Mohon tunggu...
farhan abbas
farhan abbas Mohon Tunggu... -

saya farhan SGI IV

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

GURU KEHIDUPAN YANG UNIK

28 Oktober 2012   13:21 Diperbarui: 24 Juni 2015   22:17 185
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Guru secara harpiah sering diartikan orang yang mentranspormikan pengetahuan, pengalaman ataupun nilai (volue) dari satu orang kepada orang lain.

Dewasa ini kata-kata guru sudah tidak asing lagi ditelinga kita, baik informasi yang secara lansung kita dengarkan ataupun informasi yang kita dapat dari media cetak maupun media elektronik. Menurut kebanyakan orang guru pada saat ini bukanlah profesi yang membagakan, apalah jadi guru, jadi guru tidak bisa membuat kita kaya dan masih banyak lagi kata-kata yang sifatnya meremehkan profesi sebagai seorang guru..kita tidak bisa salahkan orang lain berpendapat seperti itu, karena memang gurulah yang membuat manyarakat mempunyai penilaian seperti itu. Profesi guru sudah kehilangan ruh, keunikannya sudah mulai memudar dan bahkan hampir tidak ada...

Guru pertama manusia dulu adalah burung, mungking kita masih ingat cerita dua bersaudara hobil dan kabil yang saling membunuh, dimana hobil dibunuh oleh kakaknya sendiri yakni kabil, setelah itu kobil dikubur oleh kakaknya setelah melihat elang yang menggali tanah setelah membunuh elang yag lain. Kalau dulu guru manusia pertama adalah burung maka tidak salah kemudian sekarang kita belajar dari seorang anak kecil yang lumpuh dan tidak bisa apa-apa. Dia dari desa kecil dipulau Lombok, tepatnya desa perina, lombok tengah yang tidak lain adalah adikku sendri. Dia dari kecilnya cacat dan tidak bisa berjalan, tetapi dia tetap menikmati perjalanan hidupnya dengan senyum bahagia. Dia juga tidak mampu melihat dan mendengar dengan baik, tapi dia bisa hafal surat yasin dan ayat-ayat pendek lainnya. Sungguh kemampuan yang unik untuk orang cacat seperti dia. Sekarang umurnya hampir 19 tahun, namun sepanjang umurnya dia tidak pernah mengeluh. Dia selalu menerima segala sesuatu yang ditakdirkan Allah kepada dirinya dg lapang dada. Sungguh sikap ihlas yang sempurna. Karena pada dasarnya kita sedang berjalan dari satu takdir ke takdir yang lainnya.

Suatu ketika aku baca bukunya Erbe Sentanu yang berjudul “Quantum Ihlas”, disana dikatakan bahwa “jadilah anak kecil, karena dengan menjadi anak kecil anda akan mampu melakukan segala sesuatunyafokus 100%”. Kata kata ini terus menari-nari dipikiranku. Lama aku cari bentu aplikasi dari kata-kata tersebut, sampai pada akhirnya mataku tertuju pada tingkahlaku adikku Faizahtulwakiah, ternyata semua jawaban dari pertanyaanku ada pada dirinya. Ketika dia tertawa, maka dia akan fokus tertawa lepas 100%, begitupun ketika dia sedang menangis maka dia akan fokus menangis 100%. Dia melakukan segala sesuatunya dengan fokus 100%. Itulah sebabnya dia menjadi infirasi bagi banyak orang terutama sekali diriku.

Orang yang tidak mampu berjalan, melihat dan mendengar dengan baik saja bisa menjadi inspirasi bagi banyak orang dan bisa menjadi guru kehidupan bagi orang lain,, lalu bagaimana dengan kita yang sejatinya memang berprofesi sebagai seorang guru????? Pernahkah kehadiran kita menjadi inspirasi buat orang lain atau malah sebaliknya kehadiran kita justru tidak diharapkan karena dianggap menjadi beban bagi orang lain???? Jawablah dalam hati masing-masing...

Kalau kita mau jujur menilai diri sendiri, kita pasti akan mengakui bahwa kita belum berbuat banyak untuk diri sendiri, untuk keluarga termasuk kedua orang tua, dan mungkin juga belum bisa berbuat banyak buat orang lain. Kalau itu semua belum bisa kita lakukan maka mulai saat dan detik ini tanamkanlah niat dan lansung buktikan dengan tindakan. Kalau orang yang buta, tuli dan tidak mampu berjalan saja mampu menjadi contoh yang baik (uswatun hasanah) aku yakin kita semua bisa seperti itu dan bahkan lebih baik.

Untuk itu lakukan lah segala sesuat itu dengan sepenuh hati sehingga kita akan menjadi seperti apa yang dikatakan umar Ibn Khattab,” orang yang cerdas bukanlah orang yang mampu membedakan kebaikan dari keburukan, tetapi orang cerdas adalah orang yang mampu membedakan yang lebih buruk dari dua keburukan”.

Wassalam

Farhan SGI IV

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun