Mohon tunggu...
Hilman I.N
Hilman I.N Mohon Tunggu... Administrasi - Pegawai Negeri

orang bodoh yang tak kunjung pandai - KH Mustofa Bisri

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Melepaskan Kendali: Seni Hidup Damai dalam Ketidakpastian

27 Januari 2025   21:45 Diperbarui: 27 Januari 2025   21:45 35
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: https://coursius.com/article/read/tips-bertahan-menghadapi-ketidakpastian

Dalam perjalanan hidup, kita sering dihadapkan pada situasi yang terasa di luar jangkauan kendali kita. Entah itu keputusan orang lain, peristiwa tak terduga, atau hasil dari kerja keras yang tak sesuai harapan. Ketidakpastian ini bisa menjadi sumber kecemasan yang mengganggu, membuat pikiran terus berputar tanpa arah. Namun, apakah memikirkan sesuatu yang tak bisa kita ubah adalah cara terbaik untuk menemukan ketenangan?

Ketenangan bukanlah tentang memastikan segalanya berjalan sesuai rencana, melainkan tentang menerima bahwa beberapa hal memang berada di luar kendali kita. Dalam konteks psikologi, manusia memiliki kecenderungan untuk mencari kendali atas kehidupannya, karena kendali memberikan ilusi keamanan. Namun, saat berhadapan dengan hal-hal yang tak bisa kita atur, seperti hasil dari usaha, tindakan orang lain, atau masa depan, kebutuhan akan kendali ini sering kali berujung pada overthinking, kondisi di mana kita terlalu banyak memikirkan sesuatu hingga menimbulkan stres dan rasa frustrasi.

Melepaskan bukan berarti menyerah tanpa usaha. Sebaliknya, ini adalah tindakan sadar untuk membedakan apa yang berada dalam jangkauan kita dan apa yang tidak. Seperti menanam benih di ladang, ada batasan hingga di mana kita bisa mengontrol hasilnya. Kita bisa memilih benih terbaik, merawatnya, menyiramnya, dan menjaganya dari hama, tetapi pertumbuhan dan hasil akhirnya tetap di luar kuasa kita. Hasil itu ditentukan oleh faktor-faktor lain, seperti cuaca, tanah, atau bahkan keberuntungan.

Dengan memahami batasan tersebut, kita memberi diri kita ruang untuk fokus pada apa yang benar-benar penting: usaha terbaik kita. Ketika kita terus memaksakan diri untuk mengendalikan sesuatu yang jelas-jelas bukan milik kita, kita hanya menciptakan tekanan yang tidak perlu. Hidup menjadi seperti medan perang, di mana kita berperang melawan diri sendiri, menumpuk kekhawatiran yang seharusnya tidak kita bawa.

Mengatasi kebiasaan overthinking juga membutuhkan latihan kesadaran. Sebuah refleksi sederhana dapat membantu: tanyakan pada diri sendiri, "Apakah ini sesuatu yang bisa aku kendalikan?" Jika jawabannya tidak, maka lepaskanlah. Tidak ada gunanya memikirkan sesuatu yang tidak bisa kita ubah, karena itu hanya menguras energi yang seharusnya kita gunakan untuk hal-hal yang lebih produktif.

Penerimaan juga tidak berarti kita pasrah sepenuhnya. Sebaliknya, ini adalah pengakuan bahwa ada kekuatan yang lebih besar dari kita, yang bekerja dalam tatanan semesta ini. Percaya pada proses, pada takdir, atau pada rencana yang lebih besar, memberikan kedamaian yang sulit dijelaskan. Keyakinan ini bukanlah bentuk pelarian, melainkan cara untuk menyerahkan hasil akhir kepada sesuatu yang lebih bijaksana.

Sering kali, kita lupa untuk memprioritaskan hal-hal yang berada dalam kendali kita. Hubungan dengan orang-orang terdekat, pekerjaan yang kita cintai, atau waktu yang kita habiskan untuk memperbaiki diri adalah bagian dari kehidupan yang benar-benar ada dalam kuasa kita. Mengalihkan fokus pada hal-hal ini dapat mengurangi tekanan dari hal-hal di luar kendali kita.

Doa juga memainkan peran penting dalam proses ini. Bagi banyak orang, doa adalah bentuk komunikasi dengan kekuatan yang lebih tinggi, sekaligus pengingat bahwa kita tidak sendiri dalam menghadapi kehidupan. Doa bukan hanya tentang meminta, tetapi juga tentang berserah. Ketika kita mengungkapkan isi hati kita dalam doa, kita secara tidak langsung mengakui keterbatasan kita sebagai manusia. Kita belajar bahwa menyerah bukanlah tanda kelemahan, tetapi kekuatan.

Pada akhirnya, hidup adalah tentang menemukan keseimbangan. Usaha keras adalah tanggung jawab kita, tetapi hasilnya bukanlah sesuatu yang bisa kita paksakan. Dengan belajar menerima ketidakpastian, kita memberi ruang untuk pertumbuhan, baik secara pribadi maupun spiritual.

Melepaskan kendali mungkin terdengar seperti kehilangan kekuatan, tetapi pada kenyataannya, ini adalah langkah besar menuju kebebasan batin. Dengan melepaskan apa yang tidak bisa kita kendalikan, kita tidak hanya memberi diri kita kedamaian, tetapi juga membuka jalan untuk menjalani hidup dengan lebih ringan, penuh makna, dan selaras dengan realitas. Karena pada akhirnya, yang benar-benar menjadi milik kita hanyalah usaha, sedangkan sisanya adalah urusan semesta.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun