Mohon tunggu...
Hilman I.N
Hilman I.N Mohon Tunggu... Administrasi - Pegawai Negeri

Penyuka film, sains dan teknologi, sejarah, dan filsafat. Film memberi saya perspektif baru, sains teknologi menarik karena perkembangannya, sejarah membantu memahami perjalanan manusia, dan filsafat mengasah pemikiran mendalam.

Selanjutnya

Tutup

Humor Pilihan

Merayakan Hari Libur dengan Tidur dan Malas-Malas: Sebuah Tradisi Sederhana yang Menenangkan

26 Januari 2025   22:30 Diperbarui: 26 Januari 2025   22:06 63
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: https://www.cnnindonesia.com/gaya-hidup/20220110122137-277-744644/studi-kualitas-tidur-berkurang-setelah-berusia-24-tahun

Di tengah gempuran jadwal harian yang penuh sesak dan tekanan hidup modern, ada satu cara sederhana yang sering diabaikan untuk menikmati hari libur: tidur sambil malas-malasan. Ungkapan populer ini menjadi sorotan ketika pengguna X, @fverocious, menyampaikan pandangannya pada sebuah postingan berisi, "Tidur sambil bermalas-malasan adalah perayaan mencintai hari libur dengan cara yang paling sederhana." Sebuah kalimat sederhana yang ternyata menggambarkan sesuatu yang jauh lebih mendalam---filosofi tentang pentingnya istirahat dalam kehidupan masyarakat Indonesia.

Tidur, dalam konteks ini, bukan hanya aktivitas fisik untuk memulihkan tenaga, tetapi juga sebuah penghormatan pada waktu luang yang kadang terasa langka. Pada hari-hari libur nasional yang sering kali disambut dengan gegap gempita, ada keindahan sederhana dalam menikmati ketenangan di rumah tanpa rasa bersalah. Bukankah ini juga bentuk perayaan? Seperti seorang penyair yang memilih diam untuk menikmati bait yang telah ditulis, begitu pula dengan mereka yang memilih tidur sebagai cara untuk menghormati hari-hari libur.

Di Indonesia, budaya istirahat memiliki makna yang unik. Ketika pemerintah menetapkan 27 hari libur nasional di tahun 2025, banyak masyarakat yang menyambut dengan suka cita. Namun, tak sedikit yang memilih untuk tetap tinggal di rumah daripada bepergian ke tempat wisata. Ini bukan karena mereka malas, tetapi lebih pada penghormatan terhadap konsep waktu berkualitas yang dihabiskan tanpa tekanan atau rencana besar. Seperti yang pernah dikatakan oleh seorang teman dalam leluconnya, "Kalau libur kerja itu kesempatan jadi kasurpreneur, pemilik bisnis rebahan yang fokus pada profit ketenangan."

Dalam kehidupan masyarakat Indonesia, konsep ini juga mencerminkan pentingnya memahami harmoni antara kerja keras dan waktu istirahat. Fenomena tidur saat libur mungkin terlihat sederhana, tetapi sebetulnya sangat kompleks. Tidur membantu tubuh memulihkan energi, tetapi juga menenangkan pikiran. Ada pula nilai sosial di baliknya; hari libur yang dihabiskan di rumah bersama keluarga, bercengkerama tanpa harus terburu-buru, justru memperkuat hubungan antaranggota keluarga.

Menariknya, budaya ini tidak hanya menjadi bagian dari tradisi individu, tetapi juga didukung oleh masyarakat secara luas. Ketika postingan @fverocious dibanjiri komentar seperti "Setuju banget, libur itu emang hak buat tiduran" atau "Yang penting kasur ada, dunia aman," terlihat bahwa konsep ini diterima dengan hangat sebagai bagian dari identitas kolektif. Bagi sebagian besar masyarakat, bermalas-malasan saat libur adalah sebuah bentuk perlawanan kecil terhadap tuntutan produktivitas yang sering kali mengorbankan waktu istirahat.

Penelitian menunjukkan bahwa tidur dan istirahat yang cukup dapat meningkatkan daya ingat, memperbaiki suasana hati, serta memperkuat sistem imun. Dalam dunia yang sering kali menghargai mereka yang terus bergerak, mungkin sudah waktunya untuk mengapresiasi mereka yang tahu kapan harus berhenti sejenak. Hari libur bukan tentang siapa yang paling produktif, tetapi siapa yang paling mampu menikmati waktu luangnya. Seorang filsuf pernah berkata bahwa kehidupan terbaik adalah kehidupan yang tahu kapan harus berhenti dan kapan harus berjalan.

Tidur sebagai bentuk perayaan ini sebenarnya memiliki nilai filosofi yang mendalam. Dalam keheningan kasur yang nyaman, seseorang mungkin menemukan makna hidup yang tak bisa ditemukan di tengah kesibukan. Hari libur tidak harus diisi dengan perjalanan jauh atau agenda yang melelahkan. Terkadang, keajaiban hidup justru ditemukan di momen-momen kecil seperti membiarkan mata tertutup tanpa gangguan.

Postingan @fverocious yang tampak sederhana ini pada akhirnya bukan hanya sebuah kalimat untuk menghibur, tetapi juga refleksi dari kearifan lokal yang mengajarkan bahwa istirahat adalah hak, bukan kemewahan. Di dunia yang selalu mendorong untuk bergerak maju, tidur pada hari libur adalah tindakan kecil yang penuh keberanian---keberanian untuk mengatakan bahwa manusia bukan mesin. Tidur adalah tanda penghargaan terhadap tubuh dan pikiran, serta sebuah pengakuan bahwa kebahagiaan sering kali terletak pada hal-hal sederhana.

Seperti seseorang yang dengan santai mengatakan, "Libur itu kesempatan emas buat memperbaiki hubungan sama kasur." Mungkin di sinilah letak kejeniusan budaya Indonesia dalam memandang hari libur, bukan hanya soal melakukan sesuatu yang besar, tetapi menemukan kebahagiaan dalam diam. Tidur di hari libur adalah bukti bahwa terkadang, langkah paling bijak dalam hidup adalah memilih untuk tidak melangkah sama sekali.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humor Selengkapnya
Lihat Humor Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun