“Percayalah, mbak Nana. Ibu tak akan membebani anak-anaknya. Pasti Ibu akan memberi kejutan pada kita.”
Malam harinya, Ibu mengungkapkan kepada kami, anak-anaknya bahwa beliau ingin menunaikan rukun Islam kelima itu. Bagiku semua itu masuk akal saja dan bukan mustahil. Lalu Ibu mengajak aku dan saudara-saudara perempuanku masuk ke dalam kamarnya.
Ibu membuka genthong. Dari dalam genthong, Ibu mengeluarkan tempat perhiasan sederhana. Dalam hati aku berdecak kagum. Ternyata Ibu memiliki tabungan emas. Emas-emas tersebut Ibu beli sedikit demi sedikit.
Dari dalam genthong itu juga, Ibu mengeluarkan surat-surat pembelian perhiasan tersebut. Dari perhitungan kedua kakak perempuanku, emas-emas Ibu tersebut bila dijual cukup untuk biaya naik haji.
Terjawab sudah rasa penasaranku kemarin. Aku memang sudah tahu sejak awal kalau Ibu memiliki perhiasan emas. Tapi di luar dugaanku, tabungan emas Ibu jumlahnya banyak. Dulu Ibu pernah mengatakan bahwa tabungan emas tersebut untuk berjaga-jaga di hari tuanya. Ibu tidak ingin memberatkan anak-anaknya.
00000
Genthong, ya genthong milik Ibu adalah tempat untuk menyimpan uang dan perhiasannya. Aku tahu dan paham sekali siapa Ibu. Seumur-umur, Ibu belum pernah menyimpan uang di bank. Kata Ibu daripada disimpan di bank, lebih baik uang tersebut dibelikan perhiasan. Tapi kalau uangnya cuma sedikit, biasanya disimpan dalam rupiah dan dimasukkan dalam genthong.
Aku ceritakan semua ini pada temanku. Beliau tertawa, tawanya tak mengandung olok-olok atau ejekan. Beliau tertawa karena dia sendiri juga melakukan hal yang sama.
“Bu Mia, aku juga menyimpan uang dan perhiasan dalam genthong. Bahkan genthongnya juga untuk menyimpan beras.”
Setelah diberi tahu cara menyimpan perhiasan dalam genthong yang berisi beras, aku tertawa. Boleh juga idenya. Menyimpan barang berharga di dalam rumah tapi tak khawatir terendus pencuri.
Aku jadi ingat dengan kebiasaan Ibu mertua yang menyimpan uangnya di dalam genthong berisi beras. Genthong yang dibiarkan berada di luar kamar. Tak ada orang yang curiga kalau genthong itu berisi uang. Ibu tak khawatir meninggalkan rumah beserta rupiahnya. (SELESAI)