Siapa sih yang nggak kenal TikTok? Platform ini sepertinya sudah jadi bagian dari kehidupan sehari-hari. Dari anak muda sampai orang tua, semua berlomba-lomba membuat konten atau sekedar scrolling untuk mencari hiburan.
Dengan algoritma yang pintar, TikTok bisa membuat kita lupa waktu. Cuma niat liat satu video, eh, tahu-tahu sudah dua jam lebih kebablasan scroll tiktok.
Tapi, meskipun seru dan bikin ketagihan, ada sisi lain TikTok yang sering kita abaikan. Kebiasaan berlama-lama di TikTok ternyata bisa bikin kita semakin jauh dari dunia nyata.
Ketika sedang berkumpul dengan keluarga, kamu malah sibuk sendiri scroll tiktok. Ketika kumpul bersama teman-teman pun juga sama, Tangan tetap nempel di HP, scroll terus.
Dunia nyata yang penuh interaksi langsung mulai tergeser oleh layar kecil di genggaman kita. Masalahnya, kebiasaan ini tidak hanya membuat hubungan sosial jadi renggang, tapi juga bisa mengubah cara kita melihat kehidupan.
Otak kita bisa jadi dangkal karena disuguhi perbandingan atau standar-standar hidup yang tidak sesuai dengan kondisi kehidupan nyata kita.
Kalau tidak hati-hati, keseruan TikTok bisa berujung membuat kita lupa bagaimana caranya menikmati hidup di dunia nyata.
Isi Utama aplikasi Tiktok:
1. TikTok dan Algoritma yang Memanjakan Otak
Awalnya iseng-iseng buka TikTok cuma niat sebentar, tapi ujung-ujungnya malah scrolling berjam-jam? Bener nggak?
Yap, ini semua karena algoritma TikTok yang benar-benar pintar. Mereka paham betul apa yang bikin kita betah. Dari video lucu, inspiratif, sampai drama receh, semuanya disajikan pas dengan selera kita.
Tapi masalahnya, algoritma ini membuat kita “terperangkap”. Konten yang terus-terusan sesuai preferensi kita membuat otak merasa selalu ingin lebih (penasaran plus ketagihan). Yang akhirnya, muncul kecanduan yang bisa dikatakan tidak wajar. Kita rela menghabiskan waktu berjam-jam hanya untuk mencari hiburan instan.
Efek lainnya yaitu membuat kemampuan fokus jadi menurun. Otak terbiasa menerima informasi cepat, jadi sulit untuk konsentrasi di kehidupan nyata yang tidak secepat itu.
Selain itu, ada juga kebutuhan validasi instan. Kalau kita membuat video dan dapat banyak like atau komentar membuat kita merasa “berharga,” tapi kalau tidak ada, langsung insecure.
Ternyata videoku tidak sebagus itu ya.
Ini mengkhawatirkan, karena bisa membuat mental kita terlalu bergantung pada pengakuan orang lain.
2. Dampak terhadap Interaksi Sosial
Ketika terlalu sibuk dengan TikTok, tanpa sadar kita mulai menjauh dari interaksi sosial nyata.
Lagi kumpul bareng teman atau keluarga, tangan malah sibuk pegang HP, apalagi kalau bukan untuk scroll-scroll tiktok?
Plus otak mikirin views terus, atau bahkan repot bikin konten. Akhirnya, momen berkualitas dengan orang terdekat hilang begitu saja.
Sebetulnya mikirin views plus bikin konten nggak masalah kalau kita punya penghasilan disitu, tapi kalau cuma untuk mencari validasi, mending fokus dulu dengan teman atau keluarga yang sedang berkumpul bersama.
3. Kesenjangan Realitas yang Mengkhawatirkan
Ini yang sering terjadi. TikTok penuh dengan konten yang terlihat sempurna. Orang-orang pamer gaya hidup mewah, traveling ke tempat mahal, wajah mulus nan kinclong, atau hubungan romantis yang kelihatan “goals.” Masalahnya, semua itu tidak semuanya nyata, bisa jadi itu hanya sekedar konten saja atau mungkin setingan.
Tapi, sebagai penonton, kita suka lupa. Kita mulai membandingkan hidup kita yang biasa-biasa saja dengan mereka yang terlihat serba sempurna. Akhirnya, muncul perasaan minder, merasa kurang, atau bahkan depresi karena merasa tidak selevel dengan orang-orang di TikTok.
Kita lupa, TikTok itu platform hiburan. Apa yang kita lihat di sana tidak selalu mencerminkan kenyataan. Tapi, kalau terus-terusan terpapar realitas semu seperti ini, lama-lama persepsi kita tentang hidup jadi kacau. Dunia nyata kita terasa “kurang,” padahal apa yang kita punya itu sebenarnya jauh lebih berharga kalau kita mau benar-benar menikmatinya.
Kalau dipikir-pikir, TikTok itu seperti pedang bermata dua. Di satu sisi, dia memberikan hiburan yang sangat mudah diakses, bahkan kadang bisa menjadi sumber inspirasi.
Tapi di sisi lain, kalau tidak hati-hati, kita malah bisa terjebak dalam lingkaran scrolling tanpa batas yang membuat lupa dunia nyata. Algoritmanya yang super pintar itu membuat kita terus-terusan ingin melihat video berikutnya, sampai akhirnya lupa waktu dan lupa diri.
Yang tadinya cuma mau santai sebentar, malah jadi kehilangan momen penting di dunia nyata—entah itu ngobrol dengan teman, quality time dengan keluarga, atau sekedar menikmati suasana di sekitar.
Jadi, tiktok itu cuma alat, bukan bagian dari gaya hidup. Kalau kita tidak bijak menggunakannya, kita sendiri yang akan rugi.
Nah, supaya nggak kebablasan, ada empat hal yang bisa kita lakukan:
1. Batas Waktu Itu Penting
Coba deh pasang alarm atau gunakan fitur pengingat waktu di TikTok. Misalnya, batasi penggunaan hanya 30 menit atau satu jam sehari. Ini penting agar kita tetap punya waktu untuk melakukan hal-hal lain yang lebih produktif dan nyata.
2. Prioritaskan Dunia Nyata
Ketika lagi kumpul dengan teman atau keluarga, coba letakkan HP dan nikmati momen tanpa distraksi.
3. Ingat, TikTok Itu Dunia Semu
Banyak konten di TikTok yang kelihatan sempurna, dari gaya hidup mewah sampai penampilan yang flawless. Padahal, semuanya itu sering kali hanya hasil editan atau gimmick.
Jadi, jangan sampai kita minder atau merasa hidup kita kurang oke hanya gara-gara scroll TikTok. Ingat, realitas kita tidak harus selalu sama dengan apa yang kita lihat di TikTok.
4. Isi Waktu dengan Hal yang Bermakna
Kalau lagi bosen, nggak harus selalu buka TikTok kok. Coba cari kegiatan lain yang bisa membuat kita lebih produktif, seperti baca buku, olahraga, atau sekedar jalan-jalan keluar rumah untuk melihat dunia nyata.
Seru-seruan di TikTok itu tidak masalah asal tidak berlebihan. Yang penting, kita tetap sadar kalau dunia nyata jauh lebih penting dan berharga untuk kita jalani dan nikmati. Marilah kita bijak dalam menggunakan TikTok agar hidup tetap seimbang!
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI