Siapapun saja pasti tak seorangpun yang menolak untuk bahagia, jangankan menolak rata-rata orang akan, selau berjuang untuk meraih dengan bekerja keras agar bisa merasakan kebahagiaan
Ada yang bekerja terlihat sangat keras, mati-matian secara kasat mata, memberikan hasil yang sebegitu kecil, teramat sedikit, dibandingkan usaha yang sudah dilakukannya
Juga ada orang yang sepertinya tidak bekerja, tapi pencapaiannya begitu luar biasanya, Jika begitu, dimana letak keadilan Allah?
Akan muncul tanya terkait fenomena ini. Benar sekali dimana keadilan Allah untuk kasus-kasus yang bertebaran seperti narasi di atas? Bagaimana kita bisa mengerti, memahamkan tentang keadilanNya, apalagi bagi mereka yang sudah bekerja 'sangat keras' itu.
Untuk bisa mengerti hal ini, kita perlu menatap ke arah lain, melayangkan pandangan kita kepada realitas di sekitar kita, seorang tuna netra, misalnya.
Apakah kita akan berani berkata, bahwa seorang yang diciptaNya tuna netra, yang semua kita.melabeli dengan cacat penglihatan. Merupakan sebuah produk tidak sempurna dari Sang Maha Karya?
Apakah kita berani, mengatakannya, bahwa Sang Maha Pencipta telah gagal dalam proses penciptaannya?
Bisa saja akan ada yang merasa, berpendapat demikian, boleh jadi diantaranya adalah mereka yang mengalaminya, sendiri.
Ternyata seandainya pemahaman kita yang terus coba untuk  belajar, akan sampai pada sebuah kesimpulan, bahwa tak satupun ciptaanNya yang tidak sempurna, hanya kita saja yang punya kosa kata tidak sempurna 'tuna' itu.
Kembali pada keadilan Allah dalam narasi awal di atas, maka justru disitulah Allah Maha Adil menempatkan sesuatu 'selalu adil', yang terkadang kita masih saja belum sampai ilmu, kesadaran kita untuk bisa memahaminya dengan utuh.
Karena hakekat hidup di dunia adalah sebagai ladang 'modal' untuk meraih kebahagiaan hakiki di akhirat kelak, hanya bermodalkan "ahsanu 'amala" dengan amal-amal terbaik.