Mohon tunggu...
Noer Ima Kaltsum
Noer Ima Kaltsum Mohon Tunggu... Guru - Guru Privat

Ibu dari dua anak dan suka menulis

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Lebaran dan Pantai Goa Cemara Bantul, DIY

5 Juli 2017   07:22 Diperbarui: 5 Juli 2017   09:56 764
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dilarang Mandi di Laut (Dokumentasi Pribadi)

Bagi saudara-saudara saya yang tinggal di DIY dan keluarga kakak saya yang tinggal di Kabupaten Blora, Jateng, berlibur ke pantai selatan itu hal biasa. Mereka bisa pergi ke pantai sewaktu-waktu. Berbeda dengan saya, suami dan anak-anak. Harap maklum, saya tidak memiliki kendaraan roda empat yang bisa membawa kami sekeluarga berlibur ke pantai. Paling tidak, salah satu dari kami (saya atau Faiq) harus tinggal di rumah Ibu. Biasanya yang bisa pergi dengan sekali angkut ayah, saya dan si kecil. Atau, Faiq, ayah dan si kecil.

Kali ini, anak, menantu  dan cucu Ibu bisa kompak berlibur ke pantai Goa Cemara. Pantai Goa Cemara, Kabupaten Bantul, DIY terletak di sebelah barat Pantai Parangtritis. Alhamdulillah, senang rasanya bisa bepergian bersama keluarga besar dengan kostum yang sama. Adik saya memunyai ide membuat seragam kaos yang digunakan untuk lebaran. Dua kakak saya yang lain dengan pasangannya tidak ikut ke pantai karena ada suatu keperluan.

Awalnya, kakak saya kedua, mbak Anna mengutarakan ingin bepergian bersama tetapi di tempat wisata yang tidak ramai, dan bebas macet. Maka pantai Goa Cemara pilihannya. Sebelum berangkat, kami membawa bekal makanan ringan, minuman dan buah-buahan. Langkah ini kami tempuh agar pengeluaran tidak begitu banyak. Maklum saja, suasana lebaran, makanan dan minuman yang dijual di tempat wisata, tidak ada yang murah. Untuk makan berat, kakak saya memesan di lesehan sekitar pantai, yang harganya masih terjangkau dan tidak "ngepruk"/terlalu mahal.

Biaya retribusinya juga murah, yakni empat ribu rupiah per orang. Kebetulan saya dan suami naik sepeda motor, parkir sepeda motor tiga ribu rupiah. Masih terjangkau dan tidak mahal.

Sampai di pantai memang pengunjungnya sudah banyak, tapi tidak berjubel. Kami menggelar dua tikar lalu memandang ke pantai dengan nyaman. Meskipun ramai, tapi keberadaan pengunjung tidak menghalangi kami melihat pantai dari kejauhan.

Saya harus mengawasi Faiz, si kecil yang sangat aktif dan tidak mau diam. Bagaimanapun, Faiz adalah tanggung jawab saya sebagai Ibunya. Memang di banyak tempat ada peringatan untuk menjauh dari pantai. Artinya, kami tidak boleh bermain air. Gelombang besar kadang datang tanpa bisa kita duga sebelumnya. Untuk mengantisipasi agar Faiz tidak mendekati air, saya ajak dia bermain pasir.  Faiz membuat cetakan bangunan pasir dengan wadah po* mie. Setelah itu Faiz dan keponakan saya, Icha yang kecil mungil mencari daun cemara lalu ditusukkan di atas bangunan pasir. Mereka berlari ke sana kemari dengan riang. Saya, kakak, adik dan suami tetap memperhatikan Faiz dan Icha. Kami tidak boleh lengah.

Memandang Laut Lepas Dengan Tenang (Dokumentasi Pribadi)
Memandang Laut Lepas Dengan Tenang (Dokumentasi Pribadi)
Ketika merasa sudah cukup kami menikmati udara sejuk, menikmati makanan ringan dan menikmati suasana yang nyaman, kami harus membereskan bawaan. Tidak lupa, sampah-sampah yang kami hasilkan, kami buang di tempatnya. Senang rasanya berada di tempat yang menyediakan tempat sampah di mana-mana. Dengan tempat sampah yang tersedia ini, jelas membuat tempat wisata menjadi bersih. Saya amati, sebagian besar pengunjung juga membuang sampah pada tempatnya. Memang menjaga kebersihan adalah gaya hidup kita. Apalagi sebagai seorang muslim, tentu mengutamakan kebersihan.

Dilarang Mandi di Laut (Dokumentasi Pribadi)
Dilarang Mandi di Laut (Dokumentasi Pribadi)
Kami menuju warung makan lesehan. Nasi hangat, oseng kangkung, cumi asam manis, ikan bakar, lalapan, sambal kecap sudah tersedia. Waktunya makan! Seperti biasa, kakak saya selalu minta wadah plastik atau kertas minyak untuk membungkus makanan yang tidak habis.

Pantai Goa Cemara tidak terlalu jauh dari rumah saya. Waktu yang kami tempuh hanya satu jam. Alhamdulillah, ketika berangkat dan pulang, kami terhindar dari macet. Sampai di rumah Ibu, azan asar berkumandang.

Bagi saya, orang asli Yogyakarta, melakukan perjalanan wisata ke pantai selatan amat menyenangkan meskipun saya takut air.  Meskipun saya asli Yogya, tapi pantai yang saya kunjungi baru sebagian kecil saja, Pantai Baron, Pantai Indrayanti, Pantai Depok, Pantai Parangtritis, Pantai Samas, Pantai Kwaru, Pantai Baru, dan Pantai Goa Cemara. Bukan berarti saya kurang piknik, alasan saya adalah saya takut air. Semoga di masa yang akan datang, masih ada waktu untuk saya menjelajahi pantai-pantai yang ada di Bantul dan Gunungkidul.

Bagi saya, lebaran kali ini adalah pertama kali piknik bersama keluarga besar.

Karanganyar, 4 Juli 2017

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun