Mohon tunggu...
Afif A. Luqmana
Afif A. Luqmana Mohon Tunggu... Karyawan -

Tidak pergi namun tidak ada disini

Selanjutnya

Tutup

Nature

Alam Sutera, Pancaran Pesona Hijau Zamrud di Barat Jakarta

18 Mei 2018   23:24 Diperbarui: 18 Mei 2018   23:31 376
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
The Prominence Office Tower, pilihan menarik untuk perkantoran anda |Sumber: Akun Twitter Alam Sutera @AlamSuteraInfo

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), pada 2015 lalu kekurangan kebutuhan (backlog) perumahan di Indonesia mencapai 11,4 juta unit. Angka ini turun dari tahun 2010 dimana backlog mencapai 13,5 juta. Sungguhpun demikian masih terdapat defisit pasokan rumah, dimana jumlah pasokan per tahun sekitar 400.000 sampai 500.000 unit, sedang kebutuhan rumah bagi masyarakat per tahun sekitar 800.000 unit. Padahal ketersediaan tempat tinggal bagi setiap orang merupakan amanat Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 28H.

Setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal, dan mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat serta berhak memperoleh pelayanan kesehatan

Tentu hal ini menjadi tantangan yang tidak hanya harus diselesaikan Pemerintah --dimana kontribusi hunian yang dibangun oleh pemerintah hanya 20 persen dari yang berasal dari dana APBN-- namun juga sebagai peluang bagi pengembang swasta untuk ikut berkontribusi menyelesaikan tantangan ini. Sinergitas Pemerintah - Swasta ini menjadi faktor penting dalam mengatasi permasalahan ketersediaan rumah.

Jakarta dan Segala Kompleksitasnya

Berdasarkan data BPS, jumlah penduduk Jakarta tahun 2015 mencapai 10,18 juta jiwa. Kemudian meningkat menjadi 10,28 juta jiwa pada 2016, dan bertambah menjadi 10,37 juta jiwa pada 2017. Artinya, selama dua tahun terakhir jumlah penduduk di Ibu Kota bertambah 269 jiwa setiap hari atau 11 orang per jam. Hal ini berbanding lurus dengan kepadatan penduduk  yang mencapai 15.663 jiwa/kilometer persegi. Angka ini meningkat 0,93% dari tahun sebelumnya sebesar 15.518 jiwa/kilometer persegi.

Oleh karenanya, persiapan untuk menghadapi perkembangan kota dan permasalahan yang melekat didalamnya menjadi penting. Perkembangan kota yang tidak diantisipasi dengan baik akan menjadi masalah yang kompleks, seperti: kemacetan, kemiskinan, kriminalitas, krisis energi, dan degradasi lingkungan. Kota harus mampu menopang dan menyediakan sumber daya yang dibutuhkan oleh warganya, tentunya dengan tetap memperhatikan aspek livability. Hal inilah yang coba Alam Sutera tawarkan, sebuah solusi dari sesak dan penatnya kehidupan Jakarta.

Sekilas tentang Alam Sutera

Alam Sutera Realty Tbk didirikan oleh Harjanto Tirtohadiguno beserta keluarga dengan nama PT Adhihutama Manunggal tanggal 3 November 1993. Perusahaan ini kemudian berganti nama menjadi PT Alam Sutera Realty Tbk pada 19 September 2007. Berdasarkan Anggaran Dasar Perusahaan, Alam Sutera Realty Tbk bergerak dalam bidang pembangunan dan pengelolaan perumahan, kawasan komersial, kawasan industri, dan pengelolaan pusat perbelanjaan, pusat rekreasi serta perhotelan (pengembangan kawasan terpadu). Saat ini proyek utama yang dikelola Alam Sutera Realty Tbk dan anak usahanya, antara lain:

  1. Alam Sutera
  2. Suvarna Sutera
  3. Garuda Wisnu Kencana Cultural Park Bali
  4. Asri Sutera Jawa Barat

Dengan segala pengalaman dan keberhasilan proyeknya, Alam Sutera Realty Tbk memperoleh berbagai penghargaan, diantaranya:

  1. Infobank 100 Fastest Growing Company Awards sektor Properti, Real Estate, dan Konstruksi Bangunan;
  2. Properti Indonesia Award 2016 -- Highly Recognized Township;
  3. Finance Asia - Best Mid-Cap (ranked 1st) Asia's Best Companies 2014;

Smart Living in Smart Cities

Konsep Smart City atau Kota Cerdas hadir sebagai salah satu solusi pengelolaan sumber daya secara efisien. Konsep Kota Cerdas pertama kali dimunculkan oleh IBM perusahaan komputer Amerika untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat perkotaan. Ada enam dimensi untuk mencapai Kota Cerdas, yaitu: lingkungan, mobilitas, kepemerintahan, ekonomi, masyarakat dan kehidupan. Masing-masing dimensi kemudian diejawantahkan dalam area kerja beserta indikator didalamnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun