Mohon tunggu...
Noer Ima Kaltsum
Noer Ima Kaltsum Mohon Tunggu... Guru - Guru Privat

Ibu dari dua anak dan suka menulis

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Artikel Utama

Sudah Antri 17 Hari, Alat Rusak e-KTP Gagal Cetak

18 Juni 2015   06:09 Diperbarui: 20 Juni 2015   02:45 536
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

“Sudah proses e-KTP belum?”

“Belum.”

“Sebentar ya Bu.”

Si Ibu mundur menunggu giliran dipanggil lagi. Setelah itu seorang Ibu maju untuk membuat KTP baru dan Kartu Keluarga. Si ibu sudah menjelaskan dia kemalingan, semua suratnya hilang.

Si Ibu kedua ini masih juga ditanya KTP lama dan fotokopi Kartu Keluarga. Saya heran saja terhadap petugasnya. Sudah dibilang KTP dan Kartu Keluarganya hilang karena kemalingan kok masih ditanya. Beruntung si Ibu, tida tidak banyak diceramahi oleh petugasnya. Hanya diminta untuk menunggu sebentar saja.

Giliran berikutnya adalah seorang pemuda yang mau memperpanjang masa aktif KTP. Karena semuanya tidak masalah maka pelayanan cepat. Sang pemuda diminta untuk melanjutkan perjalanannya ke kantor Dukcapil. Sebelum meninggalkan loket, si pemuda diminta untuk meninggalkan uang “suka rela”. Saya lihat si pemuda meninggalkan lima ribu rupiah. Saya hanya membatin uang suka rela, untuk siapa dan untuk apa ya?

Lalu giliran saya dilayani. Saya menyerahkan semua berkas yang diperlukan. Hanya beberapa menit saja, urusan saya selesai. Tak lupa pada saya petugas tadi juga mengatakan “suka rela” pada saya. Saya meninggalkan uang lima ribu, tanpa diberi kuitansi dan tak tahu uang tadi kegunaannya untuk apa. Ya sudahlah, saya tidak usah banyak tanya. Yang penting urusan saya sudah selesai. Langkah berikutnya adalah siap meluncur ke kantor Dukcapil.

0000

Sebelumnya saya pernah diberi tahu seorang teman. Untuk membuat dokumen, kita antri dulu. Untuk setiap hari, antriannya dibatasi sampai nomer 100. Saya berusaha mengantri lebih pagi, agar nomer yang saya peroleh urutannya kecil dan saya tidak perlu berlama-lama menunggu.

Sepagi ini di kantor Dukcapil antriannya banyak sekali. Nyali saya mendadak ciut. Doa saya semoga saya bisa sabar mengantri karena saya sedang menjalankan puasa. Untuk mendapatkan nomer antrian, saya harus mengantri lebih dahulu. Giliran saya di depan petugas, petugas tersebut berkata,

“Bu, panjenengan mendapat nomer antrian 98 dan dilayani tanggal 17 Juni. Gimana Bu?”

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun