for Indonesian Policy Studies (CIPS) Hizkia Respatiadi menilai perluasan lahan pertanian justru sulit dilakukan karena jumlah penduduk yang terus meningkat. Jumlah penduduk yang bertambah idealnya diikuti dengan kemampuan lahan pertanian untuk menyediakan pangan untuk mereka.
Hal lain yang menyebabkan perluasan lahan pertanian menjadi sulit adalah gencarnya industrialisasi dan pembangunan infrastruktur. Kedua hal tersebut tidak jarang harus mengorbankan lahan pertanian.
"Pemerintah sebaiknya fokus pada peningkatkan efisiensi lahan yang sudah ada, peningkatan kapasitas petani dan revitalisasi alat pertanian serta pabrik-pabrik yang sudah tua. Hal ini lebih efektif ketimbang perluasan lahan," jelasnya.