[caption caption="Sumber foto: Statitistik Ketenagalistrikan 2014, Kementerian ESDM"][/caption]
The best way to predict the future is to create it.
Sebuah ungkapan dari Abraham Lincoln diatas nampaknya memang benar. Terbatasnya sumber daya yang ada dihadapkan dengan tingkat kebutuhan manusia yang semakin meningkat, membuat kita harus bersiap untuk segala kemungkinan di masa depan. Dan cara terbaik untuk mengetahui apa yang akan terjadi di masa depan adalah dengan menciptakannya sendiri.
Kota sebagai salah satu saksi perkembangan jaman, saat ini menjadi tempat lebih dari separuh penduduk Indonesia tinggal. Data dari Badan Pusat Statistik (BPS), menunjukkan bahwa kota terus mengalami peningkatan populasi. Kenaikan ini utamanya disebabkan oleh urbanisasi dan perubahan dari desa menjadi kota. BPS memperkirakan bahwa pada tahun 2035 nanti, dua pertiga penduduk Indonesia akan menyesaki kota.
[caption caption="Persentase Penduduk Daerah Perkotaan | diolah dari statistik BPS"]
Oleh karena itu, persiapan untuk menghadapi perkembangan kota dan permasalahan yang melekat didalamnya menjadi penting. Perkembangan kota yang tidak diantisipasi dengan baik akan menjadi masalah yang kompleks dan multidimensi, seperti: kemacetan, kemiskinan, kriminalitas, krisis energi, degradasi kualitas lingkungan dan bencana lain. Kota harus mampu menopang dan menyediakan sumber daya yang dibutuhkan oleh warganya, tentunya dengan tetap memperhatikan aspek livability.
Konsep Smart City atau Kota Cerdas hadir sebagai salah satu solusi pengelolaan sumber daya secara efisien. Konsep Kota Cerdas pertama kali dimunculkan oleh IBM ─perusahaan komputer asal Amerika─ untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat perkotaan. Ada enam dimensi utama untuk mencapai Kota Cerdas, yaitu: lingkungan, mobilitas, kepemerintahan, ekonomi, masyarakat dan kehidupan. Masing-masing dimensi kemudian diejawantahkan dalam area kerja beserta indikator-indikator didalamnya.
[caption caption="Smart City Index Master Indicators | sumber data: Smart Cities Council"]
Energi ─dalam hal ini listrik─ sebagai salah satu kebutuhan pokok manusia, menjadi indikator utama dalam area kerja Manajemen Sumber Daya. Dengan demikian, pembangunan di sektor ketenagalistrikan menjadi sebuah hal yang penting guna menopang pembangunan dan kebutuhan energi yang terus meningkat di masa depan. Sesuai dengan amanat Undang-Undang No. 30 Tahun 2009 tentang Ketenagalistrikan, pembangunan ketenagalistrikan bertujuan untuk menjamin ketersediaan tenaga listrik dalam jumlah yang cukup, kualitas yang baik, dan harga yang wajar dalam rangka meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran rakyat secara adil dan merata serta mewujudkan pembangunan yang berkelanjutan.
Ancaman Krisis Listrik
Buku Statistik PT. Perusahaan Listrik Negara Persero (PLN) tahun 2014 menunjukan bahwa produksi total PLN (termasuk pembelian dari luar PLN) pada tahun 2014 sebesar 228.554,91 GWh, mengalami peningkatan sebesar 12.366,36 GWh atau 5,72% dari tahun sebelumnya. Peningkatan ini mengikuti kenaikan konsumsi listrik oleh Industri, Rumah Tangga, Bisnis dan Lainnya. Kelompok pelanggan Industri mengkonsumsi 65.908,68 GWh (33,19%), Rumah Tangga 84.086,46 GWh (42,34%), Bisnis 36.282,42 GWh (18,27%), dan Lainnya (kepentingan sosial, gedung pemerintah dan penerangan jalan umum) 12.324,21 GWh (6,21%). Penjualan energi listrik untuk semua jenis kelompok pelanggan yaitu Industri, Rumah Tangga, Bisnis dan Lainnya mengalami peningkatan masing-masing sebesar 2,37%, 8,90%, 5,17% dan 7,63%.
Di sisi lain, produksi listrik sebagian besar masih berasal dari sumber energi yang tidak terbarukan, dengan detail sebagai berikut: [caption caption="Pemakaian Bahan Bakar 2006-2014 | sumber: Buku Statistika PLN 2015"]
Hingga saat ini, tren kenaikan konsumsi listrik ini masih diimbangi dengan produksi minyak dan gas Nasional. Pertamina mencatat peningkatan produksi minyak sebesar 14 persen sepanjang kuartal I (Januari-Maret) 2016 menjadi 305 juta barel minyak per hari (BOPD) dibandingkan periode sama tahun lalu sebesar 267 juta BOPD. Sementara produksi gas mencatat realisasi produksi sebesar 1.961 juta kaki kubik per hari (MMSCFD), naik 20,8 persen dibandingkan periode tiga bulan 2015 sebesar 1.623 MMSCFD.
Namun, dengan terus menggantungkan pada sumber energi yang tak terbarukan ini, akan selalu ada ancaman krisis listrik di masa depan apabila tidak ada upaya untuk mengantisipasinya. Terlebih, rasio elektrifikasi pada akhir tahun 2014 saja sebesar 81,70%, artinya masih ada 18,30% rumah tangga Indonesia yang belum mendapatkan akses listrik. Angka ini tersebar dalam 12.659 desa di seluruh Indonesia.
Listrik Pintar untuk Keberlangsungan Energi Masa Depan
Berdasarkan data yang dirilis oleh Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, pemborosan energi secara umum disebabkan oleh 80% faktor manusia dan 20% oleh faktor teknis. Dengan porsi mencapai 80% inilah terlihat peran penting dan partisipasi masyarakat dalam program efisiensi energi.
Berbagai upaya telah dilakukan Pemerintah untuk mendorong efisiensi energi disamping dengan menggenjot pembangunan Pembangkit Listrik baru dan memacu penggunaan sumber energi terbarukan. PLN sebagai Badan Usaha Milik Negara senantiasa berusaha menjalankan amanat untuk menjamin ketersediaan tenaga listrik di Indonesia, yang diturunkan melalui program-program prioritas. Salah satu program prioritas tersebut adalah Listrik Pintar atau sistem prabayar.
[caption caption="Listrik Pintar PLN | sumber: www.pln.co.id"]
Program Listrik Pintar ini dilatarbelakangi bahwa efisiensi listrik tidak lepas dari faktor perilaku, kebiasaan, disiplin dan kesadaran dari pengguna listrik itu sendiri. Sedang untuk mengubah faktor-faktor diatas sama sekali bukanlah hal yang mudah. Oleh karena itu Listrik Pintar dihadirkan sebagai pendekatan untuk sedikit demi sedikit mengubah perilaku, kebiasaan dan kesadaran para pengguna listrik. Sebagai pengguna daya terbesar, kalangan rumah tangga akan lebih dimudahkan dengan diluncurkannya Listrik Cerdas. Dengan jumlah rumah tangga perkotaan yang makin meningkat, kalangan ini akan menjadi pemeran utama Listrik Cerdas.
Ada beberapa hal yang bisa menjadi daya tarik bagi masyarakat untuk menggunakan Listrik Pintar. Dari sisi ekonomi, masyarakat akan dimudahkan dalam mengatur anggaran dan pola pemakaian energinya. Dengan hal ini, secara psikologis akan membuat masyarakat menjadi lebih aware dan “perhitungan” dalam menggunakan daya listriknya. Tentunya hal ini juga diimbangi dengan berbagai kemudahan dan keuntungan yang ditawarkan oleh PLN. Kemudahan untuk top up dan beragamnya nominal voucher isi ulang, tidak adanya batas minimal pemakaian dan biaya keterlambatan pembayaran menjadi tawaran menarik untuk masyarakat. Selain itu, masyarakat akan terbebas dari ketidakakuratan pembacaan meter listrik oleh petugas PLN; sekaligus tetap terjaganya ketenangan dan privasi bagi sebagian orang.
Listrik Pintar untuk Kota Cerdas
Tidak dapat dinafikan, perkembangan teknologi informasi dan komunikasi memberikan dampak besar dalam perkembangan Kota Cerdas. Namun, konsep dibalik Kota Cerdas bukan melulu mengenai teknologi dan tetek bengeknya. Lebih dari itu, esensi penting Kota Cerdas adalah bagaimana mendayagunakan sumber daya secara efektif dan efisien, demi kehidupan yang lebih baik di masa yang akan datang.
Data PLN menunjukkan bahwa sampai bulan Agustus 2015, PLN memiliki pelanggan sebanyak 59,99 juta. Terdiri dari pelanggan listrik pascabayar sebanyak 39,03 juta dan pelanggan listrik prabayar 20,64 juta. Angka tersebut meningkat dibandingkan jumlah pelanggan PLN sampai akhir 2014 sebanyak 57,49 juta terdiri dari pelanggan listrik pascabayar 39,93 juta dan listrik prabayar 17,59 juta pelanggan. Tren ini menunjukkan bahwa Listrik Pintar cukup mendapatkan sambutan masyarakat. Kita semua berharap, hal ini sejalan dengan peran serta masyarakat dalam mendayagunakan energinya secara efektif.
Asumsikan bila setiap rumah tangga mampu menghemat 10 persen saja dari kebutuhan listriknya, maka daya yang mampu dihemat sebesar 8408,646 GWh pertahunnya. Sebagai gambaran, konsumsi listrik perhari di DKI Jakarta pada tahun 2015 sebesar 7,5 Gwh/hari, sehingga dengan penghematan 10% tersebut akan mampu memenuhi kebutuhan listrik di DKI Jakarta selama 3 tahun! Bayangkan daya sebesar ini digunakan untuk elektrifikasi tempat tinggal saudara-saudara kita yang sampai saat ini belum bisa menikmati listrik, alangkah lebih bermanfaatnya. [caption caption="Kota Cerdas dan Energi | sumber: cnn.com"]
Selain itu, Listrik Cerdas diharapkan menjadi pemantik masyarakat dalam melakukan program cerdas lainnya, semisal: air, bahan bakar, dan bidang-bidang yang lain. Pada satu titik, program-program efisiensi ini diharapkan akan membentuk perilaku, kesadaran dan kedisiplinan untuk kehidupan generasi mendatang yang lebih baik.
Satu hal yang pasti, program Kota Cerdas ini tidak akan terwujud tanpa masyarakat yang cerdas pula, there is no smart city without smart people. Oleh karena itu, mari bersama-sama kita jadikan Listrik Cerdas PLN ini menjadi langkah awal perubahan menuju kehidupan yang lebih baik. Semoga.
Referensi:
- Buku Statistik PLN 2014
- Statistik Ketenagalistrikan 2015
- bps.go.id
- esdm.go.id
- pln.co.id
- smartcitiescouncil.com
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H