Mohon tunggu...
Nola Santaria
Nola Santaria Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Suka Menggambar

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Pengaruh Inflasi Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Makro Di Indonesia

21 Mei 2023   00:06 Diperbarui: 21 Mei 2023   20:48 238
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Keberhasilan atau kegagalan suatu negara dalam memecahkan masalah ekonomi negaranya sendiri dapat diukur dari ekonomi makro dan mikro negara tersebut. Makro ekonomi adalah studi tentang kegiatan yang mempengaruhi perekonomian suatu negara. Kegiatan ekonomi dalam masyarakat dipengaruhi oleh banyak faktor yang mempengaruhi pemenuhan kebutuhan kegiatan ekonomi, termasuk inflasi. Inflasi merupakan salah satu dampak yang mempengaruhi tingkat konsumsi masyarakat. Inflasi yang tinggi mempengaruhi fundamental ekonomi, atau sebaliknya, jika inflasi rendah menyebabkan deflasi harga komoditas, yang menyebabkan penurunan lapangan kerja. Sehingga faktor tersebut dapat mempengaruhi pertumbuhan ekonomi dengan meningkatkan produksi barang dan jasa dari periode sebelumnya ke periode yang sedang berkembang.

Pertumbuhan Ekonomi 

Pertumbuhan ekonomi adalah suatu proses dimana kondisi ekonomi di suatu negara secara terus menerus berubah menjadi kondisi yang dianggap lebih baik untuk jangka waktu tertentu. Pertumbuhan ekonomi adalah upaya meningkatkan kapasitas produktif untuk menghasilkan tambahan output, yang diukur dengan produk domestik bruto (PDB) dan produk domestik bruto (PDB) daerah di suatu wilayah. Menurut Murni (2006:173), pertumbuhan ekonomi adalah keadaan di mana PDB potensial berkembang, yang mencerminkan peningkatan produksi per penduduk dan taraf hidup masyarakat. Menurut Jingan (2004:67), proses pertumbuhan ekonomi dipengaruhi oleh dua jenis faktor yaitu faktor ekonomi dan non ekonomi. Beberapa faktor ekonomi diantaranya:

1. Faktor Ekonomi

a.)Sumber Alam

b.)Akumulasi Modal

c.)Kemajuan Teknologi

d.)Pembagian kerja dan skala produksi

2. Faktor Non-ekonomi

a.)Faktor sosial

b.)Organisasi

c.)Faktor politik dan administratif

Teori-teori pertumbuhan ekonomi adalah sebagai berikut (Sukirno, 2006:432):

  • Teori Pertumbuhan Klasik: Menurut ahli ekonomi klasik, pertumbuhan ekonomi dipengaruhi oleh empat faktor, yaitu: Jumlah penduduk, jumlah stok barang modal, luas lahan dan sumber daya alam, serta tingkat teknologi yang digunakan.
  • Teori Schumpeter: Teori Schumpeter menekankan pentingnya peran wirausaha untuk mencapai pertumbuhan ekonomi. Dalam teori ini pengusaha ditampilkan sebagai kelompok yang selalu melakukan pembaharuan atau inovasi dalam kegiatan ekonomi.
  • Teori Harrod Domar: Dalam teori ini, peran investasi disajikan sebagai faktor penyebab tumbuhnya belanja umum. Teori ini pada intinya menekankan peran sisi permintaan dalam mencapai pertumbuhan.
  • Teori Pertumbuhan Neo-Klasik: Teori ini menggunakan kajian empiris untuk menunjukkan bahwa perkembangan teknologi dan peningkatan keterampilan masyarakat merupakan faktor terpenting dalam terwujudnya pertumbuhan ekonomi. 

Inflasi 

Inflasi merupakan salah satu konsep ekonomi makro yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi, daya beli masyarakat dan kecenderungan masyarakat untuk berinvestasi. Inflasi adalah proses peristiwa, bukan naik turunnya tingkat harga. Dengan kata lain, tingkat harga yang tinggi belum tentu berarti inflasi. Inflasi merupakan indikator besarnya perubahan dan dianggap terjadi ketika proses kenaikan harga berlangsung terus-menerus dan saling mempengaruhi. Istilah inflasi juga berarti peningkatan jumlah uang beredar, yang terkadang dianggap sebagai penyebab kenaikan harga. Inflasi dapat diukur dengan banyak cara. Dua yang paling umum digunakan adalah indeks harga konsumen dan deflator PDB.

