Mohon tunggu...
Nofail Hanf
Nofail Hanf Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Ilmu Komunikasi UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, Nofail Hanf_20107030095. Selamat Membaca dan Semoga bermanfaat.

Jangan lupa tersenyum dan bersyukur.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Syarat-syarat Mendekatkan Diri Kepada Tuhan

2 Maret 2021   06:49 Diperbarui: 6 Maret 2021   23:24 7821
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
quantumbionergi.com

(Diolah dari kitab Kifayah al-Atqiya' dan Riyadu as-Shalihin)

Perhatikan sebuah ayat dan hadits qudsi berikut:

"Di antara orang-orang Arab Badui terdapat orang-orang yang beriman kepada Allah dan hari akhir dan menjadikan harta yang dia nafkahkan (dalam jihad fi sabilillah) sebagai pendekatan di sisi Allah dan jalan untuk mendapatkan do'a Rasulullah. Ketahuilah itu memang merupakan pendekatan bagi mereka. Allah akan memasukkan ke dalam rahmat-Nya (Surga). Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang." (Q.S. At-Taubah:99).

"Dan tiada bertaqarrub (mendekat) kepada-Ku seorang hamba dengan sesuatu yang lebih Kusuka daripada menjalankan kewajibannya". (Shahih Bukhari Juz 11, hal. 292-297).

Dari ayat dan hadits di atas dapat kita simpulkan bahwa taqqarub kepada Allah itu sudah diatur pensyari'atannya di dalam al-Qur'an dan Hadits.

Kedekatan manusia kepada Allah Swt. tidak muncul tiba-tiba, tetapi melalui proses, baiknya hubungan antara dua orang manusia yang saling mencintai. Pada awalnya tidak saling mengenal, tetapi karena intensitas pertemuan yang makin sering dari waktu ke waktu, maka akan timbul rasa kasih sayang yang kemudian menimbulkan pemahaman dan pengenalan terhadap diri masing-masing. Dan lambat laun rasa kasih sayang tersebut akan menghadirkan rasa cinta. Sebagaimana pepatah mengatakan; "Tak kenal maka tak sayang". Begitu pula apabila manusia ingin lebih mendekatkan diri kepada Allah, maka manusia harus belajar mengenal Allah.

Upaya manusia untuk mendekatkan diri kepada Allah biasa disebut 'taqarrub', berasal dari akar kata qurb (dekat), dan aqriba' (kerabat). Kata taqarrub dalam bahasa Arab artinya mendekat. Taqarrub kepada Allah ialah setiap aktivitas yang mendekatkan seorang hamba kepada Allah Swt., baik dengan melaksanakan amalan wajib, sunnah nafilah maupun bentuk-bentuk ketaatan lainnya. 

Pengertian taqarrub kepada Allah tidak hanya terbatas pada aktivitas ibadah, sebagaimana persepsi kebanyakan kaum Muslimin dewasa ini, namun mencakup pula seluruh aktivitas mu'amalat, akhlaq, mat'umat (berkaitan dengan makanan), malbusaat (berkaitan dengan pakaian), bahkan 'uqubat (pelaksanaan sanksi hukum di dunia oleh negara Islam atau khilafah).

Namun, dalam tulisan sederhana ini, penulis hendak membahas syarat-syarat taqarrub kepada Allah melalui hasil tafakurnya dari kitab Kifayah al-Atqiya dan Riyadu as-Shalihin. Di dalam kedua kitab ini disebutkan bahwa syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh seseorang yang ingin mendekatkan diri kepada Tuhan ada 4 (empat), yaitu: 'uzlah, ikhlas, sabar, dan hilim.

Pertama, 'uzlah. Yang dimaksud 'uzlah ialah menyepi dari manusia karena sibuk mendekatkan diri kepada Allah. Artinya, kita tidak boleh terlalu menyibukkan diri dengan urusan duniawi atau urusan ini itu dan semacamnya yang terjadi di dunia.

Kedua, ikhlas. Ikhlas di sini bukan lantas seseorang harus bersedekah. Tapi ikhlas dalam mengerjakan sesuatu di jalan Allah. Dalam pekerjaan, kita tidak boleh membangga-banggakan diri kita. Sebab sifat sombong yang memengaruhi kita akan semakin menjauhkan kita dari Tuhan.

