Mohon tunggu...
Nofiarti
Nofiarti Mohon Tunggu... Guru - Guru

Saya seorang yang selalu ingin tahu dan terus belajar

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Sendiri dan Tetap Penuh Arti

3 Mei 2024   23:59 Diperbarui: 4 Mei 2024   00:10 93
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Sepi, itu adalah kata yang sering disematkan pada mereka yang hidup sendiri. Ada suatu ruang kosong dihati pada saat menyadari ada sosok di sekitar kita yang hidup sendiri.

Kesendirian hidup bagi sebagian orang bisa jadi sebuah derita yang bisa saja memalukan, membuat seseorang itu harus 'bersembunyi', menarik diri dari lingkungan sosialnya, menjadi derita yang tiada berujung.

Bagi sebagian lainnya sendiri adalah sebuah jalan kehidupan yang dengan penuh kesadaran dipilih, tentu saja dengan pertimbangan yang beragam dan bisa saja karena mengalami atau menyaksikan kehidupan orang terdekatnya yang tidak mengenakkan sehingga menimbulkan rasa traumatis dalam dirinya.

Sedangkan bagisebagian lainnya sendiri, bisa terjadi karena, sebuah keadaan yang memaksa, yang membuat kebersamaan lebih akan pmenimbulkan derita berkepanjangan dalam hidupnya.

Sebagaimana yang hidup yang dijalani oleh Mak Anis, sebut saja begitu nama nya. Dimana beliau dengan kesadaran penuh memilih hidup sendiri, dengan sebuah alasan yang menurut beliau penuh dengan perhitungan.

Beliau adalah seorang Ibu tua, berusia sekitar tujuhpuluhan tahun. Dalam suatu kesempatan yang tidak disengaja disebuah masjid di kota kami. 

Karena ada sebuah kegiatan, maka saya sedikit telat untuk melakukan Shalat Magrib berjama'ah di masjid. Sudah banyak jama'ah yang meninggalkan masjid, karena shalat memang sudah usai beberapa waktu berlalu.

Begitu memasuki masjid, mata saya tertuju pada seorang perempuan yang sudah 'tergeletak' di tikar masjid. Menurut pengamatan saya dari jauh sepertinya beliau sudah tertidur, pulas skelihatannya.

Karena sudah telat, tanpa litik kiri kanan saya langsung saja mengambil posisi untuk segera menunaikan Shalat Magrib.

Selesai shalat hati saya penasaran sebetulnya dengan perempuan tertidur yang satu-satunya lagi 'tertinggal' di masjid ba'da Magrib, itu.

Selang benerapa waktu, setelah melihat gadget, untuk memantau situasi dan mendapatkan info terkini, terdengar kumandang azan Isya.

Denagan teman seperjalanan saya sengaja mengajak, untuk sekalian Shalat Isya trrlebih dulu, sebelum melanjutkan perjalanan.

Cukup kaget saya, menyaksikan perempuan, ya g ternyata seorang Ibu yang sudah cukup tua dan dari wajahnya menggoreskan, kerasnya kehidupa.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun