Mohon tunggu...
Noer Ima Kaltsum
Noer Ima Kaltsum Mohon Tunggu... Guru - Guru Privat

Ibu dari dua anak dan suka menulis

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup

Puluhan Tahun Membagikan Sedekah Menjelang Lebaran Tanpa Berdesakan, Tanpa Korban, Tanpa Publikasi Ala Mbah Wido

6 Juli 2015   06:49 Diperbarui: 6 Juli 2015   06:49 212
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gaya Hidup. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Ketika saya belum menikah, saya mengikuti jamaah shalat di masjid dekat rumah. Biasanya Bapak yang menjadi imam. Saya tahu betul ketika Bapak menjadi imam. Bacaannya fasih, tidak terlalu cepat tapi tidak terasa lama. Biasanya jamaah shalat tarawih senang bila Bapak menjadi imam, karena shalatnya tidak terlalu lama (tapi bukan shalat kilat).

Jamaah shalat setiap 5 waktu shalat di mushola mbah Wido banyak, apalagi bila Ramadhan. Jamaah shalat tarawih juga selalu penuh hingga akhir Ramadhan. Pada akhir Ramadhan, mbah Wido dan keluarga besarnya akan membagikan sedekah berupa uang. Pecahannya tidak terlalu besar. Akan tetapi para jamaah menerima dengan penuh suka cita. Mbah Wido tidak akan memandang siapa yang akan diberi, warga mana, sering berjamaah di musholanya atau tidak, atau hanya datang ketika mau dibagikan uang.

Penerima sedekah pun tidak perlu antri, berdesak-desakan, apalagi sampai terinjak-injak sebab mereka mau tertib dalam pembagian sedekah. Memang yang datang tidak sampai ribuan orang, tapi cara membagi sedekah ini perlu dicontoh. Biasanya setelah malam pembagian sedekah tidak berarti malam berikutnya jamaah sepi. Ternyata jamaah shalat tarawihnya tetap banyak.

Menjelang lebaran, Bapak mendapatkan bingkisan dari mbah Wido. Sepertinya bingkisan itu khusus buat Bapak. Isinya bermacam-macam. Selain bahan makanan/minuman juga amplop berisi uang. Mbah Wido biasanya datang sendiri untuk memberikan bingkisan itu kepada Bapak.

Meskipun mbah Wido Kakung sudah tiada, mbah Wido Putri (usia kurang lebih delapan puluh tahun) tetap melakukan semua. Kami sebagai anak-anak Bapak merasa tersanjung mbah Wido mau datang ke rumah Bapak. Apalagi tujuannya silaturahmi. Tak terasa hubungan antara keluarga saya dan keluarga mbah Wido sudah terjalin lama, yakni 33 tahun (tahun 1982-sekarang).

Saya salut dengan cara mbah Wido dan keluarga besarnya dalam membagi sedekah, meskipun dilakukan di kampung. Semua berjalan sistematis dan tertib. Selama Puluhan Tahun Mbah Wido Membagikan Sedekah Menjelang Lebaran Tanpa Desak-desakan, Tanpa Korban  Tanpa Publikasi. Tidak perlu memakai panitia, tidak perlu pengamanan ketat dan tidak perlu publikasi.

Sebenarnya banyak pengusaha/dermawan yang tinggal di Yogyakarta yang membagikan sedekah menjelang lebaran. Salah satunya adalah adik dari mantan presiden RI. Ketika saya masih tinggal di Yogyakarta, beliau membagikan sedekah kepada warga pada minggu terakhir bulan Ramadhan pada setiap jamaah yang ikut shalat jamaah di sana. Tempatnya di sebelah utara Pasar Ngasem (lokasi lama).

Setahu saya tidak ada musibah atau kejadian pada tiap-tiap pembagian sedekah menjelang lebaran di Yogyakarta. Mungkin karena kesadaran warga tinggi dan mereka mau tertib. Selain itu tidak setiap warga yang tidak mampu mau datang untuk diberi sedekah. Ternyata beberapa warga yang tidak mampu tidak memanfaatkan momen ini. Mereka masih mempertahankan dan menjaga kehormatan dirinya dengan tidak menengadahkan tangan mesku mereka tak punya.

Semoga banyak dermawan yang memberikan sedekah di akhir Ramadhan ini atau menjelang lebaran. Kalau bisa para dermawan datang sendiri dan membagikan sedekah ke rumah-rumah kaum miskin papa. Atau mereka sudah memiliki panitia/utusan yang ditugaskan untuk membagi sedekah di tempat-tempat tertentu. Sehingga penerima tidak harus datang ke rumah dermawan. Karena biasanya orang-orang yang menginginkan sedekah datang dari jauh/luar desa. Mereka harus naik kendaraan umum dengan mengeluarkan ongkos. Belum lagi harus berdesak-desakan, kepanasan, kehausan dan lain-lain. Kasihan juga bagi orang tua dan perempuan yang membawa anak kecil/menggendong balita. Bisa saja mereka kelelahan lalu mengalami sesak napas mendadak. Mereka bisa pingsan!

Beberapa tahun yang lalu di suatu daerah terjadi musibah saat pembagian sedekah. Jangan sampai tahun ini terjadi lagi. Jangan sampai mau dapat uang lima puluh ribu rupiah tapi taruhannya nyawa.

Saya kira pembagian sedekah menjelang lebaran ala mbah Wido perlu dicontoh. Sampai sekarang masih berjalan. Masya Allah, semoga Allah membalas kebaikan mbah Wido dan keluarga besarnya. Apa yang beliau keluarkan mendapatkan keberkahan, amin. (Selesai)

Karanganyar, 6 Juli 2015

Ini ceritaku tentang membagi sedekah menjelang lebaran.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun