Mohon tunggu...
Nofail Hanf
Nofail Hanf Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Ilmu Komunikasi UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, Nofail Hanf_20107030095. Selamat Membaca dan Semoga bermanfaat.

Jangan lupa tersenyum dan bersyukur.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Biografi Singkat BJ Habibie dan Perjalanan Karier Politiknya

23 Juni 2021   12:06 Diperbarui: 23 Juni 2021   13:46 805
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bacharuddin Jusuf Habibie lahir di Parepare, Sulawesi Selatan, pada tanggal 25 Juni 1936. Ia anak keempat dari delapan bersaudara. Orang tuanya adalah pasangan Bugis-Jawa, Alwi Abdul Jalil Habibie dan R.A. Tuti Marini Puspowardojo. Kedua orang tua Habibie berasal dari keluarga terhormat dan terpelajar. Kakek Habibie adalah ulama Islam terkenal. Ayah Habibie adalah lulusan sekolah pertanian di Bogor Pada 1948, Alwi Habibie menjabat sebagai Kepala Departemen Pertanian Negara Indonesia Timur. Sementara ibunya datang dari keluarga dokter.    Sejak kecil, Habibie menyukai mesin. Menurut Titi Habibie, jika ditanya "kalau besar mau jadi apa?" ia selalu menjawab, "Insinyur". Pendidikan menengahnya ditempuh di HBS (horgere burger school). Di tengah jalan, tahun 1950, ia pindah ke Bandung dan sekolah di Gouvernements Middelbare School sampai 1951. Lalu lanjut ke Sekolah Menengah Atas Katolik dari 1951 sampai 1954.

Pasca mundurnya Soeharto

Pada tanggal 21 Mei 1998 membuat bangsa Indonesia memasuki era baru. Beberapa hari setelah Soeharto tergantikan, Presiden Habibie dan Ny Ainun Habibie  meninjau kerusakan akibat kerusuhan di Pasar Glodok, Klender, dan Pasar Cempaka Putih (Jakarta).

Apalagi perjuangan mahasiswa Gerakan reformasi merupakan penyebab utama yang menjatuhkan Soeharto dari kekuasaannya. Aksi demonstrasi ini mulai terjadi sejak Soeharto menyatakan bersedia untuk dipilih kembali sebagai presiden setelah Golkar memenangkan Pemilu 1997.

Situasi politik saat itu memang penuh dinamika, terutama setelah terjadinya Peristiwa 27 Juli 1996 di kantor DPP PDI, Jalan Diponegoro, Jakarta Pusat. Pemerintah dinilai menjadi penyebab terjadinya Peristiwa Kelabu karena mencopot Megawati Soekarnoputri dari jabatan Ketua Umum PDI sehingga menimbulkan dualisme partai. Popularitas Megawati yang meroket ketika itu, apalagi statusnya sebagai anak Presiden Soekarno, memang jadi ancaman bagi kekuasaan. Apalagi, Megawati menjadi pimpinan partai menjelang Pemilu 1997.

Dan saat itu juga ada gerakan Perempuan dalam Pergolakan Reformasi 1998 Mahasiswa menduduki Gedung MPR/DPR, menuntut Presiden Soeharto mundur dari jabatannya dua hari sebelum Soeharto mengumumkan pengunduran diri pada 21 Mei 1998. Tidak hanya itu, pasca-Peristiwa 27 Juli 1996, timbul serangkaian peristiwa hilangnya aktivis demokrasi dan mahasiswa yang dianggap melawan pemerintahan Soeharto. Sejak saat itu, perlawanan terhadap Soeharto semakin terlihat. Masih banyak perlawanan lainnya tapi, Soeharto berusaha melakukan perlawanan. Salah satunya adalah dengan menawarkan pembentukan Komite Reformasi sebagai pemerintahan transisi hingga dilakukannya pemilu berikutnya. Soeharto pun menawarkan sejumlah tokoh seperti Abdurrahman Wahid dan Nurcholish Madjid untuk bergabung. Namun, sejumlah tokoh yang ditemui Soeharto pada 19 Mei 1998 itu menolak.

20 Tahun Reformasi, Kisah Mahasiswa Kuasai Gedung DPR pada 18 Mei 1998 Menurut Nurcholis, dilansir dari Kompas, ide Komite Reformasi itu sendiri berasal dari Presiden Soeharto. Nurcholis membantah bahwa ada tokoh yang mengusulkan itu saat bertemu Soeharto di kediaman Jalan Cendana, Jakarta Pusat. Penolakan juga disampaikan sejumlah tokoh yang tidak menghadiri pertemuan. Ketua Umum PP Muhammadiyah PP Amien Rais misalnya, yang mempermasalah mengenai ketidakjelasan kapan pemilu itu akan dilakukan. Menurut Amien Rais dan sejumlah tokoh, Komite Reformasi merupakan cara Soeharto untuk mengulur waktu dan tetap berkuasa. Soeharto semakin terpukul setelah 14 menteri di bawah koordinasi Menko Ekuin Ginandjar Kartasasmita menolak bergabung dalam Komite Reformasi atau kabinet baru hasil reshuffle.

Kisah Soeharto Ditolak 14 Menteri dan Isu Mundurnya Wapres Habibie... Bahkan, dalam pernyataan tertulis yang disusun di Gedung Bappenas pada 20 Mei 1998, 14 menteri itu secara implisit meminta Soeharto untuk mundur. Soeharto sadar posisinya semakin lemah. Kegalauan Jenderal yang tersenyum itu mencapai puncaknya pada Rabu malam itu, 20 Mei 1998. Atas sejumlah pertimbangan, dia pun memutuskan untuk mundur esok harinya.

Pasca politik habibie 

Di masa muda Habibie juga pernah menjabat ketua Perhimpunan Pelajar Indonesia (PPI) Achen pada 1957. Di bawah kepemimpinannya, PPI menyelenggarakan "Seminar Pembangunan" yang mengundang semua mahasiswa Indonesia di Eropa. Acara ini berlangsung di Hamburg, Jerman Barat, pada tanggal 20-25 Juli 1959. Namun, Habibie sendiri tidak menyertai. Sejak dua bulan sebelum seminar, ia diopname di Bonn karena tuberkulosis. Habibie sempat koma selama 24 jam dan hampir meninggal. Di saat kritis itulah ia membuat sumpahnya yang terkenal.     Habibie pun lulus diploma pada 1960, Habibie kemudian bekerja sebagai asisten peneliti di Institut Kontruksi Ringan RWTH.                                                                                   

Pada awal 1962, Habibie cuti pulang ke Indonesia selama tiga bulan di Bandung, ia bertemu dengan teman SMA-nya, Hasri Ainun Basari. Tak lama kemudian, pada tanggal 12 Mei 1962, Habibie menikah dengan Ainun, Ia Habibie kemudian mendaftar di perusahaan pembuat pesawat Hamburger Flugzeug Bau (HFB) yang tengah mengembangkan pesawat Fokker F28 dan Hansajet 320. Setelah HFB berganti nama menjadi Messerschmitt-Boelkow-Blohm (MBB), ia diangkat sebagai Direktur Pengembangan dan Penerapan Teknologi, pada 1973. Jabatan tersebut adalah yang tertinggi di MBB yang pernah dijabat oleh orang asing.                                             

Saat itu Jerman membuka peluang bagi Habibie untuk mengembangkan diri. Setelah dua tahun di Jerman, di usia 21 tahun, ia telah dipercaya sebagai ketua PPI Achen. Di usia 25 tahun, ia telah memimpin tim di perusahaan Talbot, mengatasi direktur dan kepala yang usianya dua kali lipat lebih usia Habibie. Semasa di Jerman ia membuat 5 karya terhadap Indonesia, ia patut diapresiasi dalam pembuatannya.                                                                                                            

Tapi disaat perkembangan teknologi Indonesia saat ini tidak sesupport dulu ketika masa Habibie,  sekarang berbeda dengan yang dulu, di masa seperti ini Indonesia dihadapi keberlangsung tanpa ada tindakan korektif yang tepat, dapat dipastikan nantinya semua maskapai penerbangan akan terkapar, kecuali maskapai yang "bermodal besar". Apalagi Indonesia hanya ada satu maskapai penerbangan yang sanggup bertahan dengan kapital besar. Sedangkan yang harus diingat adalah sistem penerbangan nasional kita merupakan subsistem dari sistem penerbangan global. Bila kita dinilai tidak sanggup mengelola penerbangan kita sendiri, orang luar yang akan datang untuk "mengelolanya". Artinya, bila maskapai penerbangan nasional gulung tikar, maskapai asing atau setengah asing akan berjaya di udara Indonesia. Sekali lagi, penyebab utama adalah kekurangsiapan kita dalam menyongsong kemajuan teknologi di bidang penerbangan. Kita tidak memiliki sebuah institusi yang khusus mengelola dan menangani soal-soal penerbangan yang sifatnya "lintas sektoral" sekali.                                                                      

Iklim demokratis di Jerman membuka peluang Habibie untuk mengembangkan diri. Setelah dua tahun di Jerman, di usia 21 tahun, ia telah dipercaya sebagai ketua PPI Achen. Di usia 25 tahun, ia telah memimpin tim di perusahaan Talbot, mengatasi direktur dan kepala yang usianya dua kali lipat lebih usia Habibie. Dalam iklim demokratis, rasionalitas diutamakan. Seseorang dinilai berdasarkan kapasitasnya, bukan usia. Iklim ini pulalah yang menghantarkan sebagai presiden RI ketiga.

Pasca kepresidenan dan lengsernya 

BJ Habibie meninggal dunia dalam usia 83 tahun karena sakit. Selama hidupnya, perjalanan karir Habibie tak hanya soal ilmu pengetahuan dan teknologi, tapi juga pemerintahan. Setelah hampir 20 tahun menempuh pendidikan dan bekerja di Jerman, Habibie dipanggil Presiden ke-2 RI Soeharto untuk kembali ke Indonesia pada 1973. Saat itu, Soeharto menilai Habibie bisa memberikan sentuhan baru di pengembangan industri teknologi di Indonesia.                                                                                                                                

Habibie pun kemudian menjadi pendiri Industri Pesawat Terbang Nusantara (IPTN). Ia juga diberikan mandat oleh Presiden Soeharto sebagai Menteri Negara Riset dan Teknologi pada 1978, menjabat selama 20 tahun dan pada tanggal 20 Mei 1998, Presiden Soeharto memanggil Wakil Presiden BJ Habibie ke kediamannya di Jalan Cendana Jakarta. Habibie pun tiba di Cendana. Soeharto hendak membahas nama-nama menteri Kabinet Reformasi yang akan dilantik keesokan harinya, 21 Mei 1998. Soeharto juga menyampaikan berencana mengundang pimpinan DPR/MPR ke Istana Merdeka tanggal 23 Mei 1998 kepada Habibie, Soeharto menyatakan, ia bermaksud menyampaikan kepada pimpinan DPR/MPR untuk mengundurkan diri sebagai presiden setelah Kabinet Reformasi dilantik.                                                                                         

Selang dua bulan kemudian, Habibie menggantikan Soeharto yang menyatakan mundur sebagai presiden setelah gejolak politik dan reformasi pada 21 Mei 1998. Habibie pun menjadi presiden di masa-masa krisis bukanlah hal mudah. Saat memimpin Indonesia, yang saat itu dalam keadaan berantakan, Presiden Habibie membuat beberapa keputusan penting. Beberapa keputusan itu tertuang dalam Undang-Undang, seperti UU Otonomi Daerah, UU Partai Politik, hingga UU Anti Monopoli. Jika bukan Habibie memberikan kebebasan dan keleluasaan dalam berpolitik, saat itu juga tidak akan banyak partai-partai politik terbentuk. Tak hanya itu, sejumlah program pemulihan ekonomi Indonesia pasca reformasi juga dibentuk untuk mengatasi krisis. Jika sebelumnya nilai mata uang rupiah mencapai Rp 15 ribu per dolar, maka Habibie berhasil menekannya jadi Rp 10 ribu per dolar. Namun, Habibie juga tak terlepas dari kritik. Salah satunya saat ia dianggap menjadi penyebab lepasnya Timor Timur dari Indonesia pada 30 Agustus 1999.                                                                                   

Presiden ketiga Indonesia Bacharuddin Jusuf Habibie mempunyai beberapa catatan tersebut hingga mengantarkan Habibie menjadi Presiden Indonesia yang membawa negara ini ke era demokrasi. Habibie membuka peluang bagi terselenggaranya pemilu demokratis yang diikuti secara bebas oleh partai politik. Habibie membuka kran kebebasan pers. Habibie pula yang memberikan amnesti dan pembebasan bagi tahanan politik di masa Orde Baru. Apalagi tuntutan referendum yang disuarakan rakyat Timor Timur ditanggapi Habibie, yang kemudian diajukan ke Sekjen PBB Kofi Annan. Dalam pertimbangannya, Habibie menyebut subsidi moneter yang diberikan pemerintah tak sebanding dengan manfaat yang didapat Timor Timur. Dan pada 30 Agustus 1999 menjadi hari bersejarah bagi Timor Timur yang akhirnya berhasil memisahkan diri dari NKRI lewat referendum kemerdekaan. 

Dalam sidang umum MPR 1999, laporan pertanggungjawabannya Habibie ditolak. Pada hari yang sama, ia menyatakan mundur dari pencalonannya sebagai presiden, menyusul penolakan laporan pertanggungjawabannya. Total Habibie menjabat sebagai presiden selama 1 tahun 5 bulan, sebelum akhirnya digantikan oleh Abdurrahman Wahid atau Gus Dur pada 20 Oktober 1999. Masa jabatan Habibie relatif singkat dibandingkan dengan presiden dan wakil presiden lainnya.                                                                                                                        

Setelah tak lagi menjabat sebagai presiden, Habibie memutuskan tinggal di Jerman. Ia juga mendirikan organisasi Habibie Center, dan menghabiskan masa-masa hidupnya bersama sang istri, Hasri Ainun Habibie, yang kemudian meninggal dunia pada 22 Mei 2010 karena kanker ovarium. Dari berbagai jalan yang ditempuh oleh Habibie, Habibie dihina akan keyakinannya dulu tapi ia tidak menggubrisnya hingga tercapai angannya, Habibie pun rela mengabdikan seluruh hidupnya demi negaranya, meskipun keberdadaannya lebih dihargai di Jerman.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun