Mohon tunggu...
Nofuja Nurazizah
Nofuja Nurazizah Mohon Tunggu... Lainnya - Masih Menjadi Setengah Manusia.

Mari Bergerak, Berkreasi, dan Berekspresi.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Menanggapi Pesan dari Author Reader Dilarang Baper Dulu

28 April 2022   13:35 Diperbarui: 28 April 2022   13:40 120
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Miscomunication adalah salah satu hal yang kerap terjadi saat kita melakukan interkasi dengan sesama, bisa jadi apa yang disampaikan oleh seorang author tidak ditangkap sesuai dengan apa yang dimaksud oleh author. Komunikasi terjadi oleh dua arah dan bahkan lebih, komunikasi juga memiliki maksud untuk menyampaikan pesan atau informasi dari seseorang kepada orang lain.

Jika ada anggapan bahwa ketika interaksi dan komunikasi berpindah via daring akan menjadikan komunikasi antar sesama terhindar dari miscomunication, jusrtu anggapan itu kurang tepat menurut penulis. Komunikasi yang terjadi secara langsung seperti halnya banyak dilakukan oleh kita pada masa kini, jusrtu sangat rawan menyebabkan terjadinya miscomunication yang terjadi diantara author (mengirim pesan/informasi) yang mencoba disampaikan kepada reader (penerima pesan/informasi).

Komunikasi yang terjadi saat in seringnya komunikasi yang terjadi tidak secara langsung, maka apa yang disampaikan oleh author kadang tidak tertangkap atau tersampaikan secara utuh oleh reader. Setiap reader pasti memiliki perspektifnya masing-masing ketika mendapatkan pesan atau informasi dari author. Hal inilah yang menyebabkan salah paham diantara kedua belah pihak. Tak jarang masalah miscomunication ini akan berujung menjadi permasalahan diantara pihak author dan pihak reader.

Kadang kita terlalu mudah tersinggung oleh apa yang orang lain ketikan atau orang lain kirimkan untuk kita. Padahal boleh jadi apa yang diketikan oleh orang lain itu tidak sesuai dengan apa yang kita tafsirkan. Jika dulu komunikasi dilakukan secata langsung kita bisa dengan lebih mudah membaca gerak - gerik bahasa tubuh dan melihat ekspresi lawan bicara kita. Dengan begitu kita bisa tahu apakah orang ini sedang marah, kesal, senang atau bahkan sedih. Berbeda dengan saat ini, kita hanya melihat dari segi ketikan saja otomatis akan sangat sulit membaca dan membedakan maksud yang sebenarnya yang ingin disampaikan oleh seorang reader terhadap author.

Dari sini kita bisa melihat bagaimana kita harus lebih teliti lagi ketika mendapatkan pesan atau informasi secara daring, tidak bole langsung memutuskan prasangka secara subjektif akan tetapi harus secara objektif pula. Lebih baik mengkonfirmasi ulang agar kita selaku reader tidak salah paham karena tidak ada salahnya jika akan mengkonfirmasi tentang apa yang disampaikan author. Jika sudah dikonfirmasi untuk selanjutnya jika reader masih memiliki pandangan tersendiri terhadap apa yang disampaikan oleh author itu sudah berada diluar tanggung jawab author.

Maka diharapkan author harus bisa menyampaikan pesan dengan sangat jelas dan mudah dimengerti oleh reader yang akan menerima pesan dari author tersebut untuk menghindari salah paham atau miscomunication. Dan begitu pun untuk seorang reader harus bisa membaca pesan dengan tetap bersikap objektif tidak langsung memutuskan prasangka sesuai dengan apa yang reader inginkan. Jika memang ada yang tidak dipahami maka bisa langsung dikonfirmasi kepada authornya. Dengan begitu pesan atau informasi dalam kegiatan berkomunikasi ini berlangsung secara baik, walaupun tidak terjadi dengan interaksi secara bertatap muka.

Author harus pandai dan jelas menyampaikan pesan dan emosi serta ekspresi walaupun dalam bentuk ketikan agar reader bisa menangkap pesan secara baik dan jelas. Begitu pun untuk seorang reader harus lebih objektif lagi ketika sedang berkomunikasi via digital seperti saat ini jangan mudah berprasangka buruk terhadap apa yang disampaikan oleh author, jangan mudah baper kalau tidak paham maka bisa mengkonfirmasi terlebih dahulu kepada authornya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun