Mohon tunggu...
Nofia Fitri
Nofia Fitri Mohon Tunggu... Administrasi - Political Researcher

Doctoral Student of Political Science at the University of Indonesia; Civic Lecturer at Poltekkes Jakarta III; Manager Program of an NGO Aliansi Kebangsaan. An owner of a Big Data Company, Warung Data Indonesia, and a Digital Politics platform Exploiticha.id (Exploration on Global Politics, Computer Technology, and Ethical). My research interest is in the areas of Digital Politics, Global Politics, and Political Ideology.

Selanjutnya

Tutup

Politik

Cyber Politics: Perang Dunia Maya dan Tantangan Dunia Masa Depan

11 Desember 2011   06:50 Diperbarui: 25 Juni 2015   22:32 861
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Oleh: Nofia Fitri

Aksi-aksi Perang Dunia Maya/Perang Cyber (Cyber Warfare) yang melibatkan negara-negara berkekuatan raksasa dunia disinyalir sebagai Perang Modern di masa yang akan datang. Amerika Serikat, Cina, Rusia, dan Israel adalah negara-negara yang melirik kekuatan cyber sebagai salah satu faktor penting ketahanan nasional dalam konteks politik dan kekuasaan global.

Bagaimanakah para pemerhati politik dunia melihat tendensi ini sebagai kajian yang menarik dalam hal keterlibatan teknologi hacking computer dan konstalasi politik global.

Cyber Politics

Setelah dikejutkan dengan aksi Stuxnet diawal 2010, tahun yang menandai awal baru Perang Dunia Maya itu dilengkapi oleh satu fenomena luar biasa yang menarik perhatian masyarakat global, yaitu mencuatnya kontroversi organisasi whistleblower Wikileaks yang kembali memanfaakan teknologi hacking computer untuk tujuan-tujuan politik.

Istilah cyber-politics dalam khasanah keilmuan Indonesia awalnya memang bukan satu subjek studi yang cukup akrab ditelinga masyarakat umum, karena itu dalam pembahasannya topik ini cukup asing terutama dikaitkan dengan perkembangan teknologi komputer yang semakin bergerak maju melahirkan berbagai macam inovasi yang membentuk dunia modern. Istilah cyber-politics sendiri secara singkat dapat direfleksikan melalui satu kalimat "internet based conflict involving politically motivated attacts on information & information system."

Seiring dengan mencuatnya istiah cyber-politics, beberapa istilah-istilah yang sekiranya kurang dikenal masyarakat umum dalam kaitan teknologi hacking komputer dengan dunia politik antara lain Hacktivism, Political Cracking, Political Defacement, Electronic Civil Disobedience, Cyber-Warfare, sampai dengan Firesale, dan lain sebagainya hari ini mulai memiliki ruang sendiri dalam komunikasi global.

Cyber Warfare (Perang Dunia Maya)

Sementara Cyber Warfare (Perang Cyber) dalam sekup politik global dapat dipahami sebagai aksi politik yang melibatkan kemampuan hacking computer dalam mencapai tujuan-tujuan si pemilik kepentingan yang diantaranya bisa dilakukan melalui aktivitas-aktivitas semacam sabotase dan spionase.

"Cyber Warvare is an action of a nation-state to penetrate another nation's computers or networks for the purposes of causing damage or disruption."

Kalau kita pernah mendengar istilah Aurora, Stuxnet, Ghosnet sampai Wikileaks Takedown dan semua konsepsi global terkait digunakannya technology hacking komputer untuk tujuan-tujuan politik dalam format Perang Dunia Maya, disinilah pembahasan Cyber-Warfare sesunggungguhnya dapat difokuskan.

Stuxnet adalah worm komputer yang diciptakan tahun 2010, yang telah menginfeksi sistem komputer di Iran. Worm ini bahkan berhasil meremote ledakan berbahaya di pusat pengayaan uraninum pengembang nuklir negara penentang keras Amerika tersebut. Peristiwa ini pun disinyalir dilakukan oleh Israel dan Amerika Serikat sebagai penentang utama Program Nuklir Iran. Sementara operasi Aurora ditujukan untuk mencuri data-data sensitif para aktivis HAM Cina mencuat satu tahun sebelumnya.

Selain dua tools perang dunia maya yang cukup menarik perhatian masyarakat pemerhati politik global tersebut, Ghostnet tool spionase yang mematai-matai adalah salahsatu yang juga dianggap sebagai produk hacking computer yang telah menciptakan pengaruh besar terhadap perkembangan cyber-politics global.

Dunia Masa Depan

Setelah negara-negara super power mulai melirik technology hacking computer sebagai salah satu elemen penting dari ketahanan nasional mereka, disinyalir bahwa dimasa yang akan datang perang konvensional yang melibatkan fisik dan kekuatan militer tidak lagi menjadi pilihan startegi negara-negara besar dalam mencapai tujuan politiknya.

Karenanya pada masa kini teknologi hacking computer yang sebelumnya tidak terlalu menempati posisi penting dalam konstalasi global bahkan kurang dipahami oleh masyarakat biasa telah berhasil menarik perhatian para pelaku politik dunia, peneliti dan akademisi sebagai salah satu tantang dunia masa depan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun