Mohon tunggu...
Hilman I.N
Hilman I.N Mohon Tunggu... Administrasi - Pegawai Negeri

orang bodoh yang tak kunjung pandai - KH Mustofa Bisri

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop

Meniti Asa di Tengah Prediksi: Ekonomi Indonesia 2025 dalam Sorotan

30 Januari 2025   07:17 Diperbarui: 30 Januari 2025   07:27 37
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber: https://unair.ac.id/perekonomian-indonesia-2025/

Pada awal tahun 2025, perhatian publik tertuju pada prediksi ekonomi Indonesia yang disampaikan oleh berbagai lembaga internasional. Salah satunya adalah Morgan Stanley, yang memproyeksikan pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia akan mencapai sekitar 5,1% pada tahun ini. Angka ini sejalan dengan target pemerintah dan perkiraan lembaga internasional lainnya, seperti Dana Moneter Internasional (IMF) dan Bank Dunia. Namun, di balik angka tersebut, terdapat dinamika kompleks yang patut dicermati.


Pertumbuhan ekonomi sebesar 5,1% mencerminkan stabilitas yang patut diapresiasi, terutama di tengah ketidakpastian ekonomi global. Namun, angka ini juga mengisyaratkan tantangan yang harus dihadapi. Salah satunya adalah tekanan eksternal akibat dinamika perdagangan global. Ketegangan perdagangan antara Amerika Serikat dan Tiongkok, misalnya, berpotensi mengganggu rantai pasokan global, yang pada gilirannya dapat memengaruhi ekspor Indonesia, terutama di sektor manufaktur dan komoditas seperti nikel dan minyak kelapa sawit.

Selain itu, penguatan dolar AS menambah lapisan tantangan bagi perekonomian Indonesia. Mata uang yang lebih kuat dapat menekan nilai tukar rupiah, meningkatkan biaya impor, dan berpotensi mendorong inflasi. Bank Indonesia, dalam upayanya menjaga stabilitas, telah mengambil langkah-langkah strategis, termasuk penyesuaian suku bunga acuan. Namun, langkah ini harus diimbangi dengan kebijakan lain untuk memastikan pertumbuhan ekonomi tetap terjaga.

Di sisi domestik, konsumsi rumah tangga tetap menjadi pilar utama perekonomian, menyumbang lebih dari setengah PDB Indonesia. Pemerintah telah mengimplementasikan berbagai kebijakan untuk mendukung daya beli masyarakat, seperti subsidi untuk kebutuhan pokok dan insentif bagi Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM). Namun, tantangan seperti disparitas pendapatan dan akses terhadap layanan dasar masih memerlukan perhatian khusus.

Di tengah berbagai tantangan tersebut, pemerintah Indonesia telah mengambil langkah-langkah penghematan anggaran yang signifikan. Presiden Prabowo Subianto menginstruksikan efisiensi belanja negara sebesar Rp306,7 triliun sepanjang tahun anggaran 2025, setara dengan sekitar 8% dari total belanja yang disetujui untuk tahun tersebut. Penghematan ini difokuskan pada pengurangan belanja operasional perkantoran, pemeliharaan, perjalanan dinas, bantuan pemerintah, dan pembangunan infrastruktur. Meskipun demikian, langkah ini tidak mengubah postur Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2025 secara keseluruhan.

Sementara itu, di kancah perdagangan internasional, Indonesia meraih kemenangan penting dalam sengketa dagang dengan Uni Eropa terkait diskriminasi terhadap minyak sawit. Pada 10 Januari 2025, Badan Penyelesaian Sengketa Organisasi Perdagangan Dunia (WTO) memutuskan bahwa Uni Eropa telah melakukan diskriminasi terhadap minyak sawit Indonesia. Keputusan ini diharapkan dapat membuka kembali akses pasar Eropa bagi minyak sawit Indonesia dan meningkatkan ekspor komoditas tersebut. Kemenangan ini tidak hanya berdampak positif pada sektor perkebunan dan industri terkait, tetapi juga memperkuat posisi Indonesia dalam perdagangan internasional. Namun, tantangan masih ada, termasuk potensi banding dari Uni Eropa dan perlunya diversifikasi pasar ekspor untuk mengurangi ketergantungan pada pasar tertentu.

Presiden Prabowo telah menetapkan target ambisius untuk mendorong pertumbuhan ekonomi hingga mencapai 8%. Untuk mencapai tujuan ini, pemerintah berfokus pada pengembangan sektor-sektor strategis, termasuk hilirisasi industri dan pembangunan infrastruktur. Namun, ambisi ini harus diimbangi dengan kebijakan fiskal yang bijaksana. Rencana pemotongan anggaran mencerminkan komitmen pemerintah untuk menjaga efisiensi pengeluaran. Namun, di sisi lain, program-program sosial seperti penyediaan makanan gratis bagi jutaan warga memerlukan alokasi dana yang signifikan, menimbulkan pertanyaan tentang keseimbangan antara penghematan dan kebutuhan masyarakat.

Dalam menghadapi tantangan ini, penting bagi Indonesia untuk tidak hanya bergantung pada faktor-faktor eksternal, tetapi juga memperkuat fondasi domestiknya. Investasi dalam pendidikan dan kesehatan menjadi kunci untuk memanfaatkan bonus demografi yang dimiliki. Selain itu, diversifikasi pasar ekspor dan pengembangan produk bernilai tambah tinggi dapat mengurangi ketergantungan pada komoditas mentah dan meningkatkan daya saing di pasar global.

Pada akhirnya, prediksi dan proyeksi ekonomi adalah alat untuk membantu memahami arah perekonomian. Namun, realisasi dari angka-angka tersebut bergantung pada kebijakan yang diambil dan respons terhadap dinamika yang terjadi. Dengan kebijakan yang tepat dan partisipasi aktif dari seluruh komponen masyarakat, Indonesia memiliki peluang untuk tidak hanya mencapai, tetapi melampaui target pertumbuhan yang ditetapkan, membawa kesejahteraan bagi seluruh rakyatnya.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Vox Pop Selengkapnya
Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun