Mohon tunggu...
Nola Friska Nur A
Nola Friska Nur A Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Keperawatan

STIKes Mitra Keluarga

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Dampak Pandemi Covid-19 terhadap Kesehatan Mental Tenaga Kesehatan

23 April 2022   22:17 Diperbarui: 23 April 2022   22:21 194
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

World Health Organization (WHO) menyatakan bahwa wabah Corona Virus Disease-19 yang muncul pada Desember 2019 di Wuhan (Tiongkok), dengan cepat menyebar ke luar Tiongkok. 

Sekitar kurang dari satu bulan, COVID-19 sudah menyebar di berbagai Negara lain seperti di China, Thailand, Jepang, dan Korea Selatan. 

WHO menyatakan wabah COVID-19 sebagai pandemi pada 11 Maret 2020 dikarenakan penyebaran COVID-19 yang begitu cepat.(Pinggian et al., 2021)

Gejala dari varian Alpha yang paling umum seperti gejala demam, batuk, dan kehilangan indra penciuman dan pengecap. Untuk gejala yang timbul pada varian omicron agak berbeda dengan varian sebelumnya terutama pada varian Delta. 

Gejala yang dominan pada penderita Omicron, yaitu pilek, sakit kepala, malaise (baik ringan atau berat), bersin, dan sakit tenggorokan. Sedangkan untuk varian delta gejalanya  yaitu pilek, batuk, sesak nafas, sakit tenggorokan, kehilangan indra perasa dan penciuman. (Mahase, 2021)

Penyebaran Virus Corona (COVID-19) di seluruh dunia telah menimbulkan krisis kesehatan masyarakat yang luar biasa. Selain itu, masalah kesehatan jiwa dan psikososial pasien, keluarga pasien, dan tenaga kesehatan. COVID-19 mengakibatkan kasus kematian yang cukup besar dibandingkan dengan kasus akibat SARS (Severe Acute Respiratory Syndrome) dan sindrom saluran pernafasan tengah. (Hanggoro et al., 2020)

Ketika jumlah pasien dengan COVID-19 secara terus menerus bertambah, maka jika tidak diimbangi dengan kesiapan fasilitas dan jumlah tenaga kesehatan yang cukup, akan membuat tenaga kesehatan kelelahan, menambah beban berat dan bahkan kondisi psikologis tenaga kesehatan. 

Tenaga kesehatan adalah orang-orang paling beresiko tinggi terhadap paparan virus COVID-19. Sebagian besar tenaga kesehatan yang bekerja melebihi shift yang seharusnya, sebagian juga tenaga kesehatan yang dipekerjakan dan ditempatkan dalam spesialisasi baru bahkan dengan kesulitan yang lebih tinggi daripada sebelumnya. 

(Titasari & Fani, 2021) Rata-rata tenaga kesehatan sudah mengalami dan akan mengalami kesulitan fisik dan psikologis yang melampaui kapasitas mereka. (Hanggoro et al., 2020)

Dampak dari pandemi COVID-19 telah menyebabkan banyak kerugian. Bagi tenaga kesehatan kerugian yang utama adalah gangguan psikologis atau gangguan mental. 

Kecemasan yang berlebihan dapat menyebabkan dampak yang merugikan pikiran serta tubuh bahkan dapat menyebabkan penyakit fisik. 

Tingkat kecemasan yang tinggi akan berdampak yang sangat merugikan untuk pikiran dan tubuh, selain itu juga dapat menurunkan imun tubuh yang akan membuat tenaga medis beresiko untuk tertular corona virus. (Titasari & Fani, 2021)

Dukungan untuk petugas kesehatan, terutama kepada mereka yang menunjukkan tanda-tanda trauma dan stres, sangat penting pada saat melewati masa pandemi COVID-19. 

Takut tertular, stress, cemas, dan perhatian pada kesejahteraan mereka dan orang penting lainnya yang membahayakan kesehatan mental tenaga kesehatan. (Pinggian et al., 2021) Ada masalah kesehatan mental, seperti yang dilihat pada wabah penyakit sebelumnya, dapat menimbulkan perilaku koping yang maladaptif, termasuk penyalahgunaan zat dan bahkan bunuh diri. 

Gangguan psikologis yang muncul pada tenaga kesehatan yaitu kecemasan, stress, depresi dan insomnia selama pandemi COVID-19 ini meningkat karena munculnya perasaan cemas terhadap kesehatan pada diri sendiri dan pada keluarganya. Hal ini lah yang dapat menjadi faktor yang meningkatkan rasa kecemasan yang ada. 

Selain itu, stigma yang ada juga meningkatkan munculnya gangguan psikologis. Oleh sebab itu, tenaga kesehatan harus mendapatkan dukungan yang besar dari berbagai pihak, termasuk pemerintah supaya dapat mengurangi gangguan psikologis yang terjadi. (Hanggoro et al., 2020)

Pencegahan yang dapat dilakukan yaitu :

  • Pertama, membentuk tim medis psikologis, yang menyediakan kursus online untuk memandu tenaga kesehatan dalam menangani masalah psikologis yang dialami
  • Kedua, adanya tim hotline bantuan psikologis, yang memberikan bimbingan dan pengawasan untuk menyelesaikan masalah psikologis
  • Ketiga, tim intervensi psikologis, yang menyediakan berbagai kegiatan kelompok untuk melepaskan stres, kecemasan, kelelahan dan depresi. (Chen et al., 2020)

Intervensi psikologis yang disesuaikan dengan kebutuhan tenaga profesional kesehatan yaitu :

  • Rumah sakit menyediakan tempat istirahat khusus tenaga kesehatan untuk sementara waktu mereka dapat mengisolasi diri dari keluarga mencegah penularan. Lalu rumah sakit menjamin makanan dan persediaan sehari-hari, dan membantu tenaga kesehatan merekam video rutinitas mereka di rumah sakit untuk dibagikan kepada keluarga mereka dan meringankan kekhawatiran anggota keluarga.
  • Adanya pelatihan untuk meningkatkan pengetahuan tentang penyakit dan langkah-langkah perlindungan, pelatihan pra-kerja diatur untuk mengatasi identifikasi dan respons terhadap masalah psikologis pada pasien dengan COVID-19, selain itu disediakan staf keamanan rumah sakit yang akan membantu menangani pasien yang tidak kooperatif.
  • Rumah sakit mengembangkan aturan tentang penggunaan dan pengelolaan peralatan pelindung APD, untuk mengurangi kekhawatiran.
  • Adanya kegiatan pelatihan bagaimana tenaga kesehatan mengisi waktu luang dan cara bersantai pada saat pengunaan APD, untuk membantu tenaga kesehatan mengurangi stres.
  • Konselor psikologis secara teratur dengan mengunjungi tempat istirahat untuk mendengarkan kesulitan atau cerita yang ditemui oleh tenaga kesehatan di tempat kerja, dan memberikan dukungan yang sesuai. (Rosyanti & Hadi, 2020)

REFERENSI

Chen, Q., Liang, M., Li, Y., Guo, J., Fei, D., Wang, L., He, L., Sheng, C., Cai, Y., Li, X., Wang, J., & Zhang, Z. (2020). Mental health care for medical staff in China during the COVID-19 outbreak. The Lancet Psychiatry, 7(4), e15--e16. https://doi.org/10.1016/S2215-0366(20)30078-X

Hanggoro, A. Y., Suwarni, L., Selviana, & Mawardi. (2020). Dampak psikologis pandemi COVID-19 pada petugas layanan kesehatan: studi. Jurnal Kesehatan Masyarakat Indonesia, 15(2), 13--18.

Mahase, E. (2021). Covid-19: GPs urge government to clear up confusion over symptoms. BMJ (Clinical Research Ed.), 373(December), n1654. https://doi.org/10.1136/bmj.n1654

Pinggian, B., Opod, H., & David, L. (2021). Dampak Psikologis Tenaga Kesehatan Selama Pandemi COVID-19. Jurnal Biomedik (Jbm), 13(2), 144. https://doi.org/10.35790/jbm.13.2.2021.31806

Rosyanti, L., & Hadi, I. (2020). Dampak Psikologis dalam Memberikan Perawatan dan Layanan Kesehatan Pasien COVID-19 pada Tenaga Profesional Kesehatan. Health Information: Jurnal Penelitian, 12(1), 107--130. https://doi.org/10.36990/hijp.vi.191

Silaen, A. C. (2020). Angelica C . Silaen. Dampak Pandemi Covid-19 Terhadap Psikologis Tenaga Kesehatan.

Titasari, N. A., & Fani, T. (2021). Dampak Psikologis Pandemi Covid-19 Pada Petugas Rekam Medis. Prosiding Diskusi Ilmiah, 1(1), 74--81. https://publikasi.aptirmik.or.id/index.php/prosidingdiskusiilmiahyogya/article/view/224

(Silaen, 2020)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun