Mohon tunggu...
farhan abbas
farhan abbas Mohon Tunggu... -

saya farhan SGI IV

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Uang Masuk Kuliah dari Hasil Lomba

21 Oktober 2012   23:35 Diperbarui: 24 Juni 2015   22:33 117
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hari kelulusan semestinya menjadi hari yang sangat membahagiakan bagi semua orang, suka cita yang mendalam, senyum bahagia tersirat dibibir semua siswa. Hari itu memang benar-benar menjadi sejarah bagi semuanya. Tapi tidak bagi saya, meskipun saya lulus dengan hasil akhir yang cukup membanggakan, namun hari itu merupakan hari terakhri bagi saya mengenyam bangku sekolah, Sedih rasanya berpisah sama teman-teman, guru dan semua kebiasaan diasrama yang mengesankan. Harapan untuk melanjutkan kuliahpun jauh panggang dari api melihat kondisi perekonomian keluarga saya.

Tahun 2005 merupakan tahun kelulusan saya di SMA Darul Muhajirin praya lombok tengah NTB, enam tahun lamanya saya menuntut ilmu disana mulai masuk MTs Tahun 1999 sampai kemudian saya lulus SMA tahun 2005. Rata-rata teman angakatan saya melanjutkan studinya keperguruan tinggi. Ada yang di Universitas Mataram, Intitut Agama Islam Negeri Mataram, Muhammadiyah dan ada juga yang kuliah keluar daerah. Melihat teman-teman saya kuliah semua, saya menjadi iri dan sekaligus minder setiap kali bertemumereka, han kuliah dimana tanya mereka??? Saya tidak kuliah dan mudah-mudahan tahun depan bisa kuliah,doa’an saja jawabku sambil berlalu meninggalkan mereka. Rasa malu sudah tentu ada, tapi itu semua tidak membuat saya patah arang. Hal tersubut menjadi pemicu dan sekaligus sebagai cambuk bagi saya untuk bangkit dan lebih giat mencari uang agar bisa kuliah.

Setengah tahun sudah saya selesai dari bangku sekolah menengah atas SMA. Setiap hari saya membaca koran untuk mendapatkan informasi lowongan kerja, namun belum juga ada tempat yang sesuai dengan tingkatan saya, karena rata-rata yang dicari lulusan D3 atau S1. Saya semakin prustasi melihat kenyataan hidup yang hanya untuk mendapatkan kerja sebagai penjaga toko saja harus punya gelar D3 atau S1. Ternyata kerja yang diinginkan tidak semudah yangdibayangkan. Saya sering bertanya sama bapak,waktu itu bapak belum meninggal dunia, pak kapan saya bisa kuliah???bapak hanyabilang “mintalah sama Allah” seraya menyuruh saya untuk rajin-rajin ibadah dan baca surat Al-Waqiah. Saya hanya bisa pasrah menjalani satu takdir ke-takdirlain yang sudah diskenario Allah terhadap diri saya. Beberapa bulan kemudian saya ditelpon oleh Ustaz Mustanadi, saya sempat heran tumben sekali unstaz telpon saya biasanya saya yang nelpon. Ustaz mustanadi ini adalah guru di SMA Darul Muhajirin yang sekaligus saya anggap sebagai kakak sendiri, karena setiap hari saya bersama Beliau. Saya sempat bertanya dalam hati ada ap ya?? Belum selesai saya jawab bertanyaan yang ada dalam benakku,ustaz lansung bilang“han mau ikut syarhil Qur’an tidak tanyanya?? saya kan tidak bisa pidato ustaz jawabku. “kamu coba dulu tandasnya lagi” akhirnya setelah didesak, saya pun setuju dan mau mengikuti lomba tersebut tanpa pernah berharapuntuk menang. Dua bulan saya digodok dan dilatih sebelum lombanya tiba. Pertanyaanpun kerap kali muncul dalam benak saya, apa mungkin saya bisa? Karena hanya sekedar bicara dalam kelas saja saya gugup dan gemetaran, gimana kalau orangnya satu lapangan. Tenyata ustaz Mustanadi tau apa yang saya pikirkan dan beliau lansung memberikan motivasi kepada sayaseraya berkata “han kamu pasti bisa, tampillah dengan penampilan terbaikmu, menang atau kalah itu urusan belakang” kata-kata tersebut memberikan semangat baru buat saya, dan sayapun tampil dengan kemampuan terbaik. Saya tidak pernah memikirkan menang atau kalah. Dan Alhamdulillah saya keluar sebagai juara I tingkat kecamatan. kemudian berlanjutkekabupaten yang pada waktu itu diadakan dikecamatan Praya tengah dantembus keprovinsi di kota Bima lebih tepatnya kota Raba.

Dari hasil lomba tersebut Alhamdulillah saya mendapatkan tropi dan tentunya juga uang. Selang beberapa minggu pembukaan pendaftaran masuk perguruan tinggipun dibuka. Tanpa banyak berpikir akupun lansung pergi daftar dan diantar sama kakak ipar saya yang pada waktu itu memang sangat mendukung saya untuk kuliah. Uang dari hasil lomba tersebut saya pergunakan untuk masuk kuliah dan sisanya saya berikan kepada ibu untuk keperluan sehari-hari. Akupun mulai memasuki dunia baru dan lingkungan baru. Seneng rasanya bisa masuk kuliah, meskipun saya tidak tahu bagaimana kedepannya. Karena bagi saya hidup adalah yang sekarang, bukan yang dulu dan bukan yang akan datang. Jadi pergunakanlah waktu hari ini dengan sebaik-baiknya, isi dengan hal-hal positif dan bermanfaat. Dengan demikian kita akan menjadi manusia produktif seperti apa yang disabdakan Nabi muhammad saw. “manusia yang produktif adalah manusia yang saat ini lebih baik dari pada hari kemarin, hari esok lebih baik dari pada hari ini”. Tidak ada harga atas waktu, tapi waktu sangatlah berharga, memiliki waktu tidak menjadikan kita kaya, tetapi menggunakannhya dengan baik adalah sumber dari semua kekayaan.

Wassalam

Farhan SGI4

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun