Mohon tunggu...
Nofri Fuka
Nofri Fuka Mohon Tunggu... Jurnalis - Wartawan

Saya suka bermain musik, berolahraga dan aktif dalam kegiatan sosial masyarakat

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Episode 1: Si Puisi Manis. Sore Ini. Kenang

19 Agustus 2022   19:50 Diperbarui: 19 Agustus 2022   19:57 94
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

19 Agustus 2022. Waktu yang tak muda untuk usia yang akan menginjak kepala 3. Demikian, si puisi manis yang kusebut dia datang dalam mimpi yang belum tiba. 

Pukul 03.00 wita, aku lihat senja akan pergi lagi, sedang ada tukang ojek mengadu nasib di pangkalan, burung pipitpun tak hentinya mencicit kembali peraduan. Pemulung mulai keluar dari sarang mencari rejeki yang dibuang orang kaya di TPS (tempat pembuangan sampah bukan tempat pemungutan suara). 

Pesona kota Maumerepun sedikit lagi tenggelam, pantai utara Flores menghitam dibalik langit yang sembunyi dari cahaya. 

Huhh.. Sore lagi, kenapa senja datang begitu cepat," gumamku kesal. 

Demikian tak ingin sore ini berlanjut bak cepat tertiup angin laut. Ku ingin seperti ini dengan pikiran yang sama mengingatnya. 

Kalau masih ada dalam tiada yang tertidur rapih dalam kenang tak berujung tentu tak ingin sesendiri ini. 

Demikian, dibalik pantai yang indah, aku yang kasmaran duduk di emperan toko berada dekat pantai krokowolon. 

Teringat waktu itu pesan whatsapp begitu hangat membuat degup jantung ini seperti lagu ambon yang diputar pada malam hari, saat menempuh perjalanan dari kefa menuju ke Kupang menggunakan bis malam. Romantisnya tak ada duanya. 

Tinggalah di sini, waktunya tiba, kita akan melihat bintang yang sama di tempat yang sama,"pesannya kala itu mengakhiri jumpa dan memulai pisah kami berdua. 

"Yah, itu yang kita inginkan, dari hati kita yang tak ingin melepaskan satu sama lain," kucoba mendinginkan suasana dengan kata yang manis namun datar. 

Sore itu juga ia hilang bersama laut, dengan kapal fery dan angin timur yang bertolak ke Barat membawa ia pergi ke tempat lain di belahan dunia yang lain. Maksudku di Pulau seberang. 

Kita memiliki kisah yang indah. Bertemu di tempat pesta. Berkenalan lewat dansa satu dua ala portugis dengan sekali-sekali sapaan halus. 

Ade nama siapa?, nama saya N," jawabnya melengkapi tanyaku. 

Lalu lagu timor mengingatkan kita akan kenang yang tak ingin usai, dan minta nomor handphonepun jadi jawaban yang jitu dan harus. 

Ade, minta no WA do,"kataku waktu itu. 

Oo ia kk, ini nonya kk, 0812444**dan seterusnya, hanya saya dan Tuhan yang tau. 

Lama tak berselang ayam berkokok, pesta dansa sebentar lagi usai, ia akan pulang. Saya akan tinggal dengan kenangan. 

Ade nanti kontak e lewat WA," pesanku agar ia tak kehilangan jejaknya usai perkenalan singkat waktu itu. 

Jawabnya, siap kaka. Tegas  seperti polwan cantik yang saya temui di Lampu merah kota Kupang. 

Yah demikian, cukup sudah ceritanya. Demikian sore ini cerita itu kembali lagi 

Dan saya sendiri mencoba menjahit kenang itu. 

Brow.. Pulang suh. Sudah malam ni, mengghayal terus," tegur temanku. 

Sayapun pulang. 

Si puisi manis kembali seperti angin sepoi-sepoi hilang bagaikan badai. 

BERSAMBUNG..... 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun