Selesai menekan tanganku, pastor hanya bilang aku sakit pinggang dan punggung dan itu sama sekali ngga nyambung dengan sakit yang kurasa. Sebelum kami pulang, pastor hanya menyarankan pergi ke tukang urut.
Dibilang Diguna-guna
Walaupun pinggang dan punggung tidak sakit, tapi aku tetap ke tukang urut sesuai saran pastor. Aku ditemani mamak pergi ke tukang urut langganan mamak, yang biasa ngurut kaki mamak semenjak mamak jatuh dari sepeda motor.Â
Diurutnya dulu kaki kemudian perut dan pinggang lalu leher. Hal yang jauh dari perkiraan terjadi, saat mengurut leherku yang bengkak, tante tukang urut berteriak, keringat dingin dan nafasnya tersenggal-senggal. Sambil setengah berteriak, tante itu berkata
"Kak, yang dibikin orang ini kak!"
"Ambil dulu air sama garam, bikin dulu garam di air itu."teriaknya ke anaknya perempuan.
Lalu kembalilah anaknya masuk ke dalam kamar lengkap dengan pesanan ibunya. Garam itu kemudian dilempar-lempar ke arahku dan air yang telah disiapkan itu diminumnya dan masih melanjutkan pijatan pada leherku dengan tenaga yang lebih kuat dari sebelumnya sampai-sampai aku meringis dan mengeluh sakit.
"Aduh..Aduh.. Ya Tuhan.."ucapnya lirih sambil menunduk dengan mata terpejam.
"Aduh kak, udah ditunjangnya aku. Kuat kali ini. Udah marah dia kak."ucap tante itu kepada mamak yang sedari duduk tadi terdiam dibelakangnya.
Perasaanku saat itu masih tidak percaya dan responku pun biasa saja ketika itu terjadi. Tetapi aku coba pikir-pikir kemungkinan-kemungkinan ada potensi apa sehingga ada yang mengguna-guna. Namun percuma, tidak ada petunjuk.Â
Baca Juga:Â 9 Cara Bersikap Saat Menjadi Pendamping Pejuang Kanker
Di Sumba aku hanya seorang pekerja paruh waktu yang menyelingi kesibukan dengan berkomunitas yang sering mengunjungi sekolah-sekolah di pelosok Sumba. Aku tidak hidup dalam persaingan dari aspek apapun. Jadi, dugaan diguna-guna itu tidak masuk akal, pikirku.