Mohon tunggu...
Nurdin Qusyaeri
Nurdin Qusyaeri Mohon Tunggu... Lainnya - Pengembara

Pengembara Teritorial dan Pemikiran

Selanjutnya

Tutup

Ramadan

Ketika Bulan Ramadhan Mengajarkan Sabar dan Berbaik Sangka

16 Maret 2024   16:30 Diperbarui: 16 Maret 2024   16:31 189
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tebar Hikmah Ramadan. Sumber ilustrasi: PAXELS

Di sebuah desa kecil di pinggiran kota, hiduplah seorang pemuda bernama Ardi. Ardi adalah pemuda yang teguh dalam imannya, namun terkadang dia merasa tertarik pada godaan-godaan dunia yang menghampirinya. Setiap kali dia merasa cobaan itu muncul, dia selalu mengingat nasihat ulama besar terdahulu, Ibnu Qayyim Al-Jauziyyah, tentang dua alasan utama yang membuat manusia melakukan kemaksiatan.

Ardi ingat betul kata-kata Ibnu Qayyim, "Tidaklah seorang hamba melakukan yang dilarang (haram) kecuali karena dua alasan; Pertama, karena Suudz Dzan (buruk sangka) kepada Allah, padahal jika ia menta'ati dan mendahulukan-Nya, tidak ada pemberian yang lebih baik kecuArdi dariNya. 

Kedua, bisa jadi ia tahu tentang itu, dan ia tahu bahwa barang siapa yang meninggalkan sesuatu (yang diharamkan) karena Allah, maka Allah akan menggantinya dengan yang lebih baik, akan tetapi syahwatnya mengalahkan kesabarannya, hawa nafsunya mengalahkan akal sehatnya."

Ardi sering kali merenungkan makna kedua alasan tersebut. Saat godaan datang, dia selalu berusaha untuk bersabar dan berbaik sangka kepada Allah. Dia yakin, jika dia mampu menahan diri dan menyerahkan segala urusannya kepada-Nya, pasti Allah akan memberinya yang lebih baik.

Di satu sisi, Ardi sadar bahwa dia perlu memperkuat hati dalam berdoa. Dia-pun berusaha  mengingat nasihat Yahya bin Mu'adz yang mengatakan,

"Barangsiapa yang Allah satukan hatinya dalam berdo'a, maka tidak akan ditolak."

Dan Ardi memahami kata-kata Ibnu Qayyim di lain waktu, "Jika hati bersatu dalam do'a, sesuai dengan kebutuhan dan kesusahannya, dibarengi dengan kuatnya harapan, maka hampir pasti tidak akan ditolak do'anya." (Al-Fawaid : 47).

Dalam bulan Ramadan, Ardi merasa kesempatan emas untuk menguatkan hatinya dalam berdoa dan menguatkan keimanan serta kesabarannya. Setiap malam, dia duduk di masjid, menyatukan hati dan pikirannya dalam setiap untaian doanya. Dia merasa bahwa bulan Ramadan adalah waktu yang tepat untuk menenangkan diri, memperkuat hubungan dengan Allah, dan meningkatkan kontrol terhadap amal perbuatannya.

Ardi memahami bahwa bulan Ramadan bukan hanya tentang menahan lapar dan haus, tetapi juga tentang menahan diri dari godaan syahwat dan buruk sangka kepada Allah. Dengan tekad yang bulat dan iman yang kuat, Ardi menghadapi setiap cobaan dengan sabar dan berdoa, yakin bahwa setiap langkahnya menuju keridhaan Allah akan mendatangkan kebaikan bagi dirinya.

Seiring berjalannya bulan Ramadan, Ardi merasa semakin kuat dalam imannya. Dia merasakan kedamaian dalam setiap doa yang dia panjatkan, dan dia yakin bahwa Allah akan memperkenankan permohonannya. Ardi telah belajar bahwa dengan bersabar dan berbaik sangka kepada Allah, serta menyatukan hati dan pikiran dalam berdoa, dia dapat mengatasi setiap cobaan dan mendapatkan yang terbaik dari-Nya.

Wallahu 'alam bis shawab!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ramadan Selengkapnya
Lihat Ramadan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun