Ketika kita berbicara tentang transformasi digital di Indonesia, sulit untuk mengabaikan sosok Onno W. Purbo. Dengan semangat tak kenal lelah, ia terus menjadi pilar utama dalam mendorong literasi digital, akses teknologi, dan pendidikan inklusif di negeri ini. Lebih dari sekadar seorang pakar teknologi, Onno adalah penggerak perubahan yang berkomitmen menjadikan teknologi sebagai alat pemberdayaan sosial. Lewat berbagai inisiatifnya, ia menunjukkan bahwa pendidikan tidak seharusnya menjadi hak istimewa segelintir orang, melainkan hak yang terbuka untuk semua.
Salah satu langkah besar yang diambil Onno adalah melalui pendidikan dan sertifikasi gratis. Dalam dunia yang semakin mengandalkan teknologi, kompetensi di bidang IT menjadi krusial, tetapi akses terhadap pelatihan berkualitas sering kali terbatas pada mereka yang memiliki sumber daya finansial. Onno mematahkan stigma itu dengan menyediakan kursus online yang dapat diakses secara cuma-cuma, termasuk kesempatan untuk mendapatkan sertifikasi internasional seperti MTCNA dan MTCRE. Tidak hanya itu, ia bahkan mendorong para peserta untuk berprestasi melalui kuis opencourse yang memungkinkan mereka memperoleh sertifikasi tanpa biaya. Ini bukan sekadar inisiatif, tetapi sebuah revolusi kecil yang mematahkan hambatan struktural dalam pendidikan teknologi di Indonesia.
Komitmennya terhadap pendidikan inklusif juga tercermin melalui perannya di Institut Teknologi Tangerang Selatan (ITTS). Kampus ini tidak hanya menjadi tempat pembelajaran formal, tetapi juga penghubung antara dunia akademis dan industri. ITTS menawarkan peluang magang yang terintegrasi dengan berbagai perusahaan sejak tahap awal studi mahasiswa. Dalam dunia IT yang dinamis, pengalaman praktis adalah kunci, dan Onno memahami betul bahwa kolaborasi dengan dunia kerja harus dimulai sedini mungkin. Hal ini menunjukkan bagaimana visi Onno memadukan teori dan praktik untuk menghasilkan talenta yang siap menghadapi kebutuhan industri.
Tidak berhenti di tingkat universitas, Onno juga membawa teknologi ke tingkat yang lebih awal, yakni sekolah menengah. Bersama tim ITTS, ia aktif memberikan edukasi tentang hacking, cybersecurity, coding, hingga pengembangan web menggunakan PHP ke sekolah-sekolah di wilayah Tangerang dan sekitarnya. Langkah ini menjadi bentuk nyata komitmennya untuk menanamkan literasi digital sejak dini. Ketika teknologi menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan, anak muda harus diperlengkapi dengan keterampilan yang relevan agar dapat menjadi pemain aktif, bukan sekadar pengguna pasif.
Salah satu hal yang menarik dari pendekatan Onno adalah keterlibatannya dengan komunitas open source. Dalam diskusinya dengan komunitas Ubuntu dan Cannonical, ia membuka jalan untuk peluang magang dan sertifikasi bagi mereka yang tertarik mendalami sistem open source. Filosofi open source ini sejalan dengan prinsip copyleft yang ia pegang teguh, di mana pengetahuan dan teknologi seharusnya menjadi milik bersama, bukan monopoli institusi atau korporasi tertentu. Langkah ini tidak hanya memperkuat ekosistem IT di Indonesia, tetapi juga mendorong kolaborasi global yang inklusif dan berkelanjutan.
Namun, di balik semua inisiatif besar tersebut, Onno tidak pernah melupakan pentingnya dasar-dasar IT. Ia mengungkapkan kekhawatirannya bahwa banyak siswa SMK yang datang magang di ITTS masih harus diajarkan hal mendasar seperti merakit komputer dan menginstal sistem operasi. Hal ini menunjukkan adanya celah besar dalam kurikulum pendidikan dasar dan menengah kita. Onno tidak hanya mengkritisi, tetapi juga menawarkan solusi, yakni dengan terus mendorong integrasi kurikulum berbasis keterampilan praktis di semua jenjang pendidikan.
Perjalanan Onno W. Purbo adalah cerminan dari bagaimana pendidikan dapat menjadi alat pemberdayaan sosial. Di tengah pesatnya perkembangan teknologi, ia mengingatkan kita bahwa inovasi sejati adalah yang membawa manfaat nyata bagi masyarakat luas. Dengan mengusung semangat inklusivitas, Onno tidak hanya membangun individu-individu yang melek digital, tetapi juga komunitas yang kuat dan mandiri.
Indonesia membutuhkan lebih banyak figur seperti Onno W. Purbo, yang melihat teknologi sebagai alat untuk membuka peluang, bukan membangun sekat. Dalam setiap webinar, kursus, atau diskusi yang ia fasilitasi, ada satu pesan kuat yang selalu ia bawa: teknologi adalah milik semua orang, dan literasi digital adalah kunci untuk menciptakan masa depan yang lebih baik.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H