Ketiga, Sabar. Sabar ialah salah satu maqam yang harus ditempuh oleh setiap manusia yang beriman. Manusia yang ingin berada dalam jalan Allah Swt. akan melalui segala cobaan dengan sabar. Tapi hal yang harus kita pahami, bahwa sabar memiliki arti yang cukup luas. Sabar tidak hanya dilakukan ketika seseorang yang tertimpa musibah. Tetapi, apa pun pekerjaan yang dilakukan dan diterima harus dibarengi dengan sikap sabar.

Sabar bisa berarti dapat menahan diri untuk tidak melakukan hal-hal yang bertentangan dengan hukum Islam. Menahan diri dari bujukan hawa nafsu yang menggoyahkan iman dalam keadaan lapang atau pun sempit. Sabar ada 3 (tiga) yaitu: sabar dalam melakukan ketaatan kepada Allah, sabar dari meninggalkan keharaman-keharaman Allah, dan sabar dalam menghadapi takdir Allah.

Yang Pertama, sabar dalam melakukan ketaatan kepada Allah, dimana kita harus menjalankan perintah-Nya serta menjauhi larangan-Nya. Perintah Allah seperti, shalat, zakat, puasa, dan haji musti dilaksanakan, karena akan menambah spirit spiritual kita untuk mendekat kepada Tuhan yang mahakuasa. Dan larangan-larangan-Nya seperti, sombong, riya', ujub, ghibah, dan fitnah harus kita hindari. Hal tersebut adalah perbuatan tidak disenangi Allah lantaran akan menggiring kita semakin jauh dari-Nya.

Yang kedua, sabar dari meninggalkan keharaman-keharaman Allah, seperti zina, minum khamar, syirik, dsb. Kita dipermudah untuk mendekatkan diri kepada tuhan jika kita menjauhinya. Sebaliknya, kalau kita mengerjakan keharaman atau larangan Allah maka kita dipersulit untuk mendekatkan diri kepada-Nya. 

Rasulullah bersabda: "Hindarilah hal-hal yang diharamkan, kamu akan menjadi orang yang paling bagus ibadahnya, ridlalah terhadap apa yang Allah bagikan untukmu, kamu akan menjadi orang terkaya, berbuat baiklah kepada tetanggamu, kamu akan menjadi orang mukmin, cintailah untuk orang lain apa yang kamu cintai untuk dirimu sendiri, kamu akan menjadi muslim, dan janganlah engkau banyak tertawa, karena banyak tertawa akan mematikan hati". Oleh karena itu, kita harus menjaga nafsu yang dalam diri kita, agar kita tidak terjerat dan terbelenggu dalam kehampaan (keredupan) hidup.

Yang ketiga, sabar dalam menghadapi takdir (ujian) Allah. Kita harus sabar terhadap apa yang tuhan berikan kepada kita, entah berupa kebaikan lebih-lebih keburukan. Karena Allah tidak akan menimpakan sesuatu melainkan itu yang terbaik bagi kita,

Keempat, hilim. Hilim adalah menahan amarah yang memuncak dalam diri, semisal ketika kita tidak terima dengan perlakuan orang lain yang mengganggu. Di dalam hilim, tersebut 5 (lima) perkara yang dapat mengobati hati atau tombo ati. Pertama, membaca Al-qur'an dan maknanya. kedua, shalat malam. Ketiga, berkumpul dengan orang shaleh. Keempat, banyak berpuasa. Kelima, banyak berdzikir. Maka dari itu, kita harus memperbaiki sifat kita, juga mantapkan niat, agar semakin dipermudah dalam menjalankan syarat-syarat untuk betakarub kepada Allah Swt.

Akhirnya, semoga uraian di atas sedikit banyak bisa membuka mata hati kita untuk kembali ke jalan yang lurus, merapatkan barisan dan menyempurnakan serpihan syarat-syarat mendekatkan diri kepada tuhan, agar apa yang kita tuju, sempurna kita nikmati. Semoga bermanfaat! Wassalam. *Nofail Hanf_20107030095, Mahasiswa Ikom UinSuka Yogyakarta.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun