Bahasa terus berkembang mengikuti zaman, termasuk bahasa Indonesia. Anak muda saat ini sering menggunakan kata-kata gaul yang sedang tren, seperti healing, bestie, spill, atau istilah khas seperti gaskeun dan auto. Kata-kata ini sering terdengar di percakapan sehari-hari, terutama di media sosial. Tapi, banyak yang khawatir tren ini justru merusak bahasa Indonesia, terutama di kalangan anak muda.
Sebenarnya, setiap generasi punya gaya bahasanya sendiri. Dulu pun, kata-kata seperti alay atau lebay sempat populer di zamannya. Namun, saat ini tren kata-kata gaul sangat cepat menyebar, karena pengaruh besar media sosial dan globalisasi. Anak muda terpapar bahasa asing dari film, musik, dan internet, lalu mengadopsi istilah-istilah itu dalam percakapan sehari-hari.
Masalahnya, penggunaan kata-kata gaul ini sering menggantikan kata-kata baku dalam bahasa Indonesia. Misalnya, orang lebih sering mengatakan healing daripada menenangkan diri, atau spill daripada beritahu. Kalau kebiasaan ini terus berlangsung, bisa saja generasi muda kehilangan kemampuan dan rasa bangga untuk menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar.
Tapi, kita juga perlu melihat sisi positifnya. Kata-kata gaul adalah bentuk kreativitas anak muda. Mereka menciptakan istilah baru yang relevan dengan kehidupan mereka dan menjadi cara untuk mempererat hubungan dengan teman sebaya. Dalam lingkup tertentu, bahasa gaul juga menjadi identitas komunitas yang unik.
Jadi, apa yang bisa kita lakukan? Pertama, kita perlu memberi ruang bagi anak muda untuk berekspresi, tapi juga mengingatkan mereka tentang pentingnya menjaga bahasa Indonesia. Bahasa gaul tidak perlu dilarang, tapi penggunaannya harus sesuai tempat. Kedua, sekolah dan keluarga bisa membantu mengajarkan pentingnya menggunakan bahasa Indonesia dengan cara yang menarik, agar tidak terasa membosankan atau kaku.
Bahasa adalah bagian dari identitas kita sebagai bangsa. Kata-kata gaul bisa menjadi kekayaan bahasa jika digunakan dengan bijak, tanpa mengabaikan bahasa baku. Anak muda harus diajak untuk tetap mencintai bahasa Indonesia, sekaligus diberi kebebasan untuk berkreasi. Dengan begitu, tren ini tidak akan menjadi ancaman, melainkan peluang untuk mendekatkan generasi muda dengan bahasa mereka sendiri.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H