Akhir-akhir ini dalam setiap kegiatan pembelajaran untuk semua mata diklat, guru-guru (saya dan teman-teman) menggunakan laptop dan LCD di dalam kelas. Sebenarnya sudah sejak lama kami menggunakannya. Ada beberapa keuntungan pada saat pelajaran berlangsung dengan menggunakan laptop dan LCD. Salah satu keuntungannya adalah kepraktisan (materi dapat digunakan beberapa kali). Keuntungan yang lain tidak perlu saya sebutkan.
Ada yang menarik dalam setiap kesempatan menggunakan laptop dan LCD untuk pembelajaran, yaitu kami harus membawa kabel dari kantor. Sebenarnya di setiap ruangan kelas sudah ada stopkontak-nya. Karena letak stopkontak berada di atas, maka perlu kabel sambungan agar laptop dan LCD mendapatkan arus.
Mungkin ada yang bertanya, mengapa LCD tidak dipasang secara permanen di atas? Karena siswa-siswa sering usil. Agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan, maka LCD dipasang ketika mau dipakai dan dikemas kembali setelah selesai untuk dibawa ke kantor. Oleh karena jumlah LCD terbatas maka kami berbagi kesempatan dengan teman guru. Kami saling mengalah. Biarpun mungkin saya lebih membutuhkan LCD, saya akan merelakan benda itu untuk teman guru lainnya.
Demikian pula guru lainnya. Biasanya mereka akan bertanya siapa yang akan menggunakan LCD? Selain LCD, kami juga berbagi kabel. Ya, kabel ini sangat penting. Apalagi kalau tiba-tiba kabel (bagian dalam) putus, membuat pembelajaran terganggu bila tak segera diatasi.
Pada kesempatan yang lain guru-guru tidak menggunakan kabel dan LCD untuk pelajaran produktif, sebab kalau sudah berada di bengkel, utak-atik benda kerja lebih mengasyikkan. Siswa juga akan lebih paham belajar secara langsung menyentuh benda kerja dibanding teori atau hanya melihat gambar.
Demikian juga untuk pelajaran kimia yang saya ampu. Praktek sederhana, praktikum/demonstrasi tentang kimia yang ada kaitannya dengan kehidupan sehari-hari lebih menyenangkan daripada belajar hanya secara teoritis saja.
Jadi ada kalanya kami serentak mengajar praktek, dan suatu saat serentak berada di kelas lalu menggunakan alat yang lain. Bagi kami tak menjadi masalah. Justeru di sinilah indahnya berbagi apa saja. Kebersamaan kami memang membuat hubungan kami, satu sama lain menjadi dekat.
Kalau ditanya, lo mengajar kan ada RPP-nya. Apa sudah sesuai dengan RPP? RPP yang dibuat bisa dilaksanakan dengan fleksibel, tidak kaku. Karena menjadi guru itu ibaratnya dalang. Dalang ora kentekan lakon. Harus bisa menghadapi segala situasi dan kondisi.
Semoga bermanfaat.
Karanganyar, 28 Agustus 2015
Jangan lupa baca yang satu ini pula, catatan saya di blog pribadi : http://kahfinoer.blogspot.com/2015/08/mie-jawa-vs-mie-instan.html