Mohon tunggu...
Nofia Fitri
Nofia Fitri Mohon Tunggu... Administrasi - Political Researcher

Doctoral Student of Political Science at the University of Indonesia; Civic Lecturer at Poltekkes Jakarta III; Manager Program of an NGO Aliansi Kebangsaan. An owner of a Big Data Company, Warung Data Indonesia, and a Digital Politics platform Exploiticha.id (Exploration on Global Politics, Computer Technology, and Ethical). My research interest is in the areas of Digital Politics, Global Politics, and Political Ideology.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Menjadi Jenius Seperti Einstein

23 Desember 2011   04:55 Diperbarui: 25 Juni 2015   21:52 2820
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik


Oleh: Nofia FITRI

Einstein Terlahir bukan Sebagai Si JENIUS!!!

Albert Einstein, ahli Fisika teori terbesar sepanjang abad, ahli pikir yang paling kreatif di dunia, peraih hadiah Nobel pada tahun 1921. Ilmuan terkenal yang namanya tetap hidup karena karya yang luar biasa, dan ia pantas disebut sebagai pendiri utama teori-teori Fisika abad XX.

Dilahirkan di Ulm, Jerman Barat, 14 Maret 1897, terlahir sebagai warga Jerman keturunan Yahudi yang pindah kewarganegaraan menjadi Amerika Serikat karena pembantaian besar-besaran keturunan Yahudi di Jerman oleh kepemimpinan Hitler. Einstein terlahir bukan sebagai anak yang ketika balita telah memperlihatkan kejeniusannya. Semasa Sekolah Dasar ia sama sekali tidak menonjol, sama seperti Newton dan Edison ia justru termasuk anak bodoh yang tidak suka disiplin sekolah yang keras. Ia termasuk anak yang tidak menyukai pelajaran hafalan seperti sejarah, geografi, dan bahasa. Ia hanya tertarik pada Fisika dan Matematika, terutama bagian teori. Namun ia adalah anak yang gemar membaca, berfikir, dan belajar sendiri. Guru-gurunya menganggap ia bodoh, pemalu, malas belajar, dan suka menentang tata tertib karena hanya mempelajari Fisika dan Matematika, maka ia tamat SMP tanpa ijazah. Si calon jenius ini tidak lulus SMP!!

Setelah menamatkan SMA, ia tidak lulus Perguruan tinggi. Baru ia menempuh ujian yang kedua, ia diterima di Institut Politeknik Zurich, Swiss. Kecintaannya pada Matematika dan Fisika lebih menghabiskan waktunya untuk membaca dan belajar sendiri teori ditahun 1905. Einstein menemukan teori relativitas khusus, dan lalu diangkat menjadi profesor Fisika Teori di Universitas Zurich, Swiss dan di Universitas Jerman di Prahara. Di tahun itu pula dia menerbitkan kertas kerja perihal "relatif khusus," perihal efek foto elektrik, dan tentang teori gerak Brown. Hanya dalam beberapa tahun saja kertas-kertas kerja ini, terutama yang menyangkut relativitas, telah mengangkatnya menjadi salah seorang ilmuwan paling cemerlang dan paling orisinal di dunia.

Teori-teorinya sangat kontroversial. Tak ada ilmuwan dunia kecuali Darwin yang pernah menciptakan situasi kontroversial seperti Einstein. Akibat itu, di tahun 1913 dia diangkat sebagai mahaguru di Universitas Berlin dan pada saat yang sama menjadi Direktur Lembaga Fisika "Kaisar Wilhelm" serta menjadi anggota Akademi Ilmu Pengetahuan Prusia. Jabatan-jabatan ini tidak mengikatnya untuk sebebas-bebasnya mengabdikan sepenuh waktu melakukan penyelidikan-penyelidikan, kapan saja dia suka.

Einstein senantiasa tertarik pada ihwal kemanusiaan dunia di sekitarnya dan sering mengemukakan pandangan-pandangan politiknya. Dia merupakan pelawan teguh terhadap sistem politik tirani, seorang pendukung gigih gerakan Pacifis, dan seorang penyokong teguh Zionisme. Dalam hal berpakaian dan kebiasaan-kebiasaan sosial dia tampak seorang yang individualistis, suka humor, sederhana dan memiliki bakat memainkan biola. Tulisan pada nisan makam Newton yang berbunyi: "Bersukarialah para arwah karena hiasan yang ditinggalkannya bagi kemanusiaan.” Sebetulnya lebih kena untuk Einstein. Einstein menerima Nobel di usia 24 tahun, dan sebelumnya telah menjadi mahaguru diusia 16 tahun layaknya brillian muda lainnya.

Setiap Manusia Potensial Menjadi JENIUS

Manusia diciptakan dengan rasa ingin tahu yang tak terpuaskan dan Tuhan YME memberikan alat-alat pemuasnya. Rasa ingin tahu manusia yang kemudian mendorong mereka menemukan sesuatu, memahami sesuatu, hingga menguasai sesuatu. Semua adalah ilmu, dan kemudian ilmu dapat direalisasikan dalam kehidupan nyata.

Khawarizmi adalah intelektual Muslim, seorang Matimatikawan ulung pertama yang hidup sekitar abad ke-19, Al Farabi seorang filosof Muslim paling terkemuka dan masyur. Ia terkenal sebagai komentator Aristoteles dan sebagai tokoh pertama dibidang logika.  Albert Einstein menciptakan rumus E=MC², dan mendapatkan hadiah Nobel. Ia adalah icon dunia Science abad ke-20. Kemudian siapakah yang tidak mungkin mengenal sosok filsuf dan pemikir intelektual Karl Marx -yang dari karyanya berkembang sebuah ideologi kokoh sebuah negara-, Che-Guevara, Soekarno hingga Tan Malaka.

Tidakah kita berpotensi menjadi seperti mereka, cerdas, memiliki intelektual tinggi hingga mampu melakukan terobosan di banyak bidang. Tentu saja jawabannya bisa, karena manusia diciptakan dengan kekuatan pikiran yang tidak terbatas.

Fisiologi OTAK Manusia

OTAK SETIAP MANUSIA MEMPUNYAI POTENSI YANG SAMA DENGAN OTAK ALBERT EINSTEIN

Otak adalah masa protoplasma yang paling kompleks dan organ yang sangat berkembang, sehingga dapat dipelajari. Jika dirawat oleh tubuh yang sehat dan lingkungan yang menimbulkan rangsangan. Otak dapat berfungsi secara aktif dan reaktif selama lebih dari 100 tahun.

Bagian ketiga dari otak menaruh fungsi yang sangat dominan pada manusia, karena pada bagian inilah terdapat fungsi berfikir. Neokorteks membentuk 80% dari seluruh materi otak. Ditempat inilah dimana fungsi penalaran, berfikir intelektual, hingga penciptaan gagasan (ide) terdapat. Pada bagian ini pula kecerdasan yang lebih tinggi, memungkinkan untuk berkembang. Yang dimaksud kecerdasan yang lebih tinggi ini adalah ’intuisi’. Intuisi adalah kemampuan untuk menerima atau menyadari informasi yang tidak dapat diterima oleh panca indra.

Otak manusia mempunyai jutaan sel saraf (neuron) yang berinteraksi dengan sel-sel lain. Interaksi inilah yang menentukan kemampuan manusia untuk belajar.

FISIOLOGI OTAK MANUSIA MEMPUNYAI SUSUNAN SARAF YANG SAMA BAHKAN DENGAN EINSTEIN DAN TOKOH-TOKOH INTELEKTUAL DI BERBAGAI BIDANG LAINNYA

Otak adalah modal dasar manusia untuk mengembangkan kecerdasannya. Setelah memahami bahwa otak manusia adalah potensial untuk berkembang menuju kecerdasan tingkat tinggi, tentu manusia harus menggali potensi tersebut. Selain mewujudkannya melalui tubuh dan lingkungan yang sehat, manusia harus terus-menerus melatih otaknya.

Membangun Potensi JENIUS Sang Intelek

Membangun potensi intelektual tentu saja harus dibarengi dengan pembangunan atas kekuatan emosional dan spiritual. Dengan kemampuan intelektual, emosional, dan spiritual manusia sudah membangun pondasi intelektualnya yang kemudian akan menjadikan manusia sebagai mahluk yang berada pada puncak kecerdasan.

I. Kecerdasan Intelektual (Intelectual Quotient= IQ)

Intelectual Quotient atau yang lebih dikenal dengan IQ menjadi isu besar pada awal abd ke-20. IQ adalah merupakan ukuran kemampuan seseorang dalam mengingat serta memecahkan persoaslan dengan menggunakan pertimbangan logis dan strategis.

Konsep tentang IQ pertama kali diperkenalkan oleh Willian Louis Stern (1871-1938), seorang tokoh pelopor psikologi modern keturunan Yahudi yang lahir diluar Jerman. Dasar teori dari konsep IQ adalah adanya perbedaan pada tiap-tiap orang dalam hal tingkat kecerdasannya. IQ dirumuskan sebagai perbandingan umur mental (mental age) seseorang terhadap umur kalendernya (calendar age atau chronological age).

2. Kecerdasan Emosional (Emosional Quotient= EQ)

Emotional Quotient popular ditahun 90-an, Dipopulerkan oleh Daniel Goleman, seorang neurosaintis dan psikolog. EQ membuat manusia mengerti perasaan orang lain, memberi rasa empaty, haru, motivasi, dan kemampuan untuk merespon secara tepat terhadap kebahagiaan dan kesedihan.

3. Kecerdasan Spritual (Spiritual Quotient= SQ)

Kecerdasan Spiritual popular pada awal 2000, melalui karaya DR. Ian Marsal dan Danah Zahar. SQ adalah kemampuan untuk meraih nilai-nilai pengalaman dan kenikmatan spiritual dalam kehidupan. SQ adalah intelligence yang bisa menampilkan sifat kreatif, memecahkan problem, makna hidup, dan menempatkan tindakan-tindakan pada meaning-giving context.

MEMBANGUN KESEIMBANGAN KECERDASAN

”SPIRITUAL QUOTIENT IS THE NECESSARY FOUNDATION FOR THE EFFECTIVE FUNCTIONING OF BOTH IQ AND EQ”

Penyair Arab, seorang legendaris dunia, Kahlil Gibran dalam salah satu aforismenya, menyatakan:

”Dalam pendidikan kehidupan, pikiran berangsur secara bertahap dari percobaan-percoban ilmiah menuju teori-teori intelektual menuju perasaan spiritual dan kemudian sampai kepada Tuhan”

Bahkan Albert Einstein, mengungkapkan:

”Science without religion is lame, religion without Science is blind”

Sosok George W. Bush mengungkapkan alasan tersendiri dari penyerangannya ke Irak dan Afghanistan, Ia berkata:

”I am driven with a mission from God. God would tell me…George go and fight these terrorist in Afghanistan……and I did. And then God would tell me…George go and end the Tyranny in Iraq…….and I did”

MARI MENJADI JENIUS SEPERTI EINSTEIN!!!!!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun