Mohon tunggu...
Krisnawan Wisnu Adi
Krisnawan Wisnu Adi Mohon Tunggu... -

Mahasiswa Sosiologi, Fakultas Ilmu Sosial dan Politik, Universitas Atma Jaya Yogyakarta.

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Etnovironmental

22 Juni 2016   04:54 Diperbarui: 22 Juni 2016   07:37 10
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

• Berkomunikasi bila kata-kata tidak memadai atau tidak menyampaikan komunikasi sama sekali

• Memelihara warisan budaya

• Rehabilitasi dan terapi

• Pendidikan, pendidikan kebutuhan khusus dan mempromosikan proses menuju inklusi.

Dalam gagasannya unsur komunikasi sangat menonjol dan dua poin pertama merupakan hal yang sangat berhubungan dengan komunikasi. Terkait informasi sebagai salah satu bagian dalam proses komunikasi, Skjorten (2016) juga mengatakan bahwa kegiatan budaya dapat berfungsi sebagai media yang baik untuk menyebarluaskan informasi faktual. Yang lebih penting lagi adalah bahwa kegiatan budaya dapat memberikan pengalaman emosional sehingga informasi faktual dapat menjadi lebih bermakna.

Jadi seni budaya sebenarnya mampu menjadi media komunikasi untuk menyampaikan informasi yang aktual. Tidak hanya sekedar memberi informasi saja, melainkan mampu memberikan pengalaman personal bagi aktor dalam proses komunikasi. Aktor dapat menangkap informasi sebagai sesuatu yang lebih bermakna.

Selanjutnya, terkait dengan lingkungan ada alasan mengapa seni budaya menjadi hal yang cukup dipertimbangkan. DeVlieg (2009: 15) mengatakan demikian , “In recent years, creativity has been identified as a crucial factor needed to envision and then build a more sustainable future. Culture today is seen as dynamic. It is seen as a way of life and of living together, of creatively using the synergies that arise from human diversity and cooperation.”Hal ini menunjukkan bahwa seni budaya terkait persoalan lingkungan telah memiliki kekuatan untuk merangsang masyarakat dalam membangun kehidupan yang lebih berkelanjutan.

Selain itu DeVlieg (2009: 15) juga mengatakan demikian, “Arts projects can offer hands-on experiences to different kinds of participating audiences, not only to raise awareness, but to demystify some of the larger, seemingly distant or abstract consequences of climate change. This leads people to feel empowered to make changes in their lives instead of feeling paralysed and unable to contribute. Arts experiences are often intimate and specific to a certain community, context or locality. Art that debates the challenges of climate change and sustainability is able to bring distant concepts to a local level and is therefore able to be more effective at empowering communities.”Tidak hanya kesadaran, melainkan partisipasi yang benar-benar sesuai dengan kapasitas dan kondisi komunitas dapat diwujudkan melalui kegiatan seni budaya. Dengan begitu, komunitas meski di tingkat yang sangat lokal dapat diberdayakan untuk ikut berpartisipasi dalam menanggapi isu lingkungan.

Sadar Lingkungan melalui Seni Budaya sebagai Pendidikan Informal

Pendidikan informal merupakan salah satu bagian dari pendidikan yang jarang dilirik khalayak. Padahal pendidikan informal justru dapat dikatakan sebagai pendidikan yang berada di dalam konteks kehidupan sehari-hari, nyata, dan tanpa aturan yang mengekang kreativitas manusia. Dayakisni dan Salis (2004: 104) dalam Larasati (2011: 238) menjelasakan bahwa pendidikan informal pada hakekatnya tidak mengenal jangka waktu dan tidak terstruktur. Proses pendidikan informal terjadi sepanjang hidup seseorang. Pendidikan informal semakin lama semakin penting karena menentukan pembentukan kepribadian seseorang. Ahli psikologi dan pendidikan terkenal dari Amerika Serikat; Jerome Bruner menawarkan pandangan kulturalisme, yaitu pendidikan menuntun dan membimbing peserta didik memasuki kebudayaannya. Jiwa manusia akan mencapai perkembangan potensinya melalui partisipasi di dalam proses kebudayaannya.

Seni budaya banyak berada di dalam ranah informal, karena seperti apa yang dikatakan oleh Skjorten, bahwa tidak ada ‘benar’ atau ‘salah’ di dalam kegiatan seni budaya. Situasi ini ada di dalam masyarakat Dusun Tutup Ngisor, Desa Sumber, Magelang, Jawa Tengah. Mereka cukup dikenal masyarakat luas sebagai komunitas yang menggunakan seni budaya untuk memahami kehidupan. Tidak hanya dengan lingkungan, aspek yang lain seperti politik, ekonomi, budaya itu sendiri juga menjadi perhatian dari kegiatan seni budaya di sana.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun