#JagaLampung. Judul di atas nggak menggambarkan makna sebenarnya, tapi bukan bohongan. Suwerrr
Pulau Sumatera punya keunikan yang sukar dimengerti. Mau tau apa keunikannya? Nggak banyak sih yang nyadar kalau Sumatera satu-satunya pulau di dunia yang berbentuk vertikal, tapi ujung bawahnya bukan selatan. Hanya di pulau Sumatera ada wilayah lain setelah Sumatera Selatan. Namanya Lampung.
Budaya masyarakat Lampung juga berbeda dengan budaya masyarakat Sumatera. Lampung lebih dekat dengan budaya pulau Jawa daripada budaya pulau Sumatera yang kental unsur melayunya. Pasnya tuh ya punya mindset begini, ujung barat Jawa itu Lampung, lalu ujung selatan Sumatera itu ya Sumatera Selatan.
Nggak heran dong kalau orang Lampung mindsetnya ke Jawa. Contoh paling pas ya soal protes Islam. Ini ribut-ribut kan gaweannya pilkada DKI, tau-tau jadi gaweannya orang Lampung. Pusyiing eike. Pusying Pala Berbii..
Desas-desus dari jaringan aktivis, Lampung pede bisa kirim SEPULUH RIBU TERORIS COY ke Jakarta buat ikutan protes Islam Wiro Sableng. Sumpah ! Pas denger ikon protes Islam 212, keinget Wiro Sableng guee.. Ya kan? Ya kan?
Besokannya temen jaringan juga japri, protes Islam Wiro Sableng ada soft launchnya di Lampung. GOKIL !! SEPULUH RIBU TERORIS NGACAK2 LAMPUNG NEH !!
Maapin kalau pakai sebutan teroris. Sorry men, orang itu dinilai dari kelakuannya. Kalau kalian nggak mau disebut teroris, ya tunjukin sikap yang sesuai. Kemaren sesumbar aksi damai, ujungnya rusuh. Mana ada yang percaya kalau protes Islam Wiro Sableng bakalan damai?
Temen-temen di Lampung pada was-was kalau soft launch protes Islam Wiro Sableng di Lampung 25 November bakalan rusuh. Lagian ngapain juga sih orang Lampung ngurusin ribut-ribut pilkada DKI. Lampung saja masih segudang masalahnya, malah ngurusin ribut-ribut ibukota.
Temen-temen FOE (Friends of Earth, di Indonesia namanya Walhi) pada curhat event internasional yang mereka buat bakal keganggu protes Islam Lampung.
Acaranya ada pemilihan kepengurusan FOE Internasional, penyusunan program baru gerakan lingkungan hidup global, simposium dan paling penting menagih janji Jokowi soal Reforma Agraria (tata kelola lahan) di Indonesia.
Jokowi akan hadir di Rapat Akbar FOE Internasional di Lampung pada pembukaan Simposium 25 November 2016. Ini momen besar untuk gerakan lingkungan hidup di Indonesia. Bayangin saja, peserta dari 75 negara Rapat Akbar di Lampung untuk mendesak Jokowi realisasikan Reforma Agraria yang berpihak pada rakyat.
Tau sendirilah gimana hebatnya para penguasa kebun sawit. Sinarmas, Wilmar, Ganda dan kroni-kroninya. Dari dulu target kapitalis-kapitalis itu menghapus sistem tanah adat biar bisa dibeli, diambil paksa, skema sengketa dan cara-cara kasar lainnya.
Nggak jarang juga perusahaan-perusahaan sawit membunuh masyarakat adat yang menolak dirampas tanahnya. Lampung punya cerita kelam pembantaian Mesuji.
Temen-temen aktivis lingkungan sudah tau siapa aktor pembantaian Mesuji, cuma sulit menyeret jahanam-jahanam itu ke penjara. Dunia sawit yang paling nafsu jadi pemain teratas ya Sinarmas. Bekingannya Tommy Winata, mbahnya mafia. Greenpeace Indonesia saja sudah dibeli sama Sinarmas, makanya gue keluar dari Greenpeace. Bullshit !!
Mesuji ini wilayah yang juga punya keunikan, mirip-mirip lah sama Lampung. Mesuji satu-satunya tanah adat yang masuk di dua provinsi, Kecamatan Mesuji masuk Sumatera Selatan dan Kabupaten Mesuji masuk Lampung.
Nggak heran kalau Mesuji jadi alat untuk menghapus tanah adat di Sumatera Selatan dan Lampung dalam sekali tepuk. Pembantaian Mesuji Sumatera Selatan dan Lampung tahun 2009-2011 silam, mengangkat konflik kepentingan sawit dengan masyarakat adat ke tingkat nasional. Pemerintah pusat mendesak segera diselesaikan sengketa tanah adat Mesuji dengan 3 perusahaan di Sumatera Selatan dan Lampung.
Waktu itu Gubernur Sumatera Selatan Alex Noerdin (Golkar) manut menangkan kepentingan sawit. Gubernur Lampung Sjachroedin ZP (PDIP) tolak kepentingan sawit (Sinarmas, Wilmar dibeking TW) untuk hapus tanah adat. Habis akal dipakailah modus pembantaian masyarakat adat.
Waktu Mesuji kejadian, Presiden SBY dan Menteri Kehutanan Zulkifli Hasan jelas terlibat bersama Komisi 3 DPR. Mana mungkin kasus seperti Mesuji bisa berakhir nggak jelas, sengaja ditarik ulur saja itu. Karena mereka dapat untung juga kalau tanah adat di Sumatera Selatan dan Lampung bisa dihapus. Tinggal terapkan racikan penghapusan tanah adat Sumatera Selatan dan Lampung untuk hapus seluruh tanah adat se-Indonesia.
Tarik-tarikan politik di DPR dan pemerintah akhirnya bikin kasus Mesuji ngambang nggak jelas juntrungannya. Sekarang sudah ganti pemerintahan. PDIP sekarang di atas, Cikeas di bawah.
Pas kampanye, Jokowi janji akan realisasi Reforma Agraria yang lebih menguntungkan rakyat dan tanah adat, tapi sampai hari ini belum juga. Temen-temen aktivis pasrah saja, kabarnya Sinarmas dan TW sekarang ada di belakang Jokowi. Hati kecil gue sih, Jokowi sebenernya masih bersama rakyat, cuma banyak pembisik dan hasutannya saja.
Event Rapat Akbar FOE 21 November sampai 4 Desember 2016 tujuannya mengingatkan Jokowi sama janjinya. Kali aja bisa direalisasi janjinya yang dulu. Temen-temen FOE (Walhi) berharap banyak Jokowi bisa hadir di Lampung (pembukaan Simposium 25 November).
Tapi jadi agak putus asa, karena tau-tau ada protes Islam Lampung yang barengan harinya sama jadwal kehadiran Jokowi. Waktu protes Islam 4 November saja, Jokowi tak temui pendemo. Sangsi jadinya Jokowi tetap hadir di pembukaan Simposium FOE.
Desas-desus temen-temen aktivis lingkungan menduga protes Islam Lampung 25 November sengaja dibarengin sama jadwal kehadiran Jokowi. Kata mereka bisa saja Jokowi dan Cikeas yang kabarnya jadi aktor di balik protes Islam.
Bukan mustahil sih. Dulu Cikeas memerintah ditempel deh sama Sinarmas dan TW ngegodok Mesuji. Sekarang PDIP memerintah pindah inang lah Sinarmas sama TW. Bukan nggak mungkin Jokowi dan SBY sama-sama ngejaga kepentingan sawit di protes Islam Lampung 25 November. Bandarnya samaan, Sinarmas sama TW.
Temen-temen FOE mikir terburuknya Rapat Akbar FOE akan dihadiri Jokowi lalu protes Islam Lampung rusuhin acara. Jokowi pasti bisa langsung diamankan dan balik ke Jakarta. Nasib acara Rapat Akbar FOE 2016 pasti bubar jalan. Gagal maning usaha memenangkan hak rakyat atas tanah adat. Sawit lagi yang menang. Masih ketakutan temen-temen FOE Â sih memang, tapi mawas diri kan wajar. Protes Islam 4 November saja rusuh, malah ada yang bilang ditunggangin.
Nggak tau lah yang bener bagaimana.
Saran saja, temen-temen FOE siap-siapin diri. Kalau beneran rusuh dan bener protes Islam Lampung ditunggangin pihak yang ingin gagalkan Rapat Akbar FOE 2016, siapa lagi yang diuntungkan kalau bukan sawit? Rakyat mah selalu kalah. Huh !
#JagaLampung
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H