Mohon tunggu...
Noer Ashari
Noer Ashari Mohon Tunggu... Lainnya - Tukang Ketik

Mengungkapkan Keresahan Melalui Tulisan

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Apakah Kedermawanan yang Ditampilkan di Media Masih Tulus?

22 Desember 2024   10:59 Diperbarui: 22 Desember 2024   13:54 207
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Zaman sekarang, rasanya semua hal nggak bisa lepas dari kamera dan media sosial. Lagi makan? Foto dulu. Lagi liburan? Bikin video dulu. 

Bahkan, kalau ada yang bantu orang lain, langsung rekam dan upload. Pertanyaannya, niat bantu itu sebenarnya buat bantu beneran atau biar dapet like dan komen?

Coba bayangin, ada orang kasih sembako ke tetangga yang lagi kesusahan, tapi sambil membawa tim kamera untuk dokumentasi. 

Apakah tindakan tersebut benar-benar menunjukkan kepedulian, atau hanya sekedar upaya untuk terlihat baik di depan publik? 

Terlebih jika disertai dengan keterangan dramatis seperti, 'Kebaikan itu harus dibagikan.' Namun, pertanyaannya adalah, dibagikan kepada siapa? Kepada mereka yang membutuhkan, atau kepada para pengikut di media sosial?

Hampir setiap hari kita melihat aksi-aksi kedermawanan yang diunggah di media sosial. Mulai dari bagi-bagi sembako,menyumbang uang ke orang tidak mampu, sampai bantu korban bencana—semuanya direkam, di-edit sedemikian rupa, lalu di-post dengan judul yang eye-catching. 

Banyak orang yang memuji, katanya ini bentuk inspirasi agar lebih banyak orang tergerak untuk membantu.

Tapi di sisi lain, tidak sedikit juga yang mulai skeptis. Mereka bertanya-tanya, "Ini niat bantu karena peduli, atau cuma mau cari perhatian?" 

Apalagi kalau videonya lebih fokus ke wajah si pemberi ketimbang orang yang menerima bantuan. Ditambah lagi dengan efek dramatis—slow motion, musik melankolis, dan angle kamera yang sempurna—membuat kita jadi semakin bingung: apakah kebaikan itu dilakukan karena tulus, atau karena ingin viral?

Fenomena ini memang jadi dilema. Di satu sisi, publikasi bisa memperluas jangkauan bantuan dan menginspirasi banyak orang. Tapi di sisi lain, publikasi juga bisa mengaburkan niat asli dari kedermawanan itu sendiri. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun