Mohon tunggu...
Noer Syabilah Ramadyni
Noer Syabilah Ramadyni Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Program Studi Jurnalistik UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Saya seorang mahasiswa yang hobi membaca dan menulis. Saya tertarik pada segala hal dalam bidang kepenulisan.

Selanjutnya

Tutup

Sosok

Dugaan Politik Dinasti: Keresahan Masyarakat Terkait Gibran

8 Januari 2024   02:59 Diperbarui: 8 Januari 2024   02:59 131
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosok Cerita Pemilih. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

"Landscape politik yg di belakang kita dari mulai orde baru sampai reformasi itu sebetulnya memberikan contoh bahwa anak muda memang jarang sekali diberikan tempat, dan itu sebetulnya membuat anak muda belakangan tidak tertarik dengan proses demokratisasi," ujar Milki.

Beberapa elemen masyarakat mengajukan pertanyaan tentang sejauh mana Gibran dapat memisahkan perannya sebagai calon politikus dan putra Presiden. Dengan latar belakang politik ayahnya yang kuat, ada kekhawatiran bahwa pengaruh politik keluarga dapat memengaruhi dinamika pemilihan secara keseluruhan.

Fahri berpendapat bahwa konsentrasi kekuasaan yang berlebihan dan ketidaksetaraan dalam peluang politik dapat terjadi karena Gibran terpilih sebagai calon Wakil Presiden.

 "Sangat mengkhawatirkan bahwa diangkatnya Gibran sebagai calon Wakil Presiden bisa mengakibatkan konsentrasi kekuasaan yang berlebihan dan ketidaksetaraan dalam peluang politik," ujar Fahri, salah satu calon pemilih dalam pemilu 2024 mendatang.

"Sangat mengkhawatirkan bahwa diangkatnya Gibran sebagai calon Wakil Presiden bisa mengakibatkan konsentrasi kekuasaan yang berlebihan dan ketidaksetaraan dalam peluang politik," ujar Fahri, salah satu calon pemilih dalam pemilu 2024 mendatang.

Di tengah kekhawatiran ini, tim kampanye Gibran berupaya menjelaskan bahwa keputusannya untuk mencalonkan diri didasarkan pada dorongan untuk memberikan kontribusi positif bagi masyarakat Solo. Mereka menekankan bahwa Gibran memiliki visi dan misi yang jelas untuk memajukan kesejahteraan kota tersebut.

Namun, sejumlah pihak tetap skeptis, mendesak agar transparansi dan akuntabilitas menjadi prioritas utama dalam perjalanan politik Gibran. Beberapa organisasi masyarakat sipil dan aktivis menyuarakan kebutuhan akan mekanisme kontrol yang lebih ketat untuk menghindari penyalahgunaan kekuasaan dalam konteks politik dinasti.

Pertanyaan etis juga muncul terkait penggunaan sumber daya dan akses yang dimiliki Gibran dalam kampanyenya. Kritikus mengingatkan bahwa ketidaksetaraan akses sumber daya dapat memberikan keuntungan tidak adil dalam persaingan politik dan memunculkan pertanyaan tentang seberapa merata kesempatan bagi calon dari lapisan masyarakat yang berbeda.

Dalam mengatasi keresahan ini, lembaga-lembaga pengawas pemilu dan penyelenggara pemilihan diharapkan dapat menjaga integritas dan keadilan. Transparansi dalam pemilihan, bersama dengan partisipasi aktif masyarakat, dianggap sebagai kunci untuk memastikan proses politik yang demokratis dan adil.

Seiring berjalannya waktu menuju pemilihan, suasana politik di Solo akan terus dipantau oleh masyarakat dan pemangku kepentingan. Pertanyaan-pertanyaan penting tentang politik dinasti, etika politik, dan prinsip demokrasi akan terus menjadi perbincangan hangat di tengah dinamika pesta demokrasi yang semakin dekat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosok Selengkapnya
Lihat Sosok Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun