Mohon tunggu...
Aris Setya
Aris Setya Mohon Tunggu... Administrasi - Seniman

Seniman dari tanah Jawa yang tinggal di benua Eropa

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Serunya Berbelanja di Pasar Loak Belgia

14 Desember 2015   01:25 Diperbarui: 15 Desember 2015   01:52 562
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption caption="Seorang wanita melintas di tengah-tengah barang bekas yang di jual di pasar loak Jeu de Balle"][/caption]Ketika saya di Jakarta kalau sedang galau atau sumpek saya sering jalan-jalan ke pasar loak untuk menghilangkan penat. Saya biasa jalan kaki dari terminal Kampung Melayu lalu kearah Jembatan Hitam terus berjalan ke belakang sampai tembus Jatinegara sampai ujung jalan Urip Sumoharjo atau bahkan sampai pasar Senin.

Ada kesenangan tersendiri dan kepuasan jika datang ke sana, saya melihat bagaimana orang-orang itu berinteraksi dan melakukan jual beli untuk barang-barang yang untuk kita mungkin hanya sampah dan tidak berarti sama sekali, tapi bagi mereka itu adalah sumber rejeki dan bernilai. Kesenangan saya pergi ke pasar loak berawal dari kesenangan saya mengoleksi kaset lawas.

[caption caption="Barang bekas dan rongsokan bisa menjadi bernilai di pasar loak seperti ini"]

[/caption]

Ada satu bahasa yang dulu sering saya gunakan jika ingin pergi ke pasar loak, yaitu kata ‘ngaduk’ yang dimaksudkan karena jika kita sedang dipasar loak kita biasa mengaduk-aduk barang atau pakaian yang biasanya di tumpuk-tumpuk, hal ini untuk mencari barang yang menarik tentunya. Jadi dulu ketika akan pergi mengajak teman pasti kita bilang’ eh ngaduk yuk’, merek pasti paham artinya.

Jembatan hitam dan Jatinegara dulu menjadi langganan saya jika berburu kaset lawas, bahkan sampai ke Bandung, Jogja dan juga Solo. Di pasar seperti itu saya menemukan satu nilai tentang kehidupan yang bisa saya rasakan tapi sulit untuk diutarakan. Sesuatu yang meyentuh dan memberikan pengalaman yang berarti buat saya pribadi. (agak lebay ya hehe)

Ketika saya tinggal di Eropa tepatnya di Belgia kecintaan saya terhadap pasar loak dan sesuatu yang nyeni, tua dan antik tidak begitu saja saya lupakan. Apalagi di sini ada banyak sekali pasar loak yang biasanya di buka pada hari-hari tertentu, biasanya pada akhir pekan. Saya tinggal di Brussels yang merupakan pusat kota dan pemerintahan di Belgia.

[caption caption="Pasar ini buka setiap hari, tidak seperti pasar loak lainnya di Eropa yang buka ketika akhir pekan saja"]

[/caption]

Disini ada beberapa pasar loak dan tempat khusus sebagai pusat tempatnya barang antik dan seni. Saya pernah datang ke pasar loak yang ada di Charleroi yang buka hanya pada akhir pekan dan digelar dari pagi sampai jam 14 waktu setempat, dan ketika saya ke Brugge disana juga ada pasar loak ketika akhir pekan.

Tapi ada satu tempat yang sangat terkenal di Brussels sebagai pasar loak tertua dan termasyur di Belgia dan Eropa, tepatnya di Jeu de Balle. Untuk datang kesana kita bisa menggunakan metro dan turun di stasiun Porte de Hal atau jika naik bis nomor 27 dan 48. Pasar ini buka setiap hari dari jam 6 pagi sampai jam 14 siang dan pada akhir pekan sampai jam 15 sore.

[caption caption="Pasar ini merupakan salah satu tempat tujuan wisata di Brussels"]

[/caption]

Seperti pasar loak pada umumnya, disini banyak sekali barang-barang tua dan antik yang dijual di tenda-tenda atau di gelar di bawah dan dalam kardus-kardus yang disusun secara rapi atau juga tak beraturan. Ada barang-barang yang mungkin kita anggap sampah dan tak berguna tapi ada saja orang yang mencari.

Saya sendiri kesana dalam rangka ingin mencari peralatan makan yang tua dan usang seperti sendok,garpu, pisau, piring dan mangkok yang antik guna keperluan saya memotret makanan yang menjadi hobi dan kegiatan saya sehari-hari saat ini. Ada banyak sekali barang yang saya inginkan disini, tetapi jangan lupa yang namanya pasar pasti harus tawar menawar dong, begitu juga disini kita harus berani menawar.

Di Belgia ada dua bahasa resmi yang digunakan yaitu bahasa Perancis dan Belanda, di Brussels masyaratnya menggunakan bahasa Perancis, jadi paling tidak kita bisa menanyakan harganya berapa? Jika kita tidak bisa berbahasa Perancis mereka akan memberika harga dengan bahasa Inggris seadanya, intinya dia menawarkan harga sekian kita menjawab dengan harga sekian itu hukum pokok jual beli di pasar.

Yang namanya berbelanja di tempat seperti ini pasti kita harus sabar dan teliti untuk berkeliling, memilih, mengaduk dan menawar. Ada tipe orang yang tidak mau menawar dan jika diberikan harga mereka mengiyakan karena tidak mau ribet atau memang mereka banyak duit.

[caption caption="Jangan lupa tawar-menawar ketika berbelanja ke pasar loak ya"]

[/caption]

Saya sendiri sebisa mungkin menawar dan selalu berhasil mendapatkan apa yang saya cari dengan harga yang bisa setengah harga dari harga awal yang mereka tawarkan. Di pasar ini juga merupakan tujuan wisatawan yang datang ke Brussels. Di sekitar pasar ini ada juga toko-toko yang menjual barang-barang antik, bekas dan karya seni lainnya.

Jika barang sudah ditoko tentunya harganya akan berbeda,seni tawar menawar, aduk mengaduk tentunya tidak bisa kita dapatkkan di toko pastinya. Ada lagi satu lokasi di Grand Sablon yang juga menjadi tujuan berburu barang bekas dan antik, tapi saya sendiri suka datang ke Jeu de Balle. Pokoknya ketika datang ke sini dan pulang membawa barang-barang rongsokan tapi bernilai saya merasa puas hehe.

Nah jika anda mungkin punya kesukaan yang sama atau ingin mencari barang-barang langka dan unik cobalah datang ke pasar loak di kota-kota atau negara yang mungkin sedang anda datangi, jika sedang di Brussels bisa mencoba datang ke tempat ini. Selamat mengadukJ

 

*Sumber Gambar: dok.pribadi

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun