Seni sebagai Media Komunikasi Lingkungan
Lingkungan telah menjadi bagian yang tidak akan pernah terpisah dari kehidupan manusia. Hampir di setiap aktivitas manusia, unsur-unsur lingkungan selalu dibutuhkan. Meski hidup bersama, nampaknya banyak wacana yang mengatakan bahwa lingkungan telah rusak akibat beragam aktivitas manusia. Beribu debat telah dilakukan oleh para ilmuwan, politikus, aktor NGO untuk menemukan solusi yang tepat menanggapi persoalan lingkungan.
Dalam tulisan ini saya hendak menuangkan gagasan mengenai upaya untuk menanggapi persoalan lingkungan. Saya tidak menganggap bahwa gagasan ini adalah suatu solusi yang tepat, akan tetapi lebih pada materi yang mungkin dapat menjadi pertimbangan atau sumbangan dalam perdebatan hubungan manusia dengan lingkungan.
Bukan berangkat dari ekonomi atau politik, melainkan saya akan berangkat dari seni dan budaya. Seni dan budaya dapat menjadi media komunikasi untuk menumbuhkan kesadaran dan menciptakan sistem tindakan akan lingkungan. Saya akan memberikan contoh konteks masyarakat Dusun Tutup Ngisor sebagai gambaran dari peran seni budaya dalam membangun komunitas yang peduli dengan lingkungan.
ETNOVIRONMENTAL
Tidak tahu mengapa, di benak saya terlintas istilah ini. Etnovironmental bagi saya adalah sebuah istilah yang mungkin dapat mewakili gagasan saya mengenai seni sebagai media komunikasi lingkungan. Saya tidak tahu apakah istilah ini sudah sering digunakan dalam wacana sekarang ini, atau mungkin bisa dibilang sebagai sebuah istilah yang baru.
Secara etimologis, etnovironmental terdiri dari etno dan environmental. Etno, dengan akar kata etnis, merupakan hal yang berkenaan dengan ilmu tentang persebaran, keadaan jasmani, adat-istiadat, dan cara hidup berbagai macam orang (Kamus Bahasa Indonesia, 2008). Sedangkan environmental merupakan kata yang merujuk pada lingkungan. Maka, etnovironmental menjadi gabungan dari dua kata atau dua unsur yang paling mendasar dari gagasan ini.
Mengapa Seni dan Budaya?
Alasan mendasar mengapa seni budaya dipilih sebagai salah satu unsur mendasar adalah karena seni budaya merupakan aspek kehidupan manusia yang unik, cair, dan inklusif. Yang membuat kegiatan budaya begitu menarik adalah multiplisitas yang direpresentasikan olehnya. Kegiatan budaya dapat mencakup sejumlah besar minat dan bakat, dan dapat membantu membebaskan pikiran serta perasaan kita. Pada kenyataannya tidak ada yang “benar” dan “salah” bila melakukan kegiatan budaya (Skjorten, 2016).
Skjorten juga melanjutkan bahwa kegiatan budaya dapat dilakukan sebagai tujuan akhir atau sebagai alat untuk:
• Menyampaikan informasi