Mohon tunggu...
Nofail Hanf
Nofail Hanf Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Ilmu Komunikasi UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, Nofail Hanf_20107030095. Selamat Membaca dan Semoga bermanfaat.

Jangan lupa tersenyum dan bersyukur.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Erving Goffman dan Teori Dramaturgi dalam Kehidupan

25 Juni 2021   00:16 Diperbarui: 25 Juni 2021   01:10 18634
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bicara mengenai teori dramaturgi tentu hal ini tidak akan lepas dari nama Erving Goffman yang telah mewadahinya. Teori ini sudah tak asing lagi bagi kalangan pelajar, khususnya yang belajar ilmu sosiologi, yang mana teori ini sering kali kita lakukan dalam kehidupan sehari-hari, tanpa sepenuhnya dipahami, dan dengan tampilan yang berbeda-beda pula. 

Teori dramaturgi Erving Goffman merupakan teori yang menjelaskan bahwa dalam berinteraksi  satu sama lain sama halnya dengan pertunjukan sebuah drama. Di mana manusia menjadi aktor dalam menampilkan segala sesuatu untuk mencapai tujuan tertentu melalui drama yang dilakukannya. Identitas seorang aktor akan dapat berubah tergantung dengan siapa ia sedang berinteraksi.

Dilihat dari segi sejarah teori dramaturgi, menurut Kathleen M. German melalui Encyclopedia of Communication Theory (2009 : 320), disebut juga dengan dramatisme, yaitu suatu pendekatan yang digunakan untuk memahami penggunaan simbol-simbol dalam dunia sosial. 

Pendekatan dramatisme yang dikenalkakn pertama kali oleh Keneth Burke pada awal tahun 1950an menyatakan bahwa intetraksi manusia dapat digambarkan sebagai sebuah drama. Menurutnya hubungan antara kehidupan dan teater itu bersifat literal bukan metafora. 

Adapun pada tahun 1959. Melalui buku The Presentation of Self in Everyday Life. Seorang Goffman mengembangkan suatu teori yang menggambarkan interaksi sosial sebagai sebuah drama dan teater, yang terinspirasi atas konsep dasar interaksi sosial George Herbert Mead. 

Erving Goffman, lahir di Manville, Alberta, Kanada pada 11 juni 1922. Ia merupakan sosiolog yang dipandang sebagai tokoh "Kultus"  dalam teori-teori sosiologi. Menamatkan pendidikannya di Sekolah Menengah Atas Teknik St. John. 

Mendapat gelar Bachelor of Arts (B.A) dari Universitas Manitoba pada tahun 1945, gelar Master of Arts dari Universitas Toronto pada tahun 1949, dan menerima gelar doctor dari Universitas Chicago pada tahun 1953.2 Di kenal atas sosiologi kehidupan sehari-hari: interaksionisme simbolis; kontruksi sosial. Dan ia menghembuskan nafas teraksirnya di Pennsylvania, Amerika serikat, pada 19 September 1982 di usia 60 tahun, setelah menjabat sebagai president dari American Sociological Association dan belum menyampaikan pidato karena sakit.

Teori dramaturgi Erving Goffman menjelaskan bahwa identitas manusia adalah tidak stabil dan merupakan setiap identitas tersebut merupakan bagian dari kejiwaan psikologi yang mandiri. Kalau kita perhatikan diri kita yang dihadapkan pada tuntutan untuk tidak ragu-ragu dalam melakukan apapun yang diharapkan diri kita pada sebuah pertunjukan di hadapan khalayak. 

Beda dengan Goffman yang memusatkan perhatiannya pada pandangan atas kehidupan sosial sebagai pertunjukan yang persis dengan sebuah pertujukan drama di panggung. Oleh karena itu teori dramaturgi ini banyak di ilhami oleh perspektif interaksi sibolik, yang pada dasanya interaksi sosial menggunakan simbol-simbol, dan cara manusia menggunakan simbol, yaitu mempresentasikan apa yang mereka maksudkan untuk berkomunikasi dengan sesama.

Dramaturgi tidak memandang pada apa yang orang lakukan, atau mengapa mereka melakukan, melainkan bagaiamana mereka melakukaknya. 

Bila melihat pada pandangan Kenneth Burke dramaturgi diartikan sebagai pemahaman yang harus ada atas perilaku manusia bersandar pada tindakan, yang menekannkan dimensi ekspresif/impresif aktivitas manusia, di mana dramaturgi memiliki pengaruh besar dalam sebuah pertunjukan drama dan teater di atas panggung dimana seorang aktor  memainkan perannya sebagai manusia yang lain sehingga penonton dapat memperoleh gambaran kehidupan dari tokoh tersebuta dan mampu mengikuti alur cerita dari drama yang dipentaskannya, begitu dipahami dalam kehidupan sosial yang nyata. 

Dramaturgi terdiri dari front stage (panggung depan) dan black stage (panggung belakang). Dengan kata lain keduanya saling berhubungan erat dalam menampilkan diri.

Front stage (panggung depan) yaitu bagian pertunjukan yang berfungsi mendefinisikan situasi penyaksi pertunjukan. Front stage dibagi menjadi dua bagian. Pertama, Setting yaitu pemandangan fisik yang harus ada jika sang aktor memainkan perannya, dan kedua Front personel yaitu berbagai macam perlengkapan sebagai pembahasa perasaan dari sang aktor. back stage (panggung belakang) yaitu ruang di mana di situlah berjalan skenario pertunjukan oleh "tim" (masyarakat rahasia yang mengatur masing-masing aktor).

Goffman mendalami dramurgi dari segi sosiologi. Ia menggali segala macam perilaku interaksi sosial yang sering kali kita lakukan dalam pertunjukan kehidupan kita sehari-hari dengan menampilkan karakter orang lain dalam sebuah pertunjukan drama. Cara yang sama ini berarti mengacu kepada kesamaan yang berarti ada pertunjukan yang ditampilkan. Sehingga kesan yang didapatkan oleh penonton adalah kesan yang memang murni peran dalam sandiwara.

Goffman mengacu pada pertunjukan sosial kehidupan masyarakat. Pertujukan yang terjadi di masyarakat untuk memberi kesan yang baik untuk mencapai tujuan. Tujuan dari presentasi dari diri. 

Seperti bagaimana sebuah kerangka diinpresentasikan ulang dari bagian terkecil. Dimana aktor di darama akan semakin mudah untuk membawa penonton untuk mencapai tujuan dari pertunjukan tersebut. 

Bila dalam sebuah komunikasi manusia berbicara tentang bagaimana memkasimalkan indera untuk mencapai tujuan akhir komunikasi, agar orang lain mau mengikuti kemauan kita. Maka dalam dramaturgi, yang diperhitungkan adalah konsep menyeluruh bagaimana kita menghayati peran sehingga dapat memberikan sesuai yang kita mau.

Pada dasarnya setiap orang akan melakukan "impression management" (kesan) sesuai dengan apa yang ingin ditampilkannya di panggung depan, baik itu sangat berbanding berbalik dengan kehidupan di panggung belakang atau hanya terdapat sedikit perbedaan dengan ia di panggung belakang. Teori dramaturgi ialah di mana ia memandang kehiduapan sosial seperti pertunjukan drama di pentas. 

Dalam teori dramaturgi dijelaskan bahwa identitas manusia adalah tidak stabil dan setiap dan setiap identitas tersebut merupakan bagian dari kejiwaan (psikologi) yang mandiri. Identitas manusia dapat berubah-ubah tergantung dari interaksinya dengan siapa (orang lain). dalam dramaturgi, kehidupan sosial dimaknai sama dengan pertunjukan drama. 

Manusia adalah aktor yang berusaha menggabungkan karakteristik personal dan tujuannya kepada orang lain melalui "pertunjukan darama itu sendiri. Wassalam...

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun