Suara alunan kaki mulai terdengar
Semua tertuju padanya, tak terkecuali aku
Senyum tipis kutarik, seakan tau apa maksudnya itu
Hhhmm... sambil menghela nafas
Masih teringat jelas diingatanku, kejadian itu
Membuatku sekarang lebih bisa tersenyum lepas
Apa yang selama ini aku pikirkan, ternyata??
Semua hanya pikiran yang lebay, alay
Entahlah...
lagu kenangan yang saat itu terdengar dari radio, seolah tau tentang apa yang sedang terjadi
Walau liriknya agak ngawur
Suara hujan menambah hangat suasana ruang itu
Ditambah secangkir kopi melengkapi
Aahhh... mulai ku sruputtt kopi itu
Tapi tiba-tiba aku kaget, bukan karena panasnya
Tapi karena pahitnya, yang ternyata belum aku kasih gula
Mulai lagi...
Dengan tatapannya yang tajam penuh amarah
Sambil memicingkan satu mata, Oh ternyata dia
Kapan dia kembali, apakah dia masih sama, apa dia...?''gumanku''.
Hujanpun berhenti, kami bertemu di tempat yang sama
Dalam hatiku,''hai kamu si...?''
Masih ingatkah kamu...?''terlontar sebuah pertanyaan''
Lalu aku sadar,''Oh iya dia kan seorang penabuh'', penabuh yang hanya memberi aba-aba, penabuh yang hanya menggerakkan tangannya saja langsung klik, penabuh yang hanya berdiri di belakang layar, penabuh yang hanya menyalakan api saja, tanpa tau cara memadamkannya.
Setelah itu api padam, timbulah keramaian yang semula sepi menjadi rame.
noerwidie
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H