Teori- Teori Inflasi

  • Teori Kuantitas: Sebagaimana telah disebutkan, teori klasik berpendapat bahwa tingkat harga ditentukan oleh jumlah uang yang beredar. Harga naik ketika ada lebih banyak uang yang beredar. Jika jumlah barang yang ditawarkan tetap dan jumlah uang digandakan, cepat atau lambat harga akan berlipat ganda.
  • Teori Keynes: Keynes mengakui bahwa inflasi disebabkan oleh keinginan yang berlebihan dari sekelompok orang untuk mengkonsumsi lebih banyak barang dan jasa yang tersedia. Pemuasan kebutuhan yang berlebihan meningkatkan permintaan, jika penawaran tetap, yang terjadi harga naik, negara dapat membeli barang dan jasa, misalnya dengan mencetak uang, inflasi juga dapat timbul dari keberhasilan pinjaman oleh pengusaha. Dengan kredit yang diterima, barang dan jasa dibeli sedemikian rupa sehingga permintaan total meningkat dan penawaran total tetap konstan. Kondisi ini menyebabkan kenaikan harga-harga.
  • Teori Struktural: Teori ini menekankan penyebab inflasi berupa struktur ekonomi yang kaku. Produsen tidak dapat mengantisipasi peningkatan pesat dalam permintaan yang disebabkan oleh pertumbuhan populasi. Sulit untuk memenuhi permintaan ketika populasi tumbuh.

Pengaruh Inflasi Terhadap Pertumbuhan Ekonomi

Pada dasarnya, tidak semua inflasi berdampak negatif terhadap perekonomian. Terutama ketika inflasi ringan, yaitu di bawah sepuluh persen. Inflasi ringan sebenarnya dapat mendorong pertumbuhan ekonomi. Karena inflasi dapat mendorong para pengusaha untuk lebih meningkatkan produksinya. Pengusaha berusaha untuk memperluas produksinya, karena pengusaha mendapat untung lebih dengan kenaikan harga. Selain itu, peningkatan produksi memberikan dampak positif lainnya yaitu tersedianya lapangan kerja baru. Inflasi memiliki efek negatif ketika nilainya melebihi sepuluh persen.

Penelitian Terdahulu

Berdasarkan penelitian Datta dan Kumar (2011), ditemukan bahwa terdapat korelasi yang signifikan antara inflasi dan pertumbuhan ekonomi dalam jangka pendek, namun tidak dalam jangka panjang. Mubarik (2005) menemukan bahwa inflasi yang rendah dan stabil mendorong pertumbuhan ekonomi dan sebaliknya. Umaru dan Zubairu (2012) berpendapat bahwa semua variabel dalam model akar unit bersifat stasioner dan hasil kausalitas menunjukkan bahwa PDB bersifat inflasioner dan tidak menyebabkan inflasi PDB. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa inflasi berpengaruh positif terhadap pertumbuhan ekonomi melalui peningkatan produktivitas dan tingkat produksi, serta perkembangan produktivitas secara umum. Mallik dan Chowdhury (2001) menemukan dua hasil: Pertama, hubungan antara inflasi dan pertumbuhan ekonomi positif dan signifikan secara statistik di Bangladesh, Pakistan, India, dan Sri Lanka. Kedua, pertumbuhan kurang sensitif terhadap perubahan inflasi daripada perubahan tingkat pertumbuhan inflasi. Implikasi politik dari temuan ini adalah bahwa sementara inflasi yang moderat merangsang pertumbuhan ekonomi, pertumbuhan ekonomi yang lebih cepat menyerap inflasi dan membuat perekonomian menjadi terlalu panas.

Sementara itu, studi tentang dampak inflasi terhadap pertumbuhan ekonomi di Tanzania oleh Shitundu dan Luvanda (2000) menyimpulkan bahwa inflasi mengancam pertumbuhan ekonomi di Tanzania. Menggunakan metodologi kointegrasi Johansen, Quartey (2010) meneliti apakah inflasi yang memaksimalkan pendapatan dapat memaksimalkan pertumbuhan di Ghana. Dia percaya bahwa inflasi memiliki dampak negatif pada pertumbuhan. Barro (1995) memperkirakan pengaruh inflasi terhadap output ekonomi dengan menggunakan data dari sekitar 100 negara selama tahun 1960-1990. Studinya menyimpulkan bahwa ketika berbagai karakteristik negara dianggap konstan, hasil regresi menunjukkan bahwa kenaikan rata-rata inflasi 10 persen per tahun mengurangi pertumbuhan PDB riil sebesar 0,2 hingga 0,3 persen per tahun dan rasio investasi menurun sebesar 0,4 - 0,6. persentase Marfruit (2010) meneliti hubungan antara inflasi dan pertumbuhan ekonomi untuk menentukan apakah ada efek ambang yang signifikan di Ghana antara tahun 1955 dan 2009. Studi ini menemukan bukti efek ambang yang signifikan dari inflasi terhadap pertumbuhan ekonomi.

Kesimpulan

Hubungan antara inflasi dan pertumbuhan ekonomi saling terkait. Inflasi yang tinggi dapat memperlambat pertumbuhan ekonomi, sedangkan inflasi yang relatif rendah dan stabil dapat mendorong pertumbuhan ekonomi. 

Topik yang dibahas dalam artikel ini adalah:

1) Apakah inflasi menyebabkan pertumbuhan ekonomi dan sebaliknya apakah pertumbuhan ekonomi menyebabkan inflasi di Indonesia?

2) Apakah ada hubungan jangka panjang antara inflasi dan pertumbuhan ekonomi?

Disusun oleh:

Nola Santaria

Mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis Jurusan Akuntansi di Universitas Palangka Raya

Dosen Pengampu: Pratiwi Subianto, S.E., M.E.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun