Mohon tunggu...
Krisnawan Wisnu Adi
Krisnawan Wisnu Adi Mohon Tunggu... -

Mahasiswa Sosiologi, Fakultas Ilmu Sosial dan Politik, Universitas Atma Jaya Yogyakarta.

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Pendekatan untuk Dunia yang Berkelanjutan

4 Juni 2016   21:02 Diperbarui: 4 Juni 2016   21:11 6
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

(Resume dari “All Mixed Up? Instrumental and Emancipatory Learning Toward a More Sustainable World: Considerations for EE Policymakers”)

Pembangunan berkelanjutan telah menjadi isu yang utama baik di level lokal hingga internasional. Pemerintah Belanda menyadari bahwa Pendidikan Lingkungan (Environmental Education) dan Pembelajaran untuk Pembangunan Berkelanjutan (Learning for Sustainable Development) merupakan instrumen kebijakan yang komunikatif untuk mempromosikan pembangunan berkelanjutan kepada masyarakat. Akan tetapi hambatan yang ditemukan adalah kebijakan ini masih belum jelas ketika diturunkan dalam tataran praktis.

Dalam artikel ini terdapat beberapa hal yang akan diteliti:

  • Bagaimana berbagai macam pendekatan EE berkontribusi untuk proses yang mengarah ke praktek-praktek baru yang lebih berkelanjutan dari pada mereka yang berupaya untuk mengubahnya? Bagaimana penggunaan pendekatan atau instrumen ini mampu diperkuat?
  • Bagaimana bisa pembuat kebijakan EE menjadi lebih berkompeten dan efektif dalam menggunakan instrumen komunikatif dalam menggerakkan masyarakat menuju keberlanjutan?
  • Apa peran pengetahuan di dalam pendekatan-pendekatan ini?

Proyek riset di dalam tulisan ini meneliti tiga pendekatan EE, yakni: yang didominasi instrumental, yang didominasi emansipatori, lalu campuran dari keduanya.

KOMUNIKASI DAN PENDIDIKAN LINGKUNGAN INSTRUMENTAL

Pendekatan instrumental berasumsi bahwa yang diinginkan dari aktivitas EE adalah diketahui, (kurang lebih) menyepakati, dan dapat dipengaruhi oleh intervensi yang dirancang dengan hati-hati. Berawal dari perumusan tujuan spesifik dalam hal perilaku yang disukai, dan menganggap kelompok sasaran sebagai pihak pasif. Terkait pendekatan ini terdapat model dari Ajzen dan Fishbein (1985) dalam Wals et all (2008: 56-57) yang menjelaskan beberapa poin penting yang tergantung pada hasil analisis perilaku dengan beberapa aspek intervensi (peningkatan kesadaran akan masalah, mempengaruhi norma sosial, sikap, meningkatkan kemampuan diri/ kendali diri atau kombinasi yang dirancang dengan hati-hati.

Pemerintah Belanda menggunakan aktivitas edukasional dan strategi komunikasi ini untuk mempengaruhi perilaku lingkungan masyarakat: kampanye kesadaran, iklan layanan masyarakat, pelabelan lingkungan dan skema sertifikasi, tapi juga program pendidikan lingkungan dan kegiatan yang telah ditetapkan dengan jelas tujuannya.

Tujuan dari pendekatan ini adalah agar semua strategi yang dilakukan dapat terukur dengan indikator yang mutakhir. Akan tetapi kritik yang muncul adalah bahwa pendekatan ini justru nampak sebagai doktrin dari pada pendidikan. Namun, argumen selanjutnya adalah bahwa pendekatan ini diakui karena masa depan planet (maksudnya adalah untuk perubahan yang luas) sudah dipertaruhkan.

PENDIDIKAN LINGKUNGAN EMANSIPATORIS

Pendekatan emansipatoris mencoba untuk melibatkan masyarakat di dalam dialog aktif, menetapkan tujuan, makna, dan rencana bersama dengan menentukan sendiri perubahan yang diinginkan. Proses pembelajaran sosial dilihat sebagai mekanisme yang paling sesuai untuk merealisasikan pendekatan ini. Ada beberapa unsur pendukung di dalamnya seperti pembangungan kapasitas, agensi, dan menciptakan ruang dan struktur yang mengakomodasi pembelajaran sosial.

Pemerintah Belanda dalam hal ini juga merumuskan kebijakan yang berusaha memberi ruang untuk beberapa stakeholder agar terlibat aktif. Tidak ada bentuk perilaku (outcome) yang diharuskan terjadi, namun lebih membuat masyarakat terlibat aktif dengan beberapa pilihan. Akan tetapi kelemahan dari pendekatan ini adalah indikator seperti apa yang digunakan.

PENDIDIKAN LINGKUNGAN, KOMUNIKASI, DAN PARTISIPASI YANG TERPADU

Sosiolog lingkungan Belanda Gert Spaargaren, sebagai pelopor model terpadu, berangkat dari teori strukturasi Gidden yang menghubungkan antara aktor dengan struktur. Ia meletakkan proses sosial di pusat dimana agen termediasi oleh gaya hidup. Interaksi antara aktor dan struktur memunculkan praktek sosial. Van Koppen memasukkan aspek keberlanjutan di dalam masyarakat konsumtif sebagai kasus praktek sosial dalam pendekatan ini. Pada saat yang sama, model ini juga memperhitungkan pengaruh struktur sosial (teknologi) terhadap perilaku. 

Pemerintah Belanda melihat pentingnya memperhitungkan gaya hidup, dari pada hanya fokus pada cara mengubah sikap dan perilaku. Dari perspektif pemerintahan model praktek sosial menekankan pada partisipasi masyarakat yang aktif di dalam pemerintahan.

METODE STUDI KASUS

Dalam riset ini, metodologi yang digunakan adalah studi kasus melalui deskripsi dan analisis kontekstual. Alasannya adalah dengan metodologi ini mereka mampu memperhitungkan berbagai faktor yang membentuk entitas subjek penelitian.

Ada empat kasus yang diteliti yang masing-masing mewakili ketiga pendekatan yang telah dijelaskan di atas. Kasus yang pertama adalah “The Adopt a Chicken Campaign” (pendekatan instrumental). Di dalam kampanye ini pemerintah Belanda mencoba membangun kesadaran publik untuk mendukung peternakan unggas organik, dengan memungkinkan masyarakat mengadopsi seekor ayam. Dengan begitu mereka akan mendapat akses untuk menukarkan telur di toko organik untuk mendapatkan token. Selain itu mereka juga mendapat akses informasi dari website dan kesempatan untuk mengunjungi kebun organik bersama keluarga.

Kasus kedua adalah “Creating Sustainable Urban Districts”(pendekatan emansipatoris). Proyek ini fokus pada peningkatan kualitas hidup yang berkelanjutan di daerah urban. Dengan adanya konsultasi bersama stakeholder yang lain, tujuan dari proyek ini adalah untuk mengusahakan partisipasi warga dalam proyek berkelanjutan. Di kota Rotterdam dan The Hague dilakukan proyek semacam ini. Dengan basis term leefbaarheid atau “live-ability” sebagai motto, beberapa aktivitas seperti pengembangan, implementasi, dan follow up diusahakan secara bersama.

Faktor yang melatarbelakangi suksesnya proyek ini adalah keterkaitan antara kampanye dengan persepsi, gaya hidup, dan kepentingan warga yang terstimulasi untuk mengambil tindakan dan berbagi tanggung jawab untuk kampanye. Aspek penting lain adalah penerimaan keterlibatan warga: kepercayaan, transparansi, dan janji jangka pendek dengan hasil kongkret. Hal yang terpenting sebenarnya adalah jaringan antara warga dengan pihak lain baik sebelum dan dalam proses proyek berlangsung.

Kasus ketiga adalah “Den Haneker” (pendekatan terpadu). Den Haneker merupakan asosiasi lingkungan agrikultur yang bertujuan untuk konservasi dan mengatur elemen alami dari area perkebunan. Asosiasi ini menggunakan EE untuk mendukung programnya, seperti kursus, website, brosur, video, majalah, booklet, dan yang lain. Mereka lebih fokus untuk memberi pengaruh pada keputusan perencanaan pendapatan penggunaan lahan. Beberapa kontribusi yang dihasilkan adalah menciptakan:

  • Sikap proaktif dari pada defensif.
  • Himbauan yang luas, yang tergambarkan dalam representasi warga sipil, petani, dan komunitas bisnis.
  • Dukungan untuk semua anggota.
  • Anggota yang berwawasan dan bermotivasi tinggi untuk memastikan bahwa pengetahuan up-to-date akan selalu tersedia.

Kasus keempat adalah “The Story of the Heuvelrug Region” (pendekatan terpadu). Tujuan dari proyek ini adalah untuk menciptakan eko-koridor antara beberapa area alami di daerah Utrechtse Heuvelrug (perbukitan di profinsi Utrecht di pusat Belanda), dengan membangun jembatan penyeberangan yang ramah lingkungan (eco-ducts). Proses ini dapat diterima dengan menciptakan kesadaran, kolaborasi, dan dukungan dari semua stakeholder. Proyek ini menggunakan kursus, perjalanan lapangan, materi edukatif, booklet, dan simposium.

Beberapa kontribusi program ini adalah menghasilkan:

  • Kolaborasi konstruktif antara kedelapan organisasi yang terlibat
  • Kualitas tinggi dari informasi yang ada
  • Usaha-usaha manajemen proyek untuk mendekati kelompok sasaran secara personal
  • Perhatian terhadap media

HASIL

Dari studi kasus yang dilakukan, berdasarkan perspektif kebijakan lingkungan, ada dua inti yang secara ekstrem nampak. Pertama, pendekatan instrumental mampu menciptakan kesadaran akan suatu masalah (masalah lingkungan) kepada masyarakat. Hal ini terjadi melalui input pengetahuan dengan beberapa material. Lalu, kedua adalah pendekatan emansipatoris mampu menciptakan keterlibatan masyarakat dengan pihak lain dalam perubahan jangka panjang.

Dengan pendekatan emansipatoris, komitmen jangka panjang diwujudkan ketika partisipan mengembangkan kohesi sosial tapi juga ketika mereka melihat hasil yang konkret dari usaha mereka sendiri. Di dalam kasus “Creating Urban Districts”, hasil yang lebih lembut seperti ikatan antara warga dengan stakeholder lain muncul sebelum adanya hasil yang lebih besar. Untuk mewujudkan ini diperlukan monitoring yang lebih kualitatif dan refleksif, sistem evaluasi, fokus pada penerimaan dan improvisasi yang berlanjut dari proses objektif dari pada hanya menekankan pada hasil yang nampak kasat mata.

Di sisi lain, pendekatan instrumental lebih tepat untuk ranah kelompok yang besar dan bervariasi dengan tujuannya adalah untuk mengendalikan masalah. Dengan menggunakan media, pendekatan ini cukup krusial dalam hal waktu yang terkait pada dampak untuk kelompok sasaran. Tujuan yang sangat terukur menjadi syarat yang mutlak dari pendekatan ini. SMART (Specific, Measurable, Acceptable, Realistic, Time-specified) menjadi kunci untuk mendapatkan hasil. Selain itu juga terdapat indikator untuk mengukur EE.

Kritik yang muncul terhadap pendekatan ini adalah terlalu kakunya penggunaan indikator untuk mengukur perilaku ekologis dalam EE. Berbagai macam indikator yang sangat kaku tersebut justru mampu membatasi kreasi yang lebih refleksif, kritis, dan dunia yang lebih berkelanjutan.

Kemudian, jawaban untuk pertanyaan riset yang kedua mengenai pendekatan yang paling tepat untuk pembuat kebijakan, adalah bahwa dua pendekatan itu mampu memperkuat masing-masing dari perspektif kebijakan. Sementara itu memang dalam perspektif pendidikan, dua pendekatan ini sangat bertentangan. Hal pertama yang harus menjadi perhatian pemerintah adalah penerimaan terhadap tantangan perubahan dahulu. Setelah itu pemilihan pendekatan mana yang paling sesuai. Ini adalah pilihan yang harus disesuaikan dengan strategi monitoring dan evaluasi (M&E).

Pertanyaan ketiga dari studi ini fokus pada peran pengetahuan dalam ketiga strategi tersebut. Dalam pendekatan instrumental, pengetahuan bukanlah satu-satunya faktor untuk meningkatkan kesadaran dan proses perilaku, tapi lebih disadari sebagai satu hal yang penting. Hal yang paling menonjol adalah terdapat transfer pengetahuan eksplisit dalam upaya mewujudkan EE. Sedangkan pada pendekatan emansipatoris, pengetahuan lebih eksis dalam tataran implisit, dengan menciptkan makna bersama.

KESIMPULAN

Berbagai pendekatan untuk menciptakan EE dan ESD, yakni instrumental, emansipatoris, atau paduan dari keduanya menjadi hal yang cukup dipertimbangkan. Akan tetapi yang menjadi inti sebenarnya adalah kesesuaian dengan konteks perubahan yang ingin dicapai. Perubahan seperti apa yang diinginkan akan mempengaruhi level partisipasi dari stakeholder untuk mengintervensi, desainnya, dan monitoring serta evaluasinya. Secara sederhana, dari studi ini Arjen dan rekan-rekannya ingin memberikan sebuah refleksi dari tiap pendekatan sebagai referensi bagi pemerintah untuk menggunakan pendekatan sesuai konteks perubahan yang diinginkan.  

Sumber:

Wals, Arjen E. J., Floor Geerling-Eijff, Francisca Hubeek, Sandra van der Kroon, dan Janneke Vader. 2008. All Mixed Up? Instrumental and Emancipatory Learning Toward a More Sustainable World: Considerations for EE Policymakers. Applied Environmental Education and Communication 7: 55-65.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun