Dua artikel saya kemarin, mengkritik keras mereka yang mati-matian adu argumen soal pilihan terbaik Blok Masela memakai kacamata keuntungan finansial, ketimbang memakai kacamata kelestarian alam. Pada artikel kali ini saya akan membahas flora fauna mana saja yang terancam punah oleh kepentingan finansial industri migas raksasa yang dibela oleh sejumlah wayang bertopeng.
Seperti saya ulas pada artikel kemarin. Banyak pihak mendesak agar eksploitasi Blok Masela Abadi memakai metode Kilang LNG Darat (Onshore LNG / OLNG). Metode ini akan membangun jaringan pipa gas bawah laut dari Blok Masela Abadi di lautan lepas ke Pulau Yamdena.
Jaringan pipa gas bawah laut akan mengalirkan gas yang disedot dari pengeboran lepas pantai di Blok Masela Abadi sejauh 150 kilometer ke Kilang LNG Darat (OLNG) di Pulau Yamdena yang akan memakan lahan seluas 800 hektar.
Di artikel saya kemarin, sudah diulas pembangunan Kilang LNG Darat (OLNG) berarti akan membabat hutan seluas 800 hektar yang akan berdampak signifikan bagi ekosistem Pulau Yamdena. Hasil penelitian Institut Pertanian Bogor (IPB) menyebutkan, ketebalan tanah Pulau Yamdena hanya 20 cm, karena ia terletak di patahan. Tipisnya lapisan tanah Pulau Yamdena membuat hutan menjadi faktor penting menjada ekosistem darat. Pembabatan hutan 800 hektar akan mengakibatkan erosi tanah dan pengeringan sumber mata air. Itu berarti, kesuburan tanah untuk produksi pangan serta ketersediaan air Pulau Yamdena terancam, gegara pembabatan hutan untuk bangun Kilang LNG Darat (OLNG).
Dampaknya, 9 spesies endemik Kepulauan Tanimbar terancam punah jika rencana pembangunan Kilang LNG Darat (OLNG) Blok Masela tetap dibangun. Saya jadi bertanya-tanya, apakah layak 9 spesies itu kita biarkan punah demi kilang tersebut? Memangnya berapa banyak keuntungan finansial yang akan diperoleh agar kita semua bisa memaklumi pemusnahan 9 spesies itu?
Rencana pembangunan Kilang LNG Darat (OLNG) Blok Masela diperkirakan menelan investasi USD 19,3 miliar (Rp 260 triliun), terdiri dari :
- Fasilitas pengeboran bawah laut USD 2,9 miliar (Rp 39 triliun)
- Kapal tanker USD 5,3 miliar (Rp 71 triliun)
- Jaringan pipa gas bawah laut USD 1,2 miliar (Rp 16 triliun)
- Kilang LNG Darat USD 9,9 miliar (Rp 134 triliun).
Pendapatan negara hingga tahun 2048 (akhir konsesi Blok Masela) diperkirakan mencapai USD 42,3 miliar (570 triliun). Jadi, dengan modal Rp 260 triliun, keuntungan finansial yang akan didapat sebesar Rp USD 23 miliar (Rp 310 triliun).
Besar yah nilai keuntungannya. Jadi maklum kalau ada orang-orang yang rela membela mati-matian Kilang LNG Darat (OLNG) tanpa memusingkan adanya kerusakan alam yang mengancam punah makhluk hidup di sekitarnya.
Sedikitnya 9 spesies endemik Kepulauan Tanimbar terancam punah akibat pembangunan Kilang LNG Darat (OLNG) di Pulau Yamdena. Bukan hanya 9 spesies itu lho. Jangan lupa, jaringan pipa bawah laut juga akan merusak ekosistem biota laut. Kepulauan Tanimbar merupakan salah satu area yang dibidik menjadi konservasi Terumbu Karang.
Penelitian WCS (Wildlife Conservation Society) pada Oktober 2014, menemukan sedikitnya 68 genera Terumbu Karang hidup di Kepulauan Tanimbar. Ekosistem Terumbu Karang Kepulauan Tanimbar juga menjadi habitat 505 spesies ikan karang.
Jadi bukan saja 9 spesies endemik Tanimbar yang terancam punah, tetapi juga pembangunan jaringan pipa gas bawah laut akan merusak kehidupan 68 genera Terumbu Karang dan 505 spesies ikan karang di Kepulauan Tanimbar. Belum lagi dampaknya pada kehidupan manusia di Pulau Yamdena. Pembabatan hutan seluas 800 hektar untuk Kilang LNG Darat (OLNG) akan mengganggu kesuburan tanah dan ketersediaan air, sebagaimana penelitian IPB. Kehidupan manusia di Pulau Yamdena juga tentunya akan terganggu keseimbangannya.
Tapi yah, apalah artinya 9 spesies terancam punah serta rusaknya hajat hidup puluhan genera Terumbu Karang dan ratusan spesies ikan, serta manusia di Pulau Yamdena? Semua itu bisa dibayar kok dengan keuntungan finansial Rp 310 triliun dari Blok Masela. Begitu kali yah pola pikir para pembela kepentingan industri migas itu.
Baca dua artikel saya kemarin disini :
Kompasiana : Kilang LNG Darat (OLNG) Rusak Ekosistem Hutan Tanimbar
Kaskus : Kilang LNG Darat (OLNG) Rusak Ekosistem Hutan Tanimbar
Blog Detik : Kilang LNG Darat (OLNG) Rusak Ekosistem Hutan Tanimbar
 ---
Kompasiana : Pipa Gas Bawah Laut Blok Masela Ancam Ekosistem Terumbu Karang Maluku
Kaskus : Pipa Gas Bawah Laut Blok Masela Ancam Ekosistem Terumbu Karang Maluku
Blog Detik : Pipa Gas Bawah Laut Blok Masela Ancam Ekosistem Terumbu Karang Maluku
Jaga-jaga 9 spesies endemik Tanimbar punah di masa mendatang, saya lampirkan disini foto-foto untuk kenang-kenangan.
1. Kakatua Tanimbar (Cacatua goffiniana)
2. Nuri Tanimbar (Eos reticulata)
3. Perling Tanimbar (Aplonis crassa)
4. Ceret Tanimbar (Cettia carolinae)
5. Sikatan perut emas (Microeca hemixantha)
6. Kipasan Tanimbar (Rhipidura ophistherythra)
7. Anis Tanimbar (Zoothera schistacea)
8. Gosong Tanimbar (Megapodius tenimberensis)
9. Anis Larat (Zoothera machiki)
Siapakah kita, berhak untuk mencabut eksistensi makhluk hidup yang Indah seperti di atas dari dunia? Kita harus jaga baik-baik. Kita memang butuh pengembangan fasilitas energi untuk kelangsungan kita sendiri, tapi jangan sampai harus membawa dampak buruk terhadap lingkungan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H