Mohon tunggu...
Nolan Pudjanegara
Nolan Pudjanegara Mohon Tunggu... Lainnya - Pelajar

Pelajar

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Si Hitam dari Cina, Pandemi "Pertama" di Dunia

31 Maret 2020   23:13 Diperbarui: 31 Maret 2020   23:35 75
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Betapa banyak pria gagah perkasa, berapa banyak wanita cantik, sarapan dengan saudara kandung mereka dan pada malam yang sama dijamu oleh leluhur mereka di dunia berikutnya! Kondisi masyarakat sangat menyedihkan untuk dilihat. Mereka muak oleh ribuan orang setiap hari, yang mati tanpa pengawasan dan tanpa bantuan. 

Banyak yang mati di jalan terbuka, yang lain sekarat di rumah mereka, dikenali oleh bau busuk dari tubuh mereka yang membusuk. Halaman gereja yang ditahbiskan tidak mencukupi untuk penguburan banyaknya mayat, yang ditimbun oleh ratusan orang di parit-parit besar, seperti muatan barang di kapal yang ditutupi dengan tanah kecil.- Giovanni Boccaccio

Dalam bukunya, Giovanni Boccaccio, penulis asal Italia yang hidup melalui wabah Black Death, menceritakan keadaan abad pertengahan di Eropa pada waktu itu. Semua  warga saling menghindari warga lain, hampir tidak ada tetangga, bahkan keluarga, yang saling berhubungan. 

Situasi ini menyerupai keadaan yang kita alami saat ini, yaitu physical distancing, tetapi kurangnya ilmu pengetahuan mengenai penyakit menyebabkan manusia kehilangan norma dan nilai sosial. Ayah dan ibu menolak menjenguk buah hati mereka yang terkena wabah Black Death, seolah-olah mereka tidak pernah memiliki anak.

Banyak laki-laki dan perempuan jatuh sakit, ditinggal tanpa perawatan kecuali  rasa sosial teman (itupun hanya sedikit), banyak saudara yang dijauhkan, diperlakukan seperti kutukan. Banyak yang mencoba membayar tenaga medis (pada saat itu disebut rahib dan biarawan) dengan upah tinggi tetapi tidak memiliki banyak kesempatan memperolehnya. Banyak yang mengakhiri hidup di jalan umum dan meninggal di rumah.

Pengalaman adalah Guru Terbaik

Wabah Black Death adalah masa lalu. Beberapa kasus infeksi penyakit tetap ada di seluruh dunia.

Dengan antibiotik modern, angka kematian telah turun dari lebih dari 60% menjadi 11%.

Dengan menggunakan teknik ilmiah seperti pemetaan genom, para ilmuwan telah mengidentifikasi jenis-jenis wabah yang mereka temui dan asal-usulnya, sehingga membantu para ilmuan untuk melawan penyebaran penyakit. Bukti genetik bakteri Yersinia pestis di beberapa tempat pemakaman wabah, juga telah mengkonfirmasi bahwa Black Death adalah, dalam banyak kasus, wabah yang telah berhasil melukai umat manusia.

Wabah pandemi di masa lalu adalah pengingat dampak sosial dan medis bagi kita, generasi penerus umat manusia. Kehadiran Black Death menyebabkan perkembangan yang penting dalam pengendalian penyakit menular, banyak ilmu yang masih kita gunakan sampai saat ini. Tetapi terus adanya wabah pandemi adalah pengingat bahwa pandemi tidak selalu menjadi hal di masa lalu.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun