Mohon tunggu...
Junus Barathan.
Junus Barathan. Mohon Tunggu... Guru - Profesional.
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Purna Tugas PNS Guru.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi | Dia Disebut "Iblis"

2 Juli 2019   10:21 Diperbarui: 2 Juli 2019   10:26 51
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

sebelum manusia dijadikan Allah dimuka bumi ini, makluk yang berupa jin dan malaikat lebih dulu dijadikan-Nya. malaikat dijadikan dari cahaya dan jin dari api. kedua mahluk ini adalah hamba Allah yang baik-baik dan bertempat tinggal di surga. 

dengan iradat dan kodrat Allah, Tuhan menjadikan manusia yang pertama dan berasal dari tanah, itulah asal mula manusia pertama Adam a.s. 

maka segala isi surga diperintah Tuhan untuk bersujud sebagai tanda penghormatan kepada Adam, dan sujudlah mereka semua kecuali jin. karena dia mengingkari perintah, maka dikutuk menjadi mahluk yang durhaka serta amalnya yang banyak lebur dan habis. dia disebut dengan panggilan "Iblis". 

dengan terusirnya iblis dari surga, maka iblispun mencari daya upaya, agar adam terusir pula dari surga. 

Celaka!... 

Adam dan Hawa terbujuk rayu oleh iblis, dia melanggar perintah Allah, akhirnya keluarlah keduanya dari surga.

Allah berkata : "dan bagi kamu, bumi itu adalah menjadi tempat tinggal buat sementara waktu saja". 

syetan tidak bersenang hati terhadap Adam, maka sampai kepada anak cucu dan seterusnya permusuhan ini tidak akan habis-habisnya. itulah sebabnya orang yang kuat imanya tak dapat diperdaya oleh iblis. sebaliknya orang yang tak beriman kepada Allah, dengan mudahnya ia diperdaya oleh iblis. 

Singosari, 2 Juli 2019

@J.Barathan